Kiss

38 28 1
                                    

"Ceileee, udah baikan nih?!!" Teriak Karin nyaring saat melihat Yudha yang menggeser kursi Ica dan duduk di sebelahku.

"Nah, kalo gini kan enak. Kagak berantem kek tom and jerry aja lo berdua" Ica tersenyum penuh arti.

"Dih, lo berdua kenapa sih, sibuk banget" Ucapku sewot.

"Judes amat neng" Karin menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Yud, lo minggir kek. Gue mau duduk, pegel nih kaki berdiri kek rentenir nagih utang" Ica berusaha mengusir sosok Yudha yang tengah menempati kursinya.

"Duduk tempat lain aja napa sih?, susah banget" Ucapku sinis.

"Lo peka dikit napa sih Ca" Karin menepuk bahu cewek berkacamata itu.

"Beb, kamu tadi ke kantin kok gak sama aku sih?" Tiba-tiba Revan datang dan langsung merangkul Ica dengan gaya alaynya yang mampu membuat aku pusing saat melihatnya.

"Aku tadi bareng sama temen-temen aku beb, masa kamu mau gabung sama kita-kita?" Ica mencubit pipi Revan seperti tengah memperlakukan seorang bayi, hal itu refleks membuat Karin bergidik ngeri.

"Alay amat lo berdua dah" Ujar Karin kemudian.

"Dih, sirik lo ye?. Kasian jomblo abadi" Ucap Revan sengaja menggoda Karin.

"Biarin gue jomblo, daripada punya cowok modelan kek lo. Gue kasihan sama Ica, bisa-bisanya kepincut sama lintah sawah kek lo"

Mendengar ucapan Karin aku hanya bisa tertawa. Saat ini aku senang, walau keluargaku tengah berantakan, setidaknya aku tidak gagal dalam hal percintaan.

***

Pinnnn....

Suara klakson berbunyi di belakangku dengan diiringi suara ban yang berdecit. Aku berbalik agar dapat mengetahui siapa sosok itu. Nabil, ia dengan motor bebeknya tersenyum lebar.

"Napa lo?" Tanyaku langsung.

"Eitss, santay neng. Gue cuman mau antar lo pulang, gue kagak mau lagi kejadian preman komplek kek kemaren keulang lagi"

"Wih, makasih banget Bil. Tapi gue bareng Yudha"

"Yudha?"

"Iya, kenapa emang?" Tanyaku balik.

"Kagak nape-nape, dah gue duluan ya" Ucap Nabil kemudian dan menutup kaca helmnya.

"Yoi, hati-hati lo. Jangan nabrak tiang listrik"

"Aman"

Setelah mengucapkan satu kata itu, Nabil langsung melesat meninggalkan aku di pinggir lapangan parkiran Bina Bangsa. Dalam hitungan detik bokong Nabil sudah hilang dari tangkapan penglihatanku.

***

Seperti yang aku bilang ke Nabil tadi, aku akan pulang bersama Yudha. Setelah menemani aku ke tokoh aksesoris untuk membeli kuncir dan dilanjutkan dengan makan bakso, akhirnya sekarang aku singgah di rumah Yudha.

Karena aku yang malas pulang ke rumah dan sedang tidak ingin mengingat masalah di keluargaku, jadinya aku putuskan untuk mampir dulu.

Rumah yang bercat coksu atau coklat susu ini dapat dikatakan mewah kalau aku lihat-lihat, mempunyai halaman rumah yang sangat luas dan asri, kolam renang outdoor di belakang rumahnya, ada GYM pribadi, dan juga interiornya yang mewah bak kerajaan membuat rumah itu begitu sangat waw jika pertama kali dilihat.

"Kok sepi banget?" Aku bertanya saat belum menemukan orang lain selain kami berdua di rumah itu.

"Bokap lagi di luar kota, ngurusin kerjaan" Jawab Yudha santay dan melempar tasnya ke sembarang tempat lalu langsung loncat ke atas sofa.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang