[III/XV]

1K 91 19
                                    

Asal kita percaya dan sama-sama setia...

*********

Mereka berdua menikmati es buah yang baru saja mereka beli tadi saat ngabuburit. Es buah tersebut ada banyak potongan buah segar, ada semangka, mangga, melon, pepaya, buah naga, dan juga ada agar-agar. Rasanya? Sedap.

"Pan, kamu beneran cinta sama saya?" tanya [Name] yang membuat Sopan hampir tersedak.

"Uhk- tentu saja, [Name]. Kamu ngga yakin sama saya?"

"Engga... bukan gitu, tapi, saya ada banyak kekurangan. Kamu juga baru kenal saya 2/3 hari, kamu kan belum liat sifat saya sebenernya. Kenapa kamu buru-buru banget?"

"Yaaa... tak apa. Saya bisa nerima semua kekurangan kamu, asal kamu juga terima kekurangan saya. Apa kekuranganmu yang bikin kamu ngga yakin?"

"Saya... ngga bisa masak," ucap [Name] dengan muka merahnya.

"Pppftt... AHAHAHA--"

"Shht!" [Name] langsung membekap mulut Sopan dengan tangannya, ia sangat malu. "Jangan ketawa."

"Mmpphh!"

"Haih..." [Name] melepaskan bekapannya.

"Aha... gimana saya tak ketawa. Habis, kamu comel."

"Apa yang lucu, sih? Hmph!" [Name] memalingkan mukanya dari Sopan dan mengembungkan pipinya. Kini ia menjadi terlihat sangat menggemaskan di mata Sopan!

"Ala... ya ngga papa kalau kamu ngga bisa masak.  Saya tak masalah." Sopan merasa ingin mencubit pipi [Name] yang gemas itu.

"Ah iya, [Name], yuk shalat dulu."

...

Tidak ada respons dari [Name].

"Kamu merajuk?"

"Humph."

"La... janganlah merajuk... saya bukannya bermaksud."

"Sopan..."

"Ya?"

"Nanti kita harus buat perjanjian pranikah."

"Eeehh. Baik."

*********

"Sopan, kamu biasanya pulang naik apa?" tanya [Name]. Mereka berdua sedang berjalan bersama menuju parkiran di kantornya.

"Saya biasanya naik bus atau kereta, kenapa?"

"Mau... saya anterin?"

"Eh. Emang naik apa??"

"Naik mobil saya, yuk." [Name] membuka pintu mobilnya mempersilahkan Sopan masuk.

"Eeeeehh ini mobil kamu?" Sopan masih tidak yakin bahwa ia akan diantar pulang oleh wanita. Ya, biasanya pria yang akan mengantar wanita pulang.

"Iya. Udah, ngga papa, santai aja kali," ucap [Name] sambil tersenyum santai. "Nanti kamu kasih tau rumah kamu dimana, ya."

"B-baik."

"[Name], soal yang tadi kamu bilang, kenapa kamu mau kita bikin perjanjian pranikah? Setahuku biayanya lumayan," tanya Sopan disaat [Name] sedang menyetir.

"Itu... buat jaga-jaga aja," jawab [Name] yang masih fokus menyetir.

"Kamu ngga percaya sama saya?"

"Saya percaya sama kamu. Itu cuma buat jaga-jaga aja."

"Terus, kenapa kamu mau kita bikin perjanjian pranikah?"

"Panjang ceritanya."

"Pendekkan."

"Huft..." [Name] menghela nafas. Kemudian menatap Sopan sejenak. Jangan khawatir, mereka sedang berada di lampu merah.

"Dari dulu saya emang ngga mau nikah. Saya mengatakan pada diri saya, saya bisa hidup sendiri, saya tidak butuh pria. Tapi walau begitu, saya ini orangnya emang mudah jatuh cinta. Ya, kamu bisa buat saya jatuh cinta padamu."

"Huh, kenapa kamu mengatakan hal tersebut ke diri kamu?"

"Saya takut. Saya takut nikah sama pria yang salah. Pria yang sikapnya seperti ayah saya. Ayah saya yang ingin selalu diperlakukan seperti raja oleh ibu saya, tapi ayah saya memperlakukan ibu saya tidak seperti ratu. Yang bisa saya harapkan kali ini, sikap kamu ngga seperti ayah saya, makanya, saya pengen kita bikin perjanjian pranikah."

"[Name]... saya tak tahu harus cakap apa, tapi, saya berjanji saya akan memperlakukan kamu seperti ratu."

Air mata [Name] menetes, menangis terharu dengan perkataan Sopan. Ia mengusap air mata yang jatuh dari matanya, "Saya harap kamu bisa menepati janji kamu itu."

"Dan saya juga akan memperlakukan Anda seperti raja."

*********

Ternyata rumah Sopan lumayan jauh dari apartmentnya dan kantornya, yang membuat [Name] bolak-balik. Tapi itu tidak masalah bagi [Name],  dan juga tidak merepotkannya.

"[Name], makasih banyak, ya. Maaf ngerepotin kamu." Sopan keluar dari mobil.

"Sama-sama. Ngga ngerepotin sama sekali, kok. See ya!"  [Name] melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"Dadaah!"  Sopan membalas lambaian tangan [Name] dan juga senyumannya. Senyuman Sopan yang hangat itu, membuat hati [Name] meleleh.

'Anak siapa, sih? kok manis banget! Jangan manis-manis, dong!'

*********

...maka masa depan kita pasti akan indah.

622 kata.

My Tsundere Wife; BoBoiBoy Sopan (ID)Where stories live. Discover now