Bab 48.Rencana

1.8K 235 52
                                    

Selamat Membaca





















Regan berlari tergopoh memasuki mansion milik nya. Jantung nya berdegup kencang mengingat kepala penjaga mansion nya menelpon dan memberitahu jika kondisi Sea kembali memburuk. Pikirannya seketika memikirkan segala kemungkinan buruk yang ada. Merutuki kebodohan nya yang malah meninggalkan Sea sendirian karena urusan bisnis nya. Sejujurnya ia tak ingin meninggalkan Sea tapi apa boleh buat, ia tak mungkin mengabaikan perusahaan nya begitu saja.



Biasanya ada Leon yang sedia menjaga Sea saat ia sedang sesibuk apapun. Tapi kini rasanya begitu sulit saat kondisi ketiga nya sedang rumit seperti sekarang. Mencoba melupakan sejenak masalah yang terjadi kaki nya ia pacu semakin cepat saat melangkah ke anak tangga paling atas, terlalu larut dalam pikiran nya membuatnya memilih menggunakan tangga ketimbang menggunakan lift. Kini yang hanya ada otaknya hanyalah ia harus segera menemui Sea yang pasti sedang membutuhkan nya.



Tangan nya membuka kasar pintu di hadapan nya. Kaki nya melangkah cepat begitu netra nya menemukan bungsu nya yang kini duduk meringkuk di atas ranjang nya.



"Kecil." Panggil nya.


Sea yang sedari tadi terdiam sembari meremat ujung baju hangat yang di kenakan nya sontak mendongak. Air mata nya yang sudah sedari tadi menggenang di pelupuk mata nya sontak langsung turun begitu saja begitu melihat atensi papa nya.


"Hushhh kecil kenapa nangis sayang?? " Regan meraih kedua tangan Sea. Terasa begitu dingin saat kulit keduanya bersentuhan.



"Mana, mana yang sakit kecil?? " Tanya Regan panik.


Sea menggeleng kecil, hanya tetap menatap sendu ke arah papa nya.


"Jawab papa Sea, bilang papa mana yang sakit. Papa nggak tau harus gimana kalo kamu cuma diem aja gini." Desak Regan.



Sea menggigit bibirnya pelan, "Papa kenapa Sea di lahirin??" Tanya nya sendu, ia membiarkan kedua pipi nya basah. Meluapkan pertanyaan yang selama ini memenuhi hati nya.



Regan tercekat, ia tidak bisa bohong jika ia sangat tidak suka mendengar pertanyaan itu keluar dari bibir Sea. Sontak perasaan khawatir nya sejak tadi berubah menjadi rasa kecewa. Entah perlu berapa ratus kali ia harus mengatakan jika kehadiran Sea bukannya kesalahan. Perlu berapa lama agar Sea sadar jika kehadiran Sea adalah sebuah kebahagiaan untuk nya. Baik Ciara maupun Irish sekalipun mereka tak pernah menganggap Sea adalah kesalahan.




Sebaliknya, Irish yang merupakan ibu dari Leon justru menganggap Sea seperti anaknya sendiri. Lantas kenapa justru Sea mempertanyakan hal bodoh itu.


"Jawab Sea pa. " Desak Sea.


Regan menarik tangan nya dari kedua telapak tangan Sea. Menarik nafas panjang merasakan betapa rasa amarah nya kini mulai menguasainya. Tangan nya mengepal dengan rahang nya yang mengeras. Sebisa mungkin menahan amarahnya, ia menatap kedua manik bulat milik Sea.

Tentang Sea (End) Where stories live. Discover now