00. tentang biru dan dunia nya.

661 63 12
                                    

Angin berhembus menerpa wajah pemuda tampan yang berdiri didepan rumah besar dengan badan menggigil hebat.

Tangan nya yang bergetar memeluk tubuh nya sendiri dan bibir nya membiru karna berdiam dibawah guyuran hujan selama dua jam lamanya.

"Mama... " Matanya menatap jendela di lantai dua yang terbuka memperlihatkan mamanya yang juga sedang menatap nya.

"Kak Biru.. " Seorang gadis belia melihat di belakang punggung mamanya. Matanya begitu sendu dan memancarkan rasa bersalah karna tidak bisa menolong kakak nya.

Saat melihat senyum dibibir pucat kakak nya gadis itu menggigit bibir dalam nya supaya tidak menumpahkan tangis nya.

"Ma suruh kak Biru masuk." Mohon gadis itu.

"Rachel kalau kamu masih bela kakak mu mama tidak segan mengusir kamu juga." Carissa menatap tajam pada anak gadis nya.

"Kak Biru kedinginan mah.. "

"Itu hukuman." Rachel menoleh pada papa nya yang datang dari arah dapur.

"Hukuman papa keterlaluan bagaimana kalau kak Biru sakit?"

"Kalau pun dia meninggal tidak masalah."

"PAPA!"

Carissa dan Arya tersentak mendengar bentakan dari gadis belia itu untuk pertama kali nya.

"Kamu berani bentak mama sama papa?" Sentak Arya.

"Karna kalian keterlaluan!" Rachel tidak menunjukkan rasa takut malah dia merasa muak karna orang tua nya selalu membedakan Biru.

Carissa mendekat mencengkam pundak putrinya dengan wajah yang marah, "Anak itu pantas mendapatkan hukuman karna tidak bisa menjaga kamu!"

Rachel menggeleng berusaha melepaskan cengkraman mama nya dipundak nya. "Aku sudah jelasin berulang kali kalau ini bukan salah kak Biru!" Suaranya ditekan disetiap kalimat.

"Kak biru tidak salah mah, pah. Aku jatuh dari tangga karna kelalaian aku, ini bukan salah kak Biru." Lirih nya.

Cengkraman Carissa di pundak Rachel mengendor tapi wajah nya masih terlihat banyak emosi.

Begitu pun Arya yang masih kekeuh atas pendirian nya tanpa merasa kasihan dengan putra nya yang bisa saja mati kedinginan.

"Kalian jahat sama kak Biru!" Rachel pergi meninggalkan orang tua nya dan keluar membawa payung untuk menghampiri kakaknya.

Saat Rachel baru membuka pintu tenggorokannya terasa tercekat melihat wajah kakak nya sudah pucat pasi seperti mayat.

"Kak Biru... " Kaki nya dia bawa melangkah dengan berat.

"Dek kamu kenapa keluar?" Biru segera mendekat tidak mau adik nya terkena setetes air hujan.

Rachel memeluk Biru dan menangis keras didalam pelukan kakak nya. "Maafin Rachel hiks maaf kak Biru... " Ucap Rachel merasa bersalah.

"Kamu bisa basah kalau meluk kakak." Tak dapat di pungkiri Biru juga sedang menahan tangis nya.

Rachel melepaskan pelukan nya dia memandang wajah tampan kakak nya dengan perasaan sedih.

"Jangan nangis kesayangan kak Biru.. " Biru menghapus air mata di wajah adik nya.

Rachel dapat merasakan tangan itu begitu dingin menyentuh kulit pipi nya.

"Maafin Rachel kak karna buat kak Biru dapat hukuman lagi."

"Bukan salah kamu."

"Maaf... "

Biru kembali menghapus air mata Rachel, "Kalau nangis terus kamu bisa jadi jelek."

"Kakak kenapa baik banget?"

"Kenapa harus jadi jahat?" Tanya Biru balik.

"Mama sama sudah jahat sama kakak."

Biru tidak menjawab dia tetap diam seraya tersenyum lembut, "Kamu masih nanti bisa demam.. "

"Kak! Jangan mikirin orang lain terus, Rachel mohon jangan terlalu baik sama seseorang!"

"Rachel... "

"Aku sakit kak kalau liat kak Biru dijahatin, aku sakit kak Biru.... " Gadis itu kembali menangis, dia ingin melindungi kakak nya tapi tidak bisa.

"Maafin kakak, Rachel... " Ujar Biru pelan memeluk erat adik nya.

*****

Biru memandang penuh binar bahagia pada kekasih nya yang datang membawa kan bunga padanya.

"Kamu manis."

Biru tersipu mendengar nya, "Kak Archell sibuk hari ini?" Tanya Biru sembari menggandeng Samudra untuk dia bawa masuk ke dalam rumah nya.

"Tidak."

Biru meletakkan bunga di meja dan duduk disamping Samudra sambil menyenderkan kepalanya di bahu kokoh itu.

"Mau temani aku ke perpustakaan?"

"Tentu saja." Samudra balik memeluk Biru meletakkan dagu nya di atas kepala Biru. Dia amat merindukan kekasih manisnya.

Biru menyembunyikan kepalanya dalam dekapan Samudra, dia tersenyum kecil sembari memejamkan matanya.

Biru juga merindukan Samudra.

"Aku siap-siap dulu.. " Biru mendongak menatap kekasih nya.

"Hm." Samudra melepaskan pelukan nya membiarkan Biru beranjak untuk masuk ke dalam kamar.

Biru masuk ke dalam kamar berganti baju sebaik mungkin dan menyemprotkan parfum yang diberi oleh Samudra.

Sebenarnya dia kurang suka dengan wangi ini tapi Samudra sangat menyukai nya.

Biru tersenyum simpul melihat penampilan nya, "Aku selalu tampan." Gumam nya.

Dia keluar dari kamar melihat Samudra yang memainkan ponsel nya.

"Kak Sam serius banget." Biru mendekat melihat Samudra yang segera menyembunyikan ponsel nya buru-buru.

"Sudah siap?"

"Kamu lagi lihat apa?" Selidik Biru.

"Urusan kantor." Jawab Samudra.

Bibir Biru menekuk ke bawah, "Jangan urusin kantor kalau lagi sama aku."

Samudra mendekat lalu memeluk pinggang ramping Biru.

"Maafkan saya Biru, saya janji tidak akan mengulangi nya lagi... " Ujar Samudra mengelus wajah cantik pria mungil nya itu.
.
.
.

Biru terus menggandeng tangan Samudra sambil melihat buku-buku yang harus dia bawa pulang.

Sedari tadi tangan nya tidak melepaskan tangan Samudra dari genggaman nya. Dia seperti sedang menunjukkan kepemilikan nya atas Samudra, semua orang harus tahu bahwa pria tampan ini telah menjadi milik nya.

Sementara Samudra menyapu pandangan nya ke perpustakaan dengan mata yang menatap penuh kerinduan.

Perpustakaan ini menyimpan banyak kenangan nya bersama seseorang di masa lalu, Samudra merindukan masa-masa indah itu.

Perasaan rindu ini amat mencekik nya sungguh Samudra ingin orang itu kembali kesini dan berada disisi nya seperti dahulu.

Dia amat merindukan pelukan hangat itu serta Samudra rindu bagaimana harinya terlewati sangat indah bersama orang itu.

"Kak Sam... " Suara lembut itu membuat Samudra menoleh sesaat dia terdiam kala sekelebat wajah Biru seperti berubah menjadi seseorang di masa lalu nya.

"Jean... " Gumam Samudra begitu pelan hampir mirip seperti bisikan tapi masih di dengar oleh Biru.

"Jean?" Dahi Biru mengernyit menatap bingung pada Samudra.

Samudra kembali tersentak sadar dia mengedipkan matanya beberapa kali. "Biru... " Samudra dengan cepat membawa Biru masuk ke dalam pelukan nya dan mengucapkan kata maaf berulang kali di dalam hatinya.

ABOUT MEWhere stories live. Discover now