Kekecewaan

541 66 14
                                    

"Bisakah kau berkunjung ke rumahku, sore ini, Sakura?"

​Tangan Naruto membeku seketika, mendengar suara Kakashi dari balik pintu ruangan rawat inapnya. Dia bersama Sakura.

Mengapa Sakura kembali lagi ke kamar Kakashi?

Beberapa menit yang lalu, saat Naruto hendak meninggalkan rumah sakit, ia baru teringat sesuatu. Jiraiya menitipkan pesan untuk disampaikan pada Kakashi, mengenai series buku Icha-Icha terbaru yang sudah diterbitkannya.

​Namun Naruto kini membatu di depan pintu. Ia bisa saja masuk seperti biasa, tapi pertanyaan Kakashi barusan menghentikan gerakannya. Perasaannya mengatakan bahwa seharusnya ia tidak menginterupsi momen itu. Dan disisi lain, ia juga menantikan jawaban Sakura.

​ "Kau tahu kan, aku menjelajahi banyak tempat saat menjalankan misi, dan saat itu, aku menemukan banyak gulungan-gulungan informasi, dan kukira beberapa diantaranya ada yang berkaitan tentang teknik pengobatan ninja medis. Jika kau tidak sibuk—"

​"Ah, tentu saja tidak. Aku akan mampir ke rumahmu sepulang kerja nanti, sensei."

​Deg. Sesuatu seakan baru saja menusuk dada Naruto.

Ia melepas pegangan tangan dari gagang pintu, perlahan mundur dan berbalik arah meninggalkan ruangan rawat inap Kakashi.

Padahal Naruto sangat bersemangat dengan rencana jalan-jalannya sore nanti bersama Sakura. Ia sudah menyiapkan rute perjalanan mereka dengan baik. Bahkan, ia sudah berlatih memberikan hadiah dengan cara yang romantis. Selama ini Sakura selalu melihatnya sebagai lelaki yang konyol, dan Naruto ingin memperlihatkan sisinya yang berbeda pada Sakura, setidaknya untuk kali ini saja. Namun semua tinggal angan-angan.

Ternyata Sakura menganggap pertemuan mereka sebagai sesuatu yang tidak penting. Sakura memang tak pernah menganggapnya lebih dari seorang teman satu tim. Naruto tak pernah ada dipikiran gadis itu. Tak pernah dan tak akan pernah.

"Hah—" Ia menghela napas, mendongak, menantang cahaya matahari yang begitu terik.

Ini bukan kali pertama. Naruto sudah terbiasa mendapatkan penolakan secara langsung dari Sakura. Tapi untuk kali ini terasa berbeda. Ia benar-benar merasakan kekecewaan yang berbeda.

"Memang  lebih baik fisik yang terluka dari pada hati—"

"Hoi, kau bicara dengan siapa, Naruto?"

Naruto menoleh dan menemukan Shikamaru sudah berjalan santai di sebelahnya.

​"Semua berjalan lancar?" Lelaki berambut nanas memperhatikannya sekilas, kemudian mendengus pelan. Tanpa harus diberitahu, sepertinya dia mengerti situasi Naruto. "Kau kena tolak lagi, ya—"

​"Bukan begitu, ttebayo!" Naruto berseru jengkel. Ia menghela napas, bersamaan dengan Shikamaru. "Benar katamu, perempuan memang sulit."

​Shikamaru menyeringai. "Sudahlah, lebih baik sekarang kau menemui godaime hokage. Sepertinya dia punya misi baru untukmu. Tadi dia—" Belum selesai Shikamaru berbicara, Naruto sudah melompat ke atap rumah warga, mengambil rute terdekat menuju gedung hokage.

​"Terimakasih informasinya, Shikamaru!" Ia melambai singkat pada Shikamaru, kemudian kembali melompati atap rumah warga.

​"Nenek Tsunade, apa benar kau punya misi untukku?" Seru Naruto, sesaat setelah membuka pintu ruang hokage tanpa mengetuk.

​Wanita di balik meja menatap dengan tajam. "Sudah berapa kali kukatakan untuk mengetuk pintu sebelum masuk!" Sinisnya.

​Naruto menggaruk kepala, terkekeh pelan. "Jadi misi apa itu? Peringkat S?"

The Sun And MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang