10. Pacaran, Yuk!

40 7 2
                                    

Terkadang, kamu hanya perlu berdialoh dengan Allah melalu perantara waliyallah
Tidak untuk meminta dunia, akan tetapi damainya jiwa menerima segala ketentuannya.

◇◇☆◇◇


Roda mobil yang dikendarai Lora Amjad kembali berputar. Melaju kencang sepanjang perjalanan munuju tol Suramadu. Tol penghubung Pulau Madura dan Jawa. Berlokasi di Bangkalan berujung di Surabaya.

Mereka menginap semalam di Masjid Martajasah. Bertawasul pada Syaikhona Kholil. Berharap ilmu yang sudah di dapat dan akan segera dipelajari menjadi ilmu yang membawa manfaat barokah. Pun ketenangan jiwa dalam menghadapi segala kemungkinan. Tak lupa terselip doa-doa teruntuk keluarga dan orang-orang yang berjuang bersamanya.

Usai salat Subuh berjamaah kembali melanjutkan perjalanan yang cukup jauh di tempuh dengan jarak hampir sehari. Itupun jika tidak ada kendala seperti macet atau rintangan lain.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Lora Amjad. Menoleh sekilas pada wajah istrinya yang berseri.

"Alhamdulillah. Caca seneeeeng banget bisa ziarah ke Syaikhona Kholil. Rasanya adem banget ya, Ji. Pantas saja waktu itu Ayah kayak enggan gitu pas mau pulang." Kenangnya teringat cerita sang ayah.

Ini pengalaman pertama menginap di Martajasah. Apalagi di bulan ramadan. Dimana suasanya jauh lebih ramai dari hari biasa. Banyak jamaah yang menginap. Tak hanya warga lokal. Ada banyak dari luar pulau hadir disana. Bahkan sebagian mengabdikan diri secara sukarela sebagai marbot selama beberapa bulan.

"Mau mampir dulu ke Rembang, nggak?" Lora Amjad meminta pendapat.

Sebuah gelengan ia terima. Wajah itu berubah murung. "Caca mau ketemu Bunda," jawabnya pelan.

Tangan kiri Lora Amjad mampir di kepala. Mengusap lembut. "Baiklah. Tapi senyum dulu, dong. Cantiknya berkurang kalo cemberut gitu," candanya membuat Basmah mencibir.

"Dasar bucin!" Ledekan itu ditanggapi tawa.

"Bumcin kali," sahutan di balik kemudi membuat Basmah menoleh.

"Apa tuh?"

"Bumbu cinta,"

"Apaan. Ngawur bener."

Perlahan sifat asli Basmah mulai terlihat. Hal itu membuat hati Lora Amjad menghangat.

"Ji, entar kalo capek gantian yang nyetir, ya." Pinta Basmah melihat suaminya begitu cekatan mengendarai mobil. Menyelip beberapa pengendara agar bisa mempersingkat waktu.

"Boleh. Tapi bentaran aja, ya."

Alis Basmah berkerut. "Jiji nggak percaya kemampuan menyetir Caca?"

"Bukan. Tapi kalo kelamaan nyetir lama-lama kamu mirip pembalap," seloroh Lora Amjad tertawa. Dan lagi-lagi Basmah mencibir.

Melihat tawa segar suaminya, Basmah sedikit terpaku. Wajah tampan itu begitu mempesona terlihat dari samping. "Kok gue baru sadar kalo Jiji kelewat keren ya," gumamnya dalam hati.

"Ada apa?" Sadar sedang diperhatikan cukup lama, Lora Amjad menoleh. Mendapati sang istri gelagapan.

"Ha? Mei you." Sahutnya dengan bahasa Mandarin.

Basmalah Cinta (TERBIT di AE PUBLISHING)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu