BAB 2. GREAT EXPERIMENT

126 100 144
                                    

Beberapa hari sebelumnya.

Seorang pemuda berwajah imut nan rupawan bernama Josh sedang melahap sarapannya dengan tergesa gesa sebelum berangkat menuju kantor perusahaan bernama JC Corporation.

Pemuda berusia 24 tahun itu bekerja sebagai seorang office boy di perusahaan terbesar dunia yang bergerak di bidang properti, medis dan teknologi.

Josh begitu bangga bisa diterima bekerja disana, lantaran saat ini JC Corporation sedang menduduki puncak kesuksesan, menumbangkan beberapa raksasa perusahaan lainnya seusai pandemi Covid-19 berakhir.

JC Corporation mampu meraih penjualan properti terbanyak.
Selain itu, obat-obatan yang mereka produksi juga sangat laris di pasaran, ditambah lagi penjualan robot dengan fitur kecerdasan buatannya sedang melejit berkat inovasinya yang unggul.

Josh mengambil satu suapan terakhir dengan tangan yang masih gemetaran, sendok berisi sereal gandum itu jatuh secara tak sengaja dari genggamannya lalu meluber ke lantai.

"Sialan, mengapa aku sangat ceroboh." Josh langsung melepas celemek, kemudian mengelap sudut bibirnya menggunakan tisu lalu segera beranjak pergi dari ruang makan bernuansa pink itu tanpa berniat membersihkan lantainya terlebih dahulu.

Josh berlari menuruni tangga apartemen sampai menabrak seorang tetangganya yang sudah renta.

"Maafkan aku, kakek. Aku tidak sengaja."

Pria tua yang memakai kaos putih itu menertawainya dan menunjuk wajahnya. "Oh, cucuku Andrew, apa kabarmu, sayang? Bagaimana kau bisa hidup kembali, bukankah terakhir kali kita bertemu di pemakaman?" Kakek tua itu tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi emasnya yang berkilauan, tangannya bergerak mengelus surai rambut Josh.

Josh bergidik ketakutan menatap sang kakek yang ingin memeluknya, lantas pemuda itu segera melepaskan tangan yang penuh kerutan itu secara lembut.

"Maaf, aku bukan cucumu, namaku Josh Green, seperti yang kau lihat, kami sangatlah berbeda, jadi berhentilah menganggapku sebagai Andrew. Permisi." Josh berlari secepatnya menuju lantai satu, mengabaikan panggilan dari pria tua yang sudah pikun itu.

"Huh, bagaimana mungkin si tua itu bisa lolos dari kandangnya?" gumamnya sembari menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 6 pagi.

Josh memesan taksi online melalui aplikasi pada ponselnya. Lima menit  kemudian taksi itu belum muncul juga. Josh mulai gelisah, dia tidak boleh datang terlambat dihari pertamanya bekerja.

Tak lama kemudian, taksi online itu muncul lalu menepi di sampingnya, Josh segera melambaikan tangannya dan masuk ke dalam mobil.

DUG!!

"Auww!" Kepalanya terbentur atap mobil akibat kecerobohannya sendiri, refleks Josh mengelus keningnya yang sakit, ekor matanya melirik ke arah sang supir yang sedang menahan tawanya. Pipinya memerah seperti kepiting rebus menahan rasa malu.

"Anda baik-baik saja, sir?"

"Ya, aku baik-baik saja," sahutnya sembari memaksakan senyum.

***

JC CORPORATION.


Setibanya di halaman gedung perkantoran, Josh segera melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, melewati beberapa karyawan perusahaan yang menatapnya dengan tatapan meremehkan. Mereka semua terlihat begitu sombong dan angkuh,  mengingat posisinya sebagai karyawan penting di sana.

"Hai anak baru, sebaiknya kau mengganti sepatu usang itu dengan sepatu yang lebih pantas, tentu kau tidak ingin dipecat hanya karena dianggap menjadi sampah perusahaan, bukan?" ejek seorang pria tampan yang dikelilingi tiga orang wanita.

THE SUPERIORWhere stories live. Discover now