08. Wretched

1.6K 185 4
                                    

'Selamat Membaca'

Cukup sudah!

Alexa jadi mengerti sekarang. Rupanya Anne tengah berusaha mempermalukannya dengan dalih meminta maaf. Gadis licik!

Seseorang yang berpura-pura polos seperti Anne adalah tipe yang paling ia benci. Memanfaatkan wajah lugu dan tangisan untuk mendapatkan simpati orang lain. Benar-benar manipulatif.

"Fay, tolong ambilkan sapu tanganku yang ada di kantong jubah!" perintah Alexa dengan suara datar.

Fay mengangguk lalu merogoh kantong jubah maroon yang di pegangnya. Kemudian memberikan sebuah sapu tangan bermotif daun maple kepada Alexa.

Dengan raut jijik Alexa mengelap kedua telapak tangannya yang tadi memegang bahu Anne, "Menyebalkan! Seharusnya aku tidak menyentuh sesuatu yang menjijikan."

Fay meneguk salivanya mendengar suara angkuh Alexa. Oh tidak, nonanya saat ini sedang murka.

Alexa membuang asal sapu tangannya di lantai lalu bersidekap dada, "Hei, gadis sialan! Padahal aku sudah berniat baik dengan tidak menganggumu. Tapi sepertinya kau sangat menginginkan perhatianku." hardiknya dengan suara melengking keras.

Anne mendongak, "Lady.. saya sama sekali tidak bermaksud buruk. Saya hanya ingin meminta maaf. Apakah itu hal yang salah?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Ayolah, Alexa bahkan belum melakukan apa-apa tapi gadis itu sudah terlihat seperti akan menangis.

"Pertama-tama kau harus berdiri jika ingin berbicara denganku, bukannya berlutut menyedihkan seperti ini." Alexa menendang pangkal lutut Anne dengan sepatu mahal miliknya, membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Saya selalu berusaha bersikap baik pada lady, tapi kenapa lady selalu memperlakukan saya semena-mena." Anne mengelus lututnya yang terlapisi gaun dengan isakan pelan.

Alexa tertawa tidak habis pikir, "Jangan bersikap seolah kita ini berteman. Sedikitpun aku tak butuh sikap baik dari gadis munafik sepertimu!"

"Kenapa? Kenapa lady sangat membenci saya? Saya dan pangeran David hanya berteman, kami tidak memiliki hubungan apapun."

Mendengar Anne yang kembali membawa nama David dalam percakapan mereka, membuat Alexa semakin yakin bahwa gadis itu benar-benar bertekad kuat ingin mendapatkan sang putra mahkota.

Alexa memutar mata jengah. Niatnya yang tadi ingin balas mempermalukan Anne seketika menguap. Kelakuan gadis itu saat ini entah kenapa justru mengingatkannya kepada dirinya yang dulu.

Bedanya adalah, Anne menyingkirkan lawannya dengan sikap lemah lembut sedangkan Alexa sebaliknya. Sungguh sangat memalukan jika mengingat betapa bar-barnya ia dahulu.

Dengan kemarahan yang mulai mereda Alexa berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Anne, "Kau dengar baik-baik perkataanku! Apapun hubunganmu dengan pangeran, itu bukan urusanku. Bahkan walau kalian menikah sekalipun aku tidak peduli! Yang ingin kutegaskan adalah berhenti bertingkah seolah-olah kau mengenalku, itu membuatku muak."

Sudut bibir Anne berkedut saat Alexa menyatakan ketidakpeduliannya dengan wajah tenang. Bukan reaksi seperti ini yang ia inginkan. Seharusnya Alexa terpancing emosi dan menggila seperti dulu.

Villainess IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang