PROLOG

182 17 2
                                    

Sebuah buku

Siang hari ini, Mataharinya sangat cerah, burung burung berkicauan dan angin kencang menerpa wajahku.

Aku sedang berjalan jalan di tempat terindah eropa, lebih tepatnya praha di republik ceko. Di jembatan ini, aku melihat banyak orang yang sedang menghibur para pengunjung, aku tertarik dengan semua yang di tampilkan, tetapi cerita dongeng dengan boneka kayu lebih membuatku tertarik.

Aku melihat salah seorang yang sedang menampilkan sebuah dongeng. Dia hendak memulai ceritanya dan menunjukkan pemeran-pemeran dalam cerita dengan boneka pahatan tangan lalu menjalankan nya dengan tali yang tergantung di beberapa anggota tubuh boneka itu.

Tak ada orang lain selain aku yang sedang berdiri disana dan menunggu cerita itu di mulai.

The peaceful house.

Suatu saat, datanglah seorang pencuri menyelinap ke desa yang tenang di pegunungan yang dia rencanakan untuk kabur.

"desa itu nampak sepi penduduk, aku akan kesana untuk mencuri beberapa barang!"

tetapi saat dia berinteraksi dengan penduduk desa.

dia lupa cara mencuri dan akhirnya dia menjalani kehidupan yang tenang membantu orang-orang desa.

Tamat.

*Prok prok prok

Aku mengapresiasi kan karyanya dengan memberikan sedikit koin.

Saat cerita itu berlangsung, ada orang lain yang berdiri melihat dongeng itu selain aku. Mereka berpasangan dan Sekilas aku melihat ke arah pasangan itu, mereka juga memberikan nya sedikit koin lalu pergi begitu saja dengan bergandengan tangan.

Aku kembali melihat ke paman yang sedang merapihkan boneka pahat itu. Seperti nya karya tadi adalah karya terakhir yang ingin di tampilkan nya.

Sebelum pergi, paman itu melihat ke arah ku "jadi, bagaimana dengan dongeng tadi, gadis cantik? Apa kau menyukai dongeng nya?" dengan senyum yang lebar, paman itu terlihat sangat baik dan ramah. Sejujurnya aku sedikit terkejut dengan pertanyaan mendadak ini.

"iya benar, saya sangat menyukai dongeng itu." aku membalasnya dengan senyuman.

"Senang mendengar nya. Kalau begitu, saya pamit ya, permisi."

Dia hendak pergi dengan tas besar berisi boneka pahat. barang bawaannya terlihat berat, jadi aku menghampiri nya "sini paman, biar aku saja yang membawanya." segera tangan ku meraih tas besar milik paman itu dan membawanya di lengan kananku.

"apa kau tidak keberatan menolong paman tua ini, gadis cantik?"

"tentu saja tidak! Jika rumah paman jauh, aku bisa sewakan taksi untuk itu."

"ahh, tidak perlu. Cukup antarkan aku sampai air pancuran itu saja, ada seorang pria yang akan menjemput paman disana."

"hmm, baiklah kalau begitu, aku akan mengantarkan paman sampai di sana."

Selama perjalanan, aku dan paman membahas banyak buku - buku menarik dan saling menceritakan pengalaman satu sama lain.

Di sebrang sana ada seorang pria yang terlihat sedang menunggu nya dari kejauhan sambil melambaikan tangan
"sudah sampai di sini saja gadis cantik." dia segera membawa tas besar nya yang sedari tadi aku tenteng.

"sebelum paman pulang, ada suatu hal yang ingin paman sampaikan padamu"

"apa itu?"

"sebelum paman bersiap-siap untuk pulang, ada seorang pria baik yang berbicara pada paman.

dia bilang .. 'permisi, bisakah anda menampilkan dongeng ini untuk yang terakhir?' lalu pria itu memberikan paman buku tua ini"

paman menunjukkan bukunya padaku. aku melihat isi bukunya begitu juga dengan pencipta bukunya. buku itu nampak tersimpan dengan rapih dan baik.

"Dengan suaranya yang lembut, pria itu berbicara lagi pada paman 'Saya bisa memberikan anda secukup uang untuk ini. Karena nanti, akan ada gadis cantik yang melihatnya.'

" Padahal dongeng itu tak terlalu menarik tetapi Paman merasa kasihan, karena sepertinya buku ini sangat penting bagimu begitu juga dengan pria itu. dia rela mengeluarkan uang hanya untuk mendengar paman tua ini bercerita hhahaha padahal jarang sekali ada seseorang yang mengeluarkan uang banyak hanya untuk mendengarkan cerita anak kecil. Palingan juga, mereka hanya memberikan koin kecil saja. Walaupun begitu, paman merasa sangat senang karena mereka mau mendengar kan cerita paman." wajahnya kini terlihat sangat sedih dan memurung tetapi bibirnya tetap menunjukan senyuman kecil.

Aku memegang pundak paman secara perlahan "Paman jangan bersedih, aku akan selalu mampir ke sini hanya untuk melihat cerita paman. Tenang saja, aku pun bisa memberikan paman cukup uang! Atau mungkin mentraktir paman makan? Hahahaha"

Kini giginya terlihat sangat jelas dan juga wajah murung nya mulai menghilang.

"Pegang janjimu gadis cantik. Jika ingin berkunjung ke sini lagi, jangan lupa berikan paman roti ya! Hahahah"

"baiklah baiklah, aku berjanji!"

aku mengulurkan jari kelingking padanya sebagai tanda bukti bahwa aku serius dalam membuat janji. Paman pun mengeluarkan jari kelingking nya padaku lalu mengaitkan nya seperti tali yang tak akan lepas.

"janji adalah janji. Jangan pernah dilupakan ya."

Paman itu segera menghampiri pria yang menjemputnya, sebelum berjalan terlalu jauh, paman kembali berbalik arah padaku.

"oh ya, paman lupa kalau buku itu harus di kembalikan lagi, jadi tolong kembalikan padanya ya? Pria itu selalu menunggu di tengah jembatan, rambut dia pirang dan dia mengenakan blazer coklat. Jangan lupa sampaikan Maaf padanya karena tak bisa mengembalikan buku itu secara langsung. Kaki paman sudah tidak kuat untuk bolak balik ke jembatan itu. Hehehe"

"baiklah kalau begitu. Hati-hati ya paman"

Dia melambaikan tangan padaku sembari menghampiri pria yang sedari tadi menunggu nya disana.

Aku pun balik ke jembatan itu dan segera mencari ciri-cirinya agar sang pemilik tidak merasa kehilangan.

satu persatu aku mencari orang yang pas dengan ciri-ciri yang paman sebutkan, dan di tengah jembatan, aku melihat seorang pria dengan ciri-ciri yang disebut kan oleh paman tadi. Dia sedang berdiri di pinggir jembatan, kedua tangan nya menyilang di belakang dan matanya menatap sayu pada lautan yang tenang.

Pria itu sangat indah seperti sebuah maha karya terbaik milik Tuhan. Begitupun dengan warna matanya yang menyatu dengan warna laut kala itu.

"sudah lama tidak bertemu" sapanya.

─────────✦ ✦ ✦─────────

Disclaimer :
Saya hanya meminjam beberapa scene dan karakter pada anime [ MONSTER ] begitupun dengan cerita dongeng yang berada di cerita ini

maafkan saya jika beberapa chapter atau dialog ada yang salah maupun kurang jelas dan maaf jika ada beberapa persamaan kata yang sering kalian temukan.

Saya menulis cerita ini karena saya benar-benar suka dengan karakter nya, jadi 100% cerita ini asli dari imajinasi pikiran saya sendiri di bantu dengan beberapa episode pada anime Monster.

Setiap monolog akan di tandai dengan ( '...' ) Dan setiap dialog akan selalu di tandai dengan ( "..." )

terima kasih atas pengertiannya, selamat membaca (⁠ノ⁠≧⁠∇⁠≦⁠)⁠ノ🍿

✶ 𝐓he 𝐅aith - Nameless Monster Where stories live. Discover now