02. awal mula kehancuran.

398 46 8
                                    

Samudra dengan setia mengelus pipi milik pria yang tertidur dalam dekapan nya. Keduanya hanya terbalut selimut tanpa menggunakan sehelai benang pun.

Perlahan mata cantik itu terbuka pertama kali yang ia lihat adalah wajah tampan kekasihnya. Bibirnya tersenyum kecil.

"Morning Archell.. " Suara serak itu membuat Samudra semakin menarik Jean mendekat.

Samudra memberi lumatan lembut pada Jean nya, "Aku mencintaimu." Ujar Samudra setelah melepaskan ciuman kedua nya.

"Aku juga mencintaimu." Balas Jean lembut dengan pipi yang merona merah seperti kepiting rebus.

"Apakah hari ini kamu mempunyai kesibukan?"

"Tidak." Jean memang tidak mempunyai jadwal pemotretan hari ini.

"Aku juga tidak mempunyai kesibukan." Samudra sangat ingin menghabiskan hari ini bersama dengan Jean tanpa ada gangguan.

"Kalau begitu bagaimana jika hari ini kita menghabis kan waktu bersama?" Mata Jean berbinar dia sudah lama sekali tidak menjalani hari nya bersama Samudra.

"Tapi bagaimana dengan Biru?" Lirih Jean sendu. Dia tetap tau posisinya. Jean hanya orang ketiga dalam hubungan ini, Biru tetap lah seseorang yang akan menjadi pendamping Samudra sampai tua nanti.

"Bisakah kamu tidak membahas tentang nya?" Samudra sangat muak, sungguh! Dia muak setiap hari harus selalu mendengar nama Biru. Pria itu merepotkan dan Samudra benci dengan seseorang yang merepotkan nya.

Jean segera memeluk Samudra, "Maafkan aku, okey?" Ujar Jean. Dia tidak mau merusak hari nya bersama Samudra.

Samudra mencium singkat bibir bengkak Jean karna ulah nya.

*****

Biru melihat seluruh tubuh nya di depan kaca kamar mandi, semua nya penuh luka dan membiru. Tatapan nya sungguh kosong.

Biru lelah jika harus seperti ini dia ingin sekali saja merasakan kehangatan keluarga nya. Kapan Biru merasakan itu?

Dia segera memakai baju nya dan bersiap untuk pergi ke kampus. Biru melihat ponsel nya dan menelfon kembali Samudra yang menghilang sejak semaleman tanpa memberi nya kabar.

Perasaan cemas menyelimuti hatinya. Kemana Samudra? Biru ingin segera bertemu dan memeluk Samudra hanya pria itu yang bisa memberikan nya ketenangan.

Ia berdecak kala mendapati nomor Samudra tidak aktif dalam hati nya dia berucap semoga apa yang berada di pikirannya tidak sungguh terjadi.

Biru hanya mempunyai Samudra sebagai harapan nya!

"Kak Biru." Biru menoleh mendengar sapaan lembut adik nya.

Rachel menutup pintu kamar kakak kedua nya dan menatap penuh rasa bersalah pada kakak nya.

"Rachel--" Ucapan nya terpotong karna sang adik menerjang tubuh nya dan memeluk nya dengan erat. Biru menahan rasa ngilu akibat pelukan Rachel.

Tangan nya mengelus kepala adik nya, "Hei kenapa menangis." Tanya Biru kala mendengar isakan adik nya.

Rachel semakin menenggelamkan kepalanya di pelukan kakak nya dan beberapa bergumam meminta maaf.

"Maaf kak karna Rachel tidak menolong kakak." Ucap nya semakin sesenggukan.

"Rachel... " Biru mengurai pelukan mereka dan menangkup pipi adik nya. "Kak Biru baik-baik saja. Berhenti menyalah diri kamu, okey? Kak Biru sungguh tidak apa-apa." Ujar nya memenangkan Rachel. Biru tidak bisa melihat adik nya menangis, hatinya pilu.

Bukan nya berhenti tangisan Rachel justru semakin keras. Demi tuhan, suatu saat nanti Rachel akan membawa kakak nya pergi jauh dari rumah penuh luka ini. Rachel berjanji akan membuat kakak nya bahagia tanpa merasakan tangis lagi.

ABOUT MEOnde histórias criam vida. Descubra agora