[II/XV]

1.1K 112 32
                                    

Assalamu'alaikum...

*********

Sopan mengetuk pintu ruangan [Name].

"Silahkan masuk."

Tanpa fikir panjang, Sopan membuka pintu tersebut. Terlihat [Name] yang sedang sibuk dengan layar laptopnya.

"Assalamualaikum, kak, ini ya data-datanya," ucap Sopan.

"Waalaikumsalam, waaahhh, cepat sekali, Sopan. Makasih yaaa..." [Name] tersenyum ramah seperti biasanya.

Setelah Sopan memberikan data-data tersebut, ia masih tetap berdiri di hadapan [Name]. Membuat keadaan jadi sedikit canggung.

"Sopan? Ada apa lagi?" tanya [Name] kepada Sopan.

"Nanti mau ngabuburit bersama saya?"

Muka [Name] mendadak menjadi merah. Ya, sebenarnya [Name] memang ingin mengajak Sopan ngabuburit sebelumnya.

"B... boleh."

Sopan tersenyum lalu keluar dari ruangan [Name]. [Name] senyum-senyum sendiri karena masih tidak menyangka bahwa Sopan akan mengajaknya ngabuburit. Ia jadi semakin bersemangat untuk mengerjakan pekerjaannya agar cepat selesai, lalu akan ngabuburit bersama Sopan.

*********

"Jadi, kita mau kemana dulu?" tanya Sopan yang sudah berada di samping [Name].

"Kalo ke mal?" jawab [Name], masih dengan mukanya yang merah. Sebelumnya, ia belum pernah berjalan bersampingan dengan Sopan. Apalagi, wangi Sopan yang gentleman, duh, bisa-bisa [Name] jatuh pingsan. Canda.

"Aaahh, boleh-boleh."

Kantor mereka tidak jauh dari mal. Makanya, mereka berdua hanya jalan kaki untuk menuju ke mal.

Selama perjalanan, [Name] selalu merasa ingin menggenggam tangan Sopan, tapi ia menahannya karena terlalu malu untuk melakukannya.

Mereka juga tidak berani untuk memulai pembicaraan. Sehingga keadaan menjadi canggung kembali.

"Kamu... udah nikah?" tanya [Name], memulai topik pembicaraan.

"Belum sih. Kakak pula?"

"Saya juga belum."

Wah, jantung [Name] berdebar-debar setelah tahu Sopan belum menikah. Rasanya [Name] ingin menikahi Sopan detik itu juga.

"Oh ya, gausah panggil saya 'kak' lagi. Kita seumuran. Panggil aja kayak panggilan temen biasa."

"Baik, [Name]."

Waaahh, [Name] ingin meledak. Ini pertama kalinya ia mendengar Sopan memanggilnya dengan namanya.

Mereka berdua pun menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama sambil jalan-jalan, tentu saja mereka membeli makanan untuk berbuka puasa nanti.

"[Name]... mau... buka puasa bareng? Ngga keberatan, kan?"

Deg.

"E... eeehh... boleh, saya ngga keberatan, kok. Lagian, biasanya memang saya buka puasa sendiri."

"Bagus, deh."

"Mau buka dimana??"

"Ke taman yang baru buka disini, kayaknya masih sepi."

"Baik."

*********

Mereka berdua duduk di rerumputan halus di taman tersebut, sambil mempersiapkan makanan untuk berbuka puasa.

"Langitnya cantik ya, [Name]?" Sopan tersenyum kepada [Name] yang masih mempersiapkan makanan.

"A- aahh iya, cantik banget."

Angin mulai menghembuskan surai mereka. Surai hitam tersebut kini terlihat sangat cantik di mata Sopan.

Sopan mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Apa itu?

"[Name]... saya yakin Tuhan menciptakanmu untuk saya cintai. Tuhan memilihmu dari yang lain karena tahu saya paling mencintaimu. Bisakah kamu menjadi milikku untuk kini dan selamanya?"

Deg! Apakah [Name] sedang bermimpi?

[Name] membelakkan matanya, sungguh? [Name] dilamar oleh pria yang ia harapkan? Tapi sayangnya, [Name] harus menolak lamaran dari Sopan, karena kekurangannya.

"Tapi Sopan... saya... saya..."

"Kenapa?"

"Saya ngga mau kamu kecewa, jadi lebih baik kamu cari perempuan lain yang lebih baik dari saya. Saya punya sindrom MRKH... maaf."

"MRKH? Kamu ngga bisa melahirkan??"

"Iya, maaf..."

"[Name], dengar, saya nikah sama kamu karena saya mencintaimu, bukan karena pengen punya anak. Lagian, kita bisa adopsi anak kalau kamu mau."

"Huh? Jadi... kamu masih tetep mau nikah sama saya?"

"Ya."

"Kamu buru-buru banget, sih. Untung saya terima."

"Eh kamu terima?"

"Tentu saja."

Sopan pun memasukkan cincin tersebut ke jari manis [Name]. Kini cincin tersebut terlihat sangat indah setelah dipakai oleh [Name].

'Cantik.'

*********

"Mau pake adat apa?" tanya Sopan kepada [Name] yang masih meminum cendol.

"Hum? Kamu orang Melayu, kan?"

"Eeehh ya. Darimana kamu tahu?"

"Cara ngomong kamu. Saya suka cowo Melayu."

"Eeee-"

"Pake adat Melayu aja, ya?"

'Saya pengen liat kamu pake baju kurung.'

*********

...boleh saya minta waktunya seumur hidup?

592 kata.

My Tsundere Wife; BoBoiBoy Sopan (ID)Where stories live. Discover now