BAB 1. BIG LION

128 107 115
                                    

Tak ada yang istimewa dalam hidup Erick, anak lelaki berpakaian lusuh itu selalu menderita semenjak ibunya meninggal.

Ayah kandung yang seharusnya mengasihinya, justru memperlakukannya seperti hewan. Setiap hari, Erick selalu dirantai dan hanya diberi makanan kucing.
Tak cukup sampai disitu, sang ayah juga hobi menyiksanya dengan lecutan cambuk jika dirinya berani membantah.

Erick tak mengerti, mengapa sang ayah begitu tega kepadanya. Semenjak kepergian sang ibu, sifat ayahnya berubah drastis, menjadi terlalu emosional.

Erick meringkuk kedinginan dibawah rintikan hujan yang membasahi tubuhnya. Posisinya saat ini berada di samping bangunan pertokoan, dia terpaksa berteduh di halaman samping toko tersebut karena hujannya semakin deras.

Saat ini waktu telah menunjukkan pukul 12 malam. Keadaan sekitar sangat sunyi dengan pencahayaan minim. Bulu kuduknya meremang kala menoleh ke samping, suasananya terlalu mencekam bagi anak berusia 10 tahun sepertinya yang selalu dikurung dalam rumah.

Sebenarnya, Erick terpaksa bersembunyi di wilayah sepi ini.
Dia baru saja melarikan diri dari rumah setelah ayahnya yang bernama Dave itu berniat menembaknya dengan senapan.

Sebelum Erick keluar dari rumah, Dave sempat berteriak akan membunuhnya. Erick yang ketakutan, lantas berlari sekencang mungkin menghindari tembakan Dave. Pria bertubuh gendut itu tidak menyerah,
dia terus mengejar Erick meski jalannya cukup lambat.

Hingga akhirnya, Erick sampai di wilayah ini. Jaraknya tidak begitu jauh dari rumah, jadi dia harus tetap waspada dan bersembunyi

"Hey, dimana kau anak bodoh?"

Jantung Erick berdetak kencang mendengar suara Dave, perasaannya sungguh gelisah disertai rasa takut akan kematian. Tatapannya bertemu dengan Dave yang sedang menenteng senapan.

"Disana kau rupanya." Perlahan tapi pasti, kakinya melangkah menuju Erick.

"Help, please somebody help me!"

Erick hanya bisa menangis sekerasnya dan terus berteriak meminta bantuan. Dia sudah pasrah andai hidupnya selesai malam ini.

Dave menodongkan senapan tepat ke dahi anaknya sendiri sembari mengulas senyum jahat.

Mata Erick terpejam, bersiap menerima hukuman yang tak sepatutnya diterima.

Sedangkan Dave justru menertawainya dengan tatapan merendahkan.

"Seharusnya aku membunuhmu waktu itu setelah ibumu meninggal, selanjutnya yang patut kulakukan adalah mengubur mayatmu disamping makam wanita murahan itu. Hahaha, kalian berdua memang sangat mirip dan sama-sama menyedihkan."

"Lakukan sekarang, aku sudah pasrah karena aku tidak pernah hidup dengan layak semenjak ibu meninggal."

"Baiklah. Aku akan menamatkan riwayatmu dengan cepat tanpa rasa sakit yang berarti, karena kau sudah cukup lama menderita selama ini."

"Ada permintaan terakhir? Kurasa kau harus berterima kasih kepada ayah yang akan mengakhiri penderitaanmu selama ini."

Erick hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

Detik berikutnya, terdengar suara raungan berat yang berasal dari samping kanan mereka.

"ROAAAR!"

Erick tak lagi merasakan ujung senapan itu menempel pada keningnya, karena Dave menjauhkan senjatanya. Perlahan matanya terbuka, melirik ke arah suara.

Betapa terkejutnya mereka saat melihat seekor makhluk berbentuk singa jantan namun berlumuran darah dengan tubuh berwarna hitam. Singa itu membuka mulutnya lebar, memperlihatkan deretan gigi yang runcing dan pastinya sanggup mengoyak tubuh manusia.

DORR!!

Makhluk aneh itu terpental membentur tembok setelah Dave menembaknya tepat di kaki. 

"Makhluk apa kau ini? Aku akan membunuhmu dan memamerkan tubuhmu kepada semua orang, agar mereka tahu jika aku adalah pemburu yang handal," ujar Dave seraya bersiap menembak lagi.

DORR!

Kali ini tembakannya meleset. Tak butuh waktu lama, singa itu bangkit lagi, lalu segera menerkam Dave.

"Aaarghhh! Erick, please help me."

"Aaarghhh!"

Senapannya terjatuh tepat dibawah kaki Erick. Akan tetapi Erick tidak berniat menolongnya. Justru dia merasakan kepuasan saat melihat pipi Dave dicakar, kulitnya dikoyak lalu dimakan oleh makhluk buas itu.

KRAK!

Suara daging yang dikoyak sampai hancur, tulang yang patah serta teriakan histeris Dave terdengar begitu memilukan. Beberapa detik kemudian, jeritan itu tak terdengar lagi, pasalnya sebagian organ dalam Dave sudah dimakan oleh singa itu.

Erick segera kabur karena tak ingin bernasib sama seperti ayahnya, dari arah kiri terdapat beberapa orang muncul dari balik bangunan, jalannya sempoyongan, wajahnya juga pucat seperti mayat hidup.

Lama kelamaan, jumlah mereka semakin bertambah. Erick tahu bahwa mereka bukanlah manusia, setelah melihat darah yang menyembur pada mulut seorang wanita.

"Help me!" Sekuat tenaga Erick berjalan cepat melintasi jalanan yang licin akibat hujan, dia hampir tergelincir setelah menginjak genangan air.

Dia berlari ke arah pemukiman warga, dan mencari celah untuk bersembunyi namun tak ada satu pun pintu yang terbuka. Merasa putus asa, akhirnya Erick memutuskan untuk berhenti dan melihat bagaimana reaksi orang-orang aneh itu ketika berpapasan dengannya.

Saat Erick memutar badan, puluhan mayat hidup itu sudah berada di dekatnya, mereka menyerbunya secara serempak. Erick mundur selangkah, dia belum bisa kabur lantaran tubuhnya tersudut di tembok. Lalu matanya menangkap sebuah objek yang bersinar di seberang jalan, yaitu sebuah mobil BMW keluaran baru.

"Help me! Please stop!" Erick menunduk mengambil tongkat baseball, kemudian mengayunkannya ke arah musuh hingga sebagian dari mereka terpental. Setelah melihat ada celah, dia langsung kabur dari kerumunan itu.

Erick berhasil menjauhi mereka, namun sayangnya mobil itu sudah berlalu, dia tak mampu mengejarnya karena tenaganya sudah habis. Dia belum mengonsumsi apapun sejak dua hari lalu karena Dave sengaja membuatnya kelaparan.

"Aww, perutku sungguh sakit." Erick mengelus perutnya yang nyeri.

Erick menoleh ke belakang untuk melihat situasi. Matanya melebar menatap puluhan zombie yang sudah mengelilinginya tanpa memberi celah sedikit pun, seakan takut kehilangan mangsa.

Detik berikutnya, anak itu berteriak histeris saat beberapa zombie  menyergapnya tanpa ampun.

"AAAARGHHH!"

Dari ketinggian, kita bisa melihat bahwa gerombolan zombie itu berdiri membentuk lingkaran kemudian menyatu ke tengah untuk memangsa Erick. Mereka saling memperebutkan jatah makanan yang sangat sedikit itu sampai tak bersisa.


Sebuah helikopter terlihat melintasi udara, pilot helikopternya sempat menyorot kerumunan zombie itu dengan cahaya kemudian membuat laporan kepada atasannya melalui alat komunikasi.



Bersambung.

THE SUPERIORWhere stories live. Discover now