Duka

497 62 17
                                    

Rumah sakit sudah sibuk sejak pagi. Hari ini ada banyak jadwal operasi yang harus dilakukan. Mulai dari operasi ringan, sampai operasi dengan prosedur sulit. Sayangnya, tenaga medis ahli di Konoha cukup terbatas. Tak banyak ninja medis yang berada pada level setingkat Tsunade untuk dapat melakukan berbagai operasi dengan prosedur sulit, selain Sakura.

​Sejak dini hari, gadis bersurai merah muda sudah melakukan tugasnya di rumah sakit. Tak banyak waktu untuk beristirahat. Setelah selesai menyelesaikan satu operasi, ia harus segera menuju ruang operasi lainnya.

​"Hah, aku ingin menghirup udara segar sebentar—" keluh Sakura di sela-sela perjalanannya menuju ruang operasi berikutnya.

​Gadis bersurai merah muda berhenti sejenak di jendela, menatap langit tanpa awan yang tampak menyilaukan.

​"Kuharap pasien-pasienku bisa segera menikmati kecerahan hari ini." Gumamnya dengan wajah sendu.

​"Sakura-san, ruang operasi berikutnya disebelah sini—"

​Sakura terkesiap saat salah seorang perawat menyorakinya. "Ah, iya, aku akan segera kesana!"

​Sebelum berjalan menuju ruang operasi, Sakura kembali menatap ke luar jendela. Ada sesuatu yang terasa mengganjal saat ia menatap keluar sana. Entah ini hanya perasaannya saja, atau memang ada sesuatu yang sedang terjadi di luar sana.

​Gadis itu cepat-cepat menggeleng, menghilangkan segala pikiran buruk yang tiba-tiba saja bermunculan entah darimana.

​"Semoga semuanya baik-baik saja—"

**

​"Kakashi-sensei, kapten Yamato, apa kalian melihatku barusan?" Naruto bersorak nyaring. "Aku hampir berhasil melakukannya! Kemarilah, aku ingin kalian melihatnya, ttebayo!"

​Kakashi bangkit dari rerumputan, segera melompat ke hadapan Naruto yang sudah bersiap menujukkan jutsunya. Sementara Yamato tetap pada posisinya, membantu mengontrol cakra kyubii agar tak lepas kendali saat Naruto melayangkan jutsu barunya.

​Sebelum Naruto sempat menggerakkan tangan untuk membuat segel, seseorang dari arah hutan datang dengan langkah terburu-buru menghampiri mereka.

​"Naruto, tunggu—" Kakashi menghentikan gerakan pemuda bersurai pirang. Ia menoleh ke arah Yamato, diikuti oleh Naruto. Seorang shinobi penjaga baru saja datang. Dia terlihat sedang menyampaikan pesan.

​Dari raut wajah Yamato, Kakashi bisa menebak bahwa itu bukan suatu hal yang baik. Setelah menerima pesan, Yamato berjalan menghampiri Kakashi dan Naruto yang berada tak jauh darinya.

​"Kita harus menghentikan latihan—" ucapnya, dengan nada penuh sesal.

​"Hah, kenapa bisa begi—"

​"Sarutobi Asuma telah—"

​Suasana menjadi hening.

​Kakashi tahu bahwa pesan itu bukanlah suatu hal yang baik, tapi ia tak menyangka bahwa akan seburuk ini. Seluruh tubuhnya mendingin. Tak ada kata yang mampu diucapkannya untuk merespon ucapan Yamato yang tergantung. Ia tak bodoh. Meski kalimat itu tak sempurna, siapapun tahu maksudnya.

​Meski begitu, Kakashi tetap ingin menyangkalnya. Ia menatap mata Yamato, berusaha mencari penyangkalan pada pesan yang baru saja didengarnya. Namun mata pria itu tak bergeming. Yamato menggeleng lemah, menutup mata dengan penuh sesal.

Asuma.

**

​Langit biru cerah itu telah berubah menjadi kelabu, diikuti oleh gerombolan shinobi yang berdiri di depan sebuah makam yang bertuliskan nama rekan mereka yang baru saja berpulang.

The Sun And MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang