[IX/XV]

676 48 0
                                    

Novel yang bagus itu...

*********

"Mau beli apa dulu?" tanya Sopan kepada orang di sebelahnya, [Name].

"Cemilan, buat dirumah," jawab [Name].

Mereka berdua pun jalan ke tempat yang menjual makanan dan cemilan. Setelah sampai, [Name] bergegas mencari cemilan yang ia sukai.

Sopan ikut berjalan bersama di samping [Name]. "Kamu mau cemilan yang kayak gimana? Yang pedas, manis, biasa-biasa aja??"

[Name] menoleh ke Sopan, "Aku mau yang manis," jawabnya sambil tersenyum.

Sopan reflek mencubit kecil pipi [Name], "Gemes deh." Sopan kembali tersenyum kepada [Name].

"Ah udahlah! Nanti diliatin orang. Kamu cari aja makanan yang kamu mau disini, aku mau kita mencar," ucap [Name] lalu menepis tangan Sopan yang mencubit pipinya.

Sopan terkekeh, "Asiap kapten!" Sopan pun langsung berpencar, sama dengan [Name]. Mereka langsung mencari makanan apa yang akan mereka bawa pulang.

Waktu terus berjalan, dan [Name] masih bingung cemilan apa yang akan ia beli. Di tempat ini, semua cemilannya terlihat sangat enak! [Name] ingin membeli semua yang ada di tempat itu, namun ia harus berhemat mulai saat ini.

Hingga [Name] menemukan cemilan yang sangat disukai seseorang yang dekat dengannya, ia mengambil ponselnya yang berada di kantong kardigannya, lalu ia menyalakan ponsel itu. [Name] memfoto cemilan tersebut, lalu mengirimkannya kepada seseorang tersebut.

 [Name] memfoto cemilan tersebut, lalu mengirimkannya kepada seseorang tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, lagi on dia," gumam [Name] dengan suara kecil. Tiba-tiba, ia merasakan seperti ada yang menyentuh bahunya.

"Honey, udah ketemu mana yang mau dibeli??" tanya seseorang itu dari belakang [Name].

[Name] terkejut setelah mendengar suara tersebut, itu suara sang suami, [Name] kenal betul. [Name] langsung buru-buru mematikan ponselnya dan kembali meletakkannya di dalam kantong.

Sopan menaikkan satu alisnya, "Kamu mau beliin oleh-oleh buat adik kamu, ya? Kakak yang baik." Sopan tersenyum pada [Name].

[Name] menganggukkan kepalanya, "Iya, selera dia hampir sama kayak aku. Jadi aku sekalian beliin aja," jawabnya.

'Tumben banget dia engga marah-marah sama saya. Apa karena lagi di tempat umum, ya?' tanya Sopan dalam hati.

[Name] melihat ke keranjang yang dibawa sang suami, "Kamu beli... yang pedes-pedes semua?" [Name] membelakkan kedua matanya ketika melihat isi dari keranjang tersebut, isinya cemilan pedas semua!

"Hehe, iya. Keluarga saya suka yang pedas, saya juga suka," jawab Sopan sambil cengengesan.

"Keluargaku juga semuanya suka yang pedes-pedes, cuma aku sama adikku yang engga suka pedes," ucap [Name].

Sopan menghela nafas, "Yasudah, ayo lanjut cari oleh-oleh lagi."

"Kamu sudah selesai kan cari oleh-olehnya?"

"Sudah. Saya mau temenin kamu aja."

"Aku engga usah ditemenin. Kamu bayar duluan aja."

"Baik."

*********

Langit sudah berubah menjadi warna jingga. Untungnya mereka berdua sudah membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang dan diberikan kepada keluarganya.

Kini mereka sedang berada di dalam restoran untuk berbuka puasa. Makanan sudah tersedia di meja makan, mereka hanya tinggal menunggu adzan Maghrib berkumandang.

[Name] melirik ke Sopan yang duduk di depannya. "Babe, besok kita kan naik pesawat ke Tangerang, terus besok aku mau beres-beres rumah baru kita. Terus besoknya lagi atau lusa, baru kita terbang lagi ke Sumatra. Mau ke Riau dulu atau ke kampungku?" jelas [Name] dengan panjang lebar.

"Waduh, kayaknya cape juga kalau kayak begitu. Kenapa besok kita ngga langsung terbang ke Sumatra aja?"

"Aku mau beres-beres rumah baru kita dulu. Nanti sepulang dari Sumatra, tinggal santai deh."

"Yasudah. Kita lebaran di kampung kamu aja."

"Lho, lebaran di kampung kamu juga kan? Kampung kita kan deket, cuma 7 jam aja," ucap [Name] lagi dengan santai.

"7 jam deket? Wah, deket banget. Emang kampung kamu dimana? Saya baru sadar saya ngga tau kampung kamu di mana."

"Sumbar. Kan bisa, hari pertama lebaran di kampungku, hari kedua lebaran di kampungmu. Kata orangtuaku harus kayak gitu kalau kampung kita deket, nanti kasihan ayah kamu."

"Baiklah kalau begitu." Sopan akhirnya menuruti apa kata [Name].

[Name] tersenyum, akhirnya Sopan nurut. Ia melihat ke jam tangannya, ternyata buka puasanya masih sedikit lama. [Name] pun mengeluarkan laptopnya, ia meletakkannya di atas meja makan.

"Kamu mau ngapain?" tanya Sopan yang melihat [Name] mengeluarkan laptopnya.

"Nyelesaiin pekerjaan," jawab [Name] singkat.

*********

...novel yang diisi dengan konflik.

654 kata.

My Tsundere Wife; BoBoiBoy Sopan (ID)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang