Happy Birthday Nabil

28 22 1
                                    

Cekrekkk...

Pintu utama dibuka oleh Nabil, tampak ia kebingungan dengan suasana rumah yang gelap dan sunyi. Memang sudah menjadi rencana kami untuk mematikan semua lampu di rumah, dan menjadi tugas kang Opik untuk menyalakannya nanti, sepertinya ia sudah stay menjadi operator listrik rumah.

Dan tiga, dua, satu. Saat hitungan mundur selesai, lampu pun menyala dan aku langsung membawakan kue dengan sebuah lilin berbentuk angka delapanbelas di atasnya.

Di belakangku, bunda, Bintang dan bik Ina berjalan mengiringi aku. Nabil tampak terperangah mendapatkan kejutan itu, setengah tidak percaya jika bunda mendapatkan ide seperti itu.

Ya, walapun sebenarnya semua ini adalah ideku yang aku usulkan kepada bunda.

Nabil berjalan dan berhenti tepat di depan kue yang tengah aku pegang, ku lirik bunda mengangguk tanda mempersilahkan Nabil untuk meniup lilin itu.

"Tunggu" Suaraku sukses membuat Nabil urung untuk meniup lilin tersebut, tampak cowok itu mengerutkan keningnya karena bingung dengan maksudku.

"Berdo'a dulu sebelum lo tiup lilinnya" Lanjutku sebagai sebuah penjelasan akan ucapanku sebelumnya.

Nabil langsung memejamkan matanya dan berdo'a dalam diam. Setelah selesai berdo'a, ia langsung meniup lilin tersebut dan diiringi dengan riuh suara tepuk tangan dari bunda dan yang lainnya.

Selanjutnya bunda mengambil pisau dan memberikannya kepada Nabil untuk memotong kue tersebut, Nabil mengambil pisau itu dan memotong kue di depannya.

Nabil memindahkan potongan kue itu ke dalam sebuah piring kecil yang sudah diberikan oleh bik Ina sebelumnya.

Ku letakkan kue yang sedari tadi aku pegang itu dan beralih menyalakan ponselku untuk mendapatkan dokumentasi.

"First for bunda" Nabil mengangkat sendok dengan potongan kue itu dan menyuapkan kue kepada bunda dengan senyum yang mengembang.

"Yang kedua ada Bintanggg!!" Tampak Bintang langsung melompat-lompat, merasa senang karena akan melahap kue lezat itu.

Diteruskan dengan bik Ina dan kang Opik yang aku tidak tahu pria paruh baya itu sejak kapan sudah bergabung dengan kami.

"Dan Nabila?" Tanya bunda sambil melirik aku yang berdiri di sebelahnya.

"Ohh iya, gue lupa, sorry Nab"

"Masa lupa sama yang bawain kuenya" Bunda tersenyum, sepertinya ia sangat bahagia.

"Nih, buat temen yang udah gue anggep kek adek perempuan gue sendiri" Nabil menyuapkan aku dengan senyum yang sudah lama tidak aku lihat dari wajahnya.

Melihat hal itu, aku langsung menghambur memeluk Nabil. Ini Nabilku, Nabil yang selama ini aku kenal, Nabil yang selalu ada untukku. Dia Nabilku.

"Happy birthday Bil, semoga Nabil gue yang dulu balik lagi" Bisikku tepat di telinga Nabil.

Ku lepas pelukan itu dan tanpa aku sadari ternyata aku menangis akibat terharu.

"Segitunya lo Nab, ampe nangis. Jelek amat tuh muka" Nabil menghapus air mataku yang mengalir di pipi.

"Dia terharu sayang" Ucap bunda.

"Bunda seneng banget liat anak-anak bunda ini seneng. Bunda gak nyangka kalian bisa akur sampai gede, jaga terus persahabatan kalian ya, jangan sampai persahabatan kalian hancur" Lanjut bunda dan langsung memeluk aku dan Nabil sekaligus.

"Bundaaaa" Bintang yang merasa cemburu langsung mendorong tubuh aku dan Nabil, marah karena bunda mengabaikan sosok kecil itu.

"Cieeee, cemburu ya?. Kasian deh lo, bunda cuma sayang sama kak Nabil dan kak Nabila" Aku menjulurkan lidahku berniat menggoda Bintang.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang