BAB 4. BIG MISTAKE

114 91 105
                                    

Seorang wanita cantik tengah berbaring diatas ranjang, tubuhnya berbalut dress berwarna maroon.
Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.

Mata bulatnya menyipit berusaha mengingat kejadian semalam, saat dimana ia dikejar oleh sekelompok orang berjas hitam, dan akhirnya tertangkap lalu mereka membawanya menuju kediaman Jason, mantan kekasihnya.

Dia sungguh tak habis pikir, hubungan mereka telah berakhir, namun mengapa lelaki itu belum bisa melupakannya? Padahal diluar sana banyak wanita yang jauh lebih seksi dibandingkan dirinya.

Axela memang terbilang sangat cantik, ia adalah wanita Asia yang memiliki mata bulat, hidung yang mancung serta bibir tebal sensual yang menggoda dengan pipi agak berisi. Jadi, wajar saja kalau Jason begitu menggilainya karena ia memang begitu cantik.

Axela mengamati lemari kaca berlapis emas pada kedua sisinya yang berada disamping kiri ranjang serta terdapat sebuah komputer di atas meja yang letaknya berhadapan dengannya. Sedangkan pada sudut sebelah kanan, terdapat sebuah pintu yang sudah pasti terkunci.

Axela mencoba turun dari tempat tidur dengan berpegangan pada tiang ranjang sebagai tumpuan. Kepalanya masih terasa pusing efek obat bius tersebut, jalannya pun menjadi sedikit goyah.

Perlahan ia berjalan menuju pintu keluar. Tiba-tiba layar komputer tersebut menyala, menampilkan sesosok pria berkacamata hitam serta berpakaian rapi mengenakan kemeja navy.

Axela membulatkan matanya melihat sosok tak asing itu, lantas ia segera maju memutar kenop pintu, namun pintunya tak bisa dibuka karena terkunci.

"Fuck you!" Axela menendang pintu sembari mengacak rambutnya kesal.

"Apa kabar, honey? Kau tau aku sangat merindukanmu. Bersabarlah sebentar lagi, kita pasti akan bertemu."

"Mulai sekarang kau harus betah tinggal bersamaku, karena situasi diluar sana akan menjadi kacau setelah merebaknya wabah MARS."

"Apa kau lupa, jika hubungan kita telah berakhir? Ayolah, biarkan aku pergi, Jason."

Jason tersenyum miring, "Anggap saja ini adalah takdir yang harus dihadapi, atau kau akan melihat lebih banyak lagi korban berjatuhan setelah ini."
Setelah berkata demikian, Jason segera memutus panggilan video mereka yang terbilang singkat.

"Omong kosong! Aku tidak peduli dengan orang lain, ingat itu."

Axela melangkahkan kakinya menuju lemari, ia mencari kunci agar bisa kabur, ketika memeriksa ke dalam laci tersebut, ia hanya menemukan beberapa pakaian dalam wanita yang tersusun rapi didalamnya.

Axela mulai gusar, ia memutuskan duduk di tepi ranjang sejenak untuk memikirkan caranya keluar dari mansion ini.

Seorang wanita tua sedang duduk dikursi roda. Wanita yang mengenakan blazer Gucci itu bertopang dagu dengan tangan kanannya, sorot matanya amat tajam, begitu mengintimidasi seorang petugas pengendali keamanan sistem yang duduk disebelah kanannya.

"Arahkan dia ke laboratorium JC melalui pintu rahasia," titahnya dengan nada meninggi.

"Baik, nyonya Kate." Petugas itu mengetik sesuatu pada komputernya.

Disaat yang bersamaan, Axela terlonjak kaget dari duduknya dengan mulut terbuka lebar menatap lemari yang berada disampingnya mendadak bergeser ke sudut.

Ternyata dibalik lemari itu terdapat sebuah pintu rahasia. Karena penasaran, ia segera turun dari ranjang lalu mendekati pintu itu dan mendorongnya perlahan agar terbuka sepenuhnya. Pintu ini terhubung dengan lorong bernuansa putih. Karena tak ingin membuang waktu, ia segera berlari kecil menyusuri lorong dengan pencahayaan terang itu sembari terus menoleh ke belakang untuk memastikan tak ada orang lain yang melihatnya.

THE SUPERIORWhere stories live. Discover now