Hancur

499 63 19
                                    

Setelah hari itu, Kakashi tak lagi menemui Sakura. Semua seakan berakhir dalam satu malam.

​"Sakura—" panggil Kakashi lirih, begitu ia terbangun dan melihat gadis bersurai merah terduduk di tepi ranjang.

​"Sensei, kau sudah bangun?" Gadis itu tersenyum. Senyuman yang amat manis dan juga menyakitkan untuk dipandang. "Tidurmu nyenyak?"

​Kakashi bangkit, duduk di ranjang. "Ya, berkat seseorang." Pria itu tersenyum hambar.

​Sakura tersenyum, kepalanya perlahan tertunduk melihat ujung kakinya yang mengayun-ngayun. "Kupikir aku harus pergi sekarang."

​"Kau sudah mau pergi?" Kakashi sedikit menyayangkan hal itu. Sepertinya dia masih ingin sedikit lebih lama bersama gadis itu.

​"Hmm. Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu di meja makan." Sakura bangkit, berbalik menghadap Kakashi yang masih terduduk di ranjang, menatapnya.

​"Makanlah dulu bersamaku sebelum kembali—"

​"Tidak." Ucapnya tegas. "Ini akan lebih baik untuk kita—mengakhirinya seperti ini."

​Bibir gadis itu bergetar. Kakashi memperhatikannya sebentar, kemudian membuang muka. Hatinya begitu sakit hanya dengan melihat wajah gadis itu. "Kau benar." Gumamnya, pasrah.

​"Kita—tidak punya kesempatan, kan?" gadis itu menunggu dengan tatapan putus asa dari depan pintu. "Sama sekali—tidak?"

Bibir Kakashi seketika membisu. ​Ia hanya menunduk, menatap selimut yang masih menyelubungi kakinya. Keheningan menghampiri mereka cukup lama, sampai akhirnya Sakura menyadari maksud keheningan itu dan memilih pamit.

​"Baiklah. Aku pergi."

​Sejak hari itu Kakashi tak lagi mencari Sakura, dan begitu pun sebaliknya. Mereka saling menghindar satu sama lain. Gadis itu bahkan tak pernah mampir ke tempat latihan Naruto lagi. Membuat Naruto dan Yamato bertanya-tanya apakah gadis itu menjadi begitu sibuk sehingga tak pernah berkunjung.

​Tsunade beberapa kali menugaskan tim 7 untuk melakukan misi keluar desa, tapi Kakashi memilih mangkir dan menyuruh Yamato untuk memimpin tim menggantikannya.

​Waktu terus berlalu. Banyak hal yang telah terjadi semenjak kepergian Asuma. Sebagaimana wasiat pria itu yang dititipkannya melalui Shikamaru, Kakashi selalu mampir untuk melihat kondisi Kurenai. Pria itu ingin memastikan bahwa kekasih dari sahabatnya selalu dalam kondisi baik-baik saja, seperti yang diinginkan pria pecandu rokok itu darinya.

​"Bukankah bajumu terlalu kecil untuk perutmu yang semakin besar?" Kakashi bersandar di konter dapur, menatap Kurenai yang tengah menyiapkan piring di meja makan.

​"Setiap hari kau bertambah cerewet saja. Bayiku mungkin tidak akan menyukainya." Celutuk wanita bermata indah itu, kemudian menyuruh Kakashi bergabung dengannya di meja makan. "Tim 7 sedang menjalankan misi keluar desa, ya?"

​Kakashi mengangguk. "Ya, begitulah—"

​"Sampai kapan kau akan bermalas-malasan dan menyerahkan tugasmu pada Yamato, huh?" Kurenai mulai menyuap makanannya, begitu pula Kakashi.

​"Kau tahu bahwa aku punya misi lain untuk di jalankan. Bagaimana bisa kau mengatakan bahwa aku bermalas-malasan, Kurenai?"

​Perempuan itu tertawa. "Kau benar. Maafkan aku—" Kurenai menaruh sendoknya ke samping, menatap Kakashi dengan lebih serius sekarang. "Keadaan diluar semakin memburuk, ya?"

​Kakashi hanya berdehem. Keadaan memang sedikit kacau belakangan. Apalagi setelah Akatsuki mulai bergerak.

​"Kau bisa berhenti datang mulai sekarang. Fokuslah pada tugasmu dan berhenti mengkhawatirkanku."

The Sun And MoonOù les histoires vivent. Découvrez maintenant