1O | unexpected gift

24 5 0
                                    

Sebagai seseorang yang telah lama menggilai Kim Jungwoo, Rena tentu memiliki setidaknya satu akun twitter untuk mencari update-an idolnya tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebagai seseorang yang telah lama menggilai Kim Jungwoo, Rena tentu memiliki setidaknya satu akun twitter untuk mencari update-an idolnya tersebut. Dulu sekali ia pernah membuatnya, akun yang ia dedikasikan hanya untuk Kim Jungwoo seorang. Tapi semenjak biasnya hiatus beberapa waktu lalu, akun itu tidak pernah ia buka lagi. Akun dengan pengikut yang hanya berjumlah ratusan, kini terlihat bersarang karena jarang ia gunakan. Bahkan, ia sematkan kata rest juga dalam display name ren yang ia ambil dari nama Rena.

Hari ini, ia kembali membuka akun itu. Hanya untuk mengunggah foto Raja yang ia ambil diam-diam.

Dibilang diam-diam, boleh jadi tidak tepat. Sebab Raja menyadari kameranya, cowok itu hanya menutupi wajahnya dengan tangan. Dan tanda lahirnya yang kadang dikira luka lebam terlihat dengan jelas.

Topik mereka tadi terputus oleh kesadaran Raja yang telah lama meninggalkan meja barista. Mereka buru-buru keluar, lalu sibuk melayani beberapa pelanggan yang baru datang selama beberapa saat hingga akhirnya ke dapur untuk istirahat sejenak. Di sinilah dia memotret pria itu.

“Ngapain ditutup, sih?” Rena protes begitu melihat hasil foto.

“Ngapain juga ngambil foto diem-diem kayak penguntit?”

“....”

“Kalau mau foto, bilang, biar gue punya gaya yang elegan.”

“....”

Raja memiringkan wajah. “Kenapa diem? Kaget lihat gue yang begini?”

“Iya,” akunya begitu jujur.

“Kayaknya emang gue cocok dengan kepribadian yang dingin, ya?”

“Nggak!” Rena membantah cepat, terkesan refleks. “Gini aja, aku lebih suka yang begini—maksudku, biar nggak tegang-tegang banget kalau deket Kak Raja...”

Raja terkekeh pelan. “Ayo cepet ambil foto yang baru, yang tadi hapus aja, jelek pasti.”

“Yang ini bagus, kok, biar punya kesan misterius juga dan bikin mutualku penasaran.”

“Oh, lo punya instagram?”

Rena menggeleng pelan. “Twitter. Aku gak punya insta.”

“Aneh. Biasanya cewek punya seenggaknya satu akun instagram.”

“Kakak punya?”

“Gue... gak punya sosmed apa-apa selain WhatsApp.”

“Aku lebih bagus berarti.” Rena mencebik. “Eh ini boleh, kan?”

“Apa?”

“Foto, aku unggah. Mau gimana pun, Kak Raja yang ada di foto. Kalau mau upload harus atas izin Kakak, lah.”

“Tapi pas ngambil fotonya lo gak izin, tuh.”

Rena praktis meringis. Wajahnya agak merah dan itu terlihat menggemaskan di mata Raja.

Upload aja.”

Hanya dengan begitu saja, Rena bisa tersenyum senang.

•••

Sampai malam pun, kafe tetap setia penuh. Setiap ada pengunjung yang pergi, maka pengunjung lain tak lama kembali mengisi. Terus begitu. Sempat membuat Rena kewalahan karena banyaknya pesanan, berakhir dipaksa istirahat sejenak oleh Raja.

Menjelang jam pergantian tahun, keberisikan bukan hanya dari dalam, tapi juga dari luar, dari kendaraan yang memadat di jalanan. Rena menatap kemacetan itu dengan miris dari balik jendela kafe. Prihatin dengan banyaknya pengendara nakal yang sengaja tak menaati peraturan.

“Gue baru inget hari ini ulang tahun lo.”

Suara Raja di samping kirinya membuat Rena menoleh refleks. Terkejut dengan eksistensi cowok itu yang tiba-tiba, juga kalimat yang dilontarkannya.

“Kak Raja... tau?”

“Gue sempat lihat biodata lo di OSIS waktu itu, baru inget barusan kalau tahun baru sama dengan ulang tahun lo.”

Lalu dengan begitu saja, lampu kafe tiba-tiba meredup, tidak sepenuhnya gelap, sebab Rena masih mampu melihat senyum Raja. Belum sempat senyum itu diterjemahkan otaknya, sorotan lampu dari arah samping mengarah padanya. Rena mengerjap, sadar dia sedang jadi pusat perhatian sekarang.

“Di pergantian tahun ini, ada seseorang yang mau ulang tahun. Tepat tanggal 1 Januari nanti—tinggal 2 menit lagi, dia akan naik level jadi 18 tahun. Ren, gue pengen jadi yang pertama ngucapin, so...” Di atas panggung kecil, Haikal bersuara melalui stand mic.

Speechless, Rena sampai tergugu saat memanggil pria itu. “K-kak Haikal juga... tau?”

Happy birthday.

Lantas, alunan lagu ulang tahun dan suara lembut Haikal memenuhi kafe dalam sekejap. Rena terperangah, butuh beberapa detik untuknya mencerna situasi, sampai akhirnya sebuah kue tersaji di depannya, berikut lilin angka 1 dan 8. Senyum Raja terlihat hangat di antara lilin yang menyala.

Happy birthday,” katanya, tepat pada riuh kembang api di luar yang menandakan tahun telah berganti, juga tibanya ulang tahun Rena di tanggal 1 Januari.

Di antara momen manis itu, ada Sigit yang hanya menjadi penonton. Dia berdiri di sudut, di samping Diana yang ikut bertepuk tangan bersama orang-orang.

“Kamu tau ulang tahunnya hari ini?” Perempuan itu membuka suara begitu tepukan berhenti karena di depan sana Rena sedang meniup lilin.

“Tau.”

“Terus kenapa gak kasih surprise?”

“Udah niat, tapi gak jadi.”

“Kenapa gitu?”

“Ya dia milih ke sini. Aku udah di rumahnya dari pagi, nungguin malam karena kejutannya malam. Tapi Mbak lihat sendiri kan dia betah di sini, malahan dikasih surprise sama Kak Haikal.”

Ada raut kesal di wajahnya, si perempuan jadi bingung harus membalas dengan apa. “Yaudah gak papa, harinya baru dimulai, kamu bisa kasih surprise buat dia siang atau malam nanti.”

Lelaki itu mengangguk, tapi kemudian berjalan ke depan. Tepat saat potongan kue pertama akan disuapkan pada Raja, dia merebutnya. “Hm, enak.”

“Sigit!”

Happy birthday,” katanya kemudian, acuh dengan wajah Rena yang terlihat kesal. “Mau kado gak?”

Rena memutar bola mata, baru akan menjawab ketika Sigit dengan cepat menyendok kue dan menyuapkan padanya. Lalu dia mengambil sesuatu dari dalam saku jaket, benda yang ketika diperlihatkan ternyata sebuah kalung silver dengan aksesoris lumba-lumba.

Raja mundur selangkah ketika kue yang dipegangnya nyaris mengotori lengan Sigit, secara tidak langsung memberi anak itu ruang untuk memberikan kadonya pada Rena. Sementara Sigit, cepat-cepat ia pasangkan kalung di tangannya pada leher Rena. Memeluk si gadis yang kaku selama beberapa detik, menikmati aroma parfum yang masih tersisa di antara rambutnya.

“Dengerin gue baik-baik, dengan atau tanpa gue lo ke depannya, tolong jangan lepasin kalung ini.”






—Tasikmalaya, 28 Juni 2023—

Glacier | Renjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang