Mencoba Membujuk

21 8 0
                                    

Setelah pernyataan mengejutkan yang Bunda Ranti  sampaikan, Fitri tak bisa berkata apa pun. Otaknya tiba-tiba sulit merangkai kalimat penolakan serta protes untuk hal ini. Yang bisa dilakukannya hanya diam dengan segala macam pikiran negatif.

"Gue gak mau nikah sama dia! Ih, amit-amit gue dapet suami modelan si Monster." Kalimat itu selalu Fitri utarakan dalam hati. Tak mau apa yang bundanya katakan tadi menjadi sebuah kenyataan. Bisa mati muda jika ia menikah dengan Hasan yang selalu usil dan membuatnya naik darah.

Selama ini saja, Hasan sudah banyak membuat Fitri kesal setiap harinya. Apalagi jika mereka menikah? Ya, ya, ya Hasan memang baik, tetapi tidak di mata Fitri. Hasan itu bagaikan Monster yang selalu menghantuinya hingga rasanya darah dalam tubuh Fitri selalu naik dan mendidih.

Apa Bunda dan Ayah tak mempertimbangkan perihal ini? Padahal mereka jelas tahu, jika Hasan dan Fitri tidak akur jika bertemu dan dipersatukan dalam satu ruangan. Hasan yang selalu mencari celah untuk menganggu Fitri dan Fitri yang selalu terpancing kesal olehnya. Kombinasi yang pas bukan untuk membangun hubungan yang rusuh?

Satu hal yang Fitri tak mengerti selain orang tuanya, yaitu Hasan. Mengapa laki-laki itu tak berkomentar tentang fakta perjodohan mereka? Apa laki-laki itu tak marah atau berusaha menolak? Atau jangan-jangan ... Hasan memang menyetujuinya dengan tangan terbuka? Ah, sepertinya tidak begitu. Mana mungkin Hasan setuju dengan perjodohan ini.

"Argh! Kenapa harus dia?" decak Fitri. Perempuan itu bangkit dari posisi berbaring di atas kasur dengan wajah ditekuk. "Pokoknya gak mau!"

Perempuan yang baru selesai mandi itu berpikir keras tentang bagaimana cara menolak perjodohan konyol  yang kedua orang tuanya sepakati bersama keluarga Hasan. Lama berpikir dan tak kunjung menemukan sesuatu yang diinginkan, akhirnya Fitri  meraih ponsel di atas nakas.

"Apa nanya Syifa aja?" pikirnya, tetapi tak lama dari itu ia menggeleng. "Gak, ntar dia malah dukung gue sama si Monster lagi."

Syifa, teman semasa SMA yang sampai saat ini masih intens berkomunikasi dengan Fitri dan dua teman yang lain itu selalu mengatakan, 'Gapapa, kalian lucu, lho, kalo jadi pasangan'. Ya, teman-temannya memang tak asing dengan adu mulut yang kerap terjadi di antaranya dengan Hasan, saat itu mereka berpendapat bahwa Hasan dan Fitri itu cocok menjadi pasangan absurd dan dengan santainya Syifa ikut-ikutan menyetujui hal tersebut.

Fitri memilih bangkit dan keluar dari kamar mencari sosok yang bisa membantu agar perjodohan di antara dirinya dengan Hasan batal.

"Ayah!" Perempuan itu langsung memeluk leher pria setengah baya yang duduk di ruang kerjanya. "Aku mau bicara, eh, lebih ke protes, sih," katanya.

Pria yang dipeluk Fitri pun sedikit menoleh pada putrinya. "Protes apa, hmm?" tanyanya.

Fitri beralih duduk di kursi depan sang ayah dengan wajah cemberut. "Kenapa Ayah jodohin aku sama si cowok sebelah, sih? Aku gak mau, Yah!" Kalimat protes akhirnya Fitri lontarkan pada sang ayah yang malah tersenyum menanggapi. "Ih, Ayah."

Ayah Mansyur mematikan laptop yang berada di depannya, kemudian sedikit menggeser benda persegi panjang tersebut. Pria setengah baya itu mengajak Fitri duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerja agar pembicaraannya dengan sang putri lebih nyaman.

"Kenapa, sih?"

Fitri semakin cemberut mendapat pertanyaan demikian dari ayahnya. Kenapa? Bukankah ayahnya tahu jika ia dan Hasan bagai Tom and Jerry jika bertemu.

Different Ways ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang