9. BumCin

36 6 1
                                    

Jujur itu memang pahit
Namun lebih baik dari kebohongan yang terlihat manis
Seperti obat, ia meringankan
Bukan menjadi beban


◇◇☆◇◇

Acara haul masih baru dimulai saat ponsel Lora Amjad bergetar. Menandakan ada panggilan masuk. Mengecek layar siapa kiranya yang menelpon. Alisnya bertaut ketika melihat panggilan mamanya belasan kali terpampang di layar.

"Assalamualaikum, Ma." Mengucap salam setelah menggeser tombol terima.

"Alhamdulillah, Nak. Akhirnya kamu angkat juga," Shakila menghela napas lega.

Lora Amjad semakin heran mendengar suara mamanya yang berbeda. Ada nada khawatir apalagi dengan panggilan berkali-kali yang tak terdengar karena sibuk persiapan acara pengajian. Dia lupa mengaktifkan dering ponsel sejak berangkat. Ditambah suara sound sistem yang memekakkan telinga.

Sesampainya di Bangkalan memang belum melihat kelebat orang tuanya disana. Pikirnya mungkin mereka masih dalam perjalanan.

"Mama dimana? Sudah sampai Bangkalan, tah?"

"Mama di Jakarta, Am. Bunda Basmah drop lagi,"

"Sekarang bagaimana keadaan Bunda, Ma?"

"Masih di ruang ICU,"

Shakila meminta putranya datang. Tapi tidak boleh memberi tahu Basmah. Bella tidak ingin putrinya tau kalau sedang dalam kondisi buruk. Berharap Basmah fokus belajar selama ramadan di pondok kali ini. Karena tahun depan belum tentu gadis itu masih kembali merasakan nikmatnya puasa di pondok jika keinginan kuliah di Jakarta tetap kukuh ingin diwujudkan.

Tanpa pikir panjang Lora Amjad memesan tiket penerbangan tercepat. Tidak mungkin berkendara malam-malam dengan pikiran berkecamuk menghawatirkan ibu mertuanya.

Dua jam kemudian dia sampai di rumah sakit. Menyusuri lorong hingga tiba di depan ruang tunggu pasien. Menghampiri orang tuanya yang duduk cemas menunggu Bella yang belum sadarkan diri.

Setelah mengucap salam dia menyalami tangan mereka lalu pada Amar. Ayah mertuanya yang tampak kacau. Wajahnya pucat pasi memikirkan keadaan sang istri. Disana juga hadir Indah, Aris, dan Said sebagai sahabat fillah. Turut prihatin dengan kondisi Bella yang semakin hari semakin buruk.

"Kamu tidak memberi tahu Basmah, kan, Nak?" Itu pertanyaan pertama Amar setelah sadar kehadiran Lora Amjad.

"Belum, Yah."

"Syukurlah. Jangan biarkan dia tau dulu. Biarkan dia fokus belajar. Sebentar lagi sudah liburan. Ayah hanya berharap dia tau keadaan bundanya baik-baik saja. Tidak tega Ayah melihatnya sedih."

Dia sadar apa yang dia lakukan salah. Tak seharusnya menyembunyikan kondisi bundanya yang kian memburuk dari putri yang begitu mereka sayangi. Mereka takut wajah ceria yang selalu tampak mendamaikan tiba-tiba bersedih. Biarlah mereka menanggung rasa sakit demi pendidikan rohani Basmah terlaksana sempurna.

"Ayah tau jika dia sampai tau masalah ini pasti marah besar. Namun Ayah tak punya pilihan. Keinginan besar Bunda adalah melihat putrinya mendalami agama islam lebih lama dari kemauan Basmah."

Amar mengusap wajah kasar. Merasa bersalah. "Harapan kami sangat besar pada Basmah. Jika suatu saat Allah memanggil kami lebih cepat, tugas kami sebagai orang tua yang baik sudah terpenuhi."

Ruang ICU tampak lengang. Teman-teman The Gokil pamit pulang. Mereka menginap di rumah Amar setelah kelelahan menempuh perjalan jauh dari rumah masing-masing. Mereka diminta istirahat ditemani Babe Ridwan dan Nyak Siti. Sepasang suami istri yang sudah bekerja padanya sejak mereka pindah ke Jakarta.

Basmalah Cinta (TERBIT di AE PUBLISHING)Where stories live. Discover now