𖠿. Harapan

35 7 5
                                    

THE FAITH CHAPTER 8

Aku menunggu, masih tetap terduduk di motor sambil memainkan ponsel. Aku juga memperhatikan jalanan yang ramai dengan wanita malam; Mereka tengah menarik perhatian para pengunjung dan mungkin salah satunya Johan. Aku tidak mengerti apa yang dia lakukan di tempat seperti ini, dan.. meminta tolong padaku untuk mengantar nya? Ke tempat seperti ini? Yang benar saja?

Setelah beberapa menit kemudian, Johan kembali terlihat oleh pandangan mataku. dia berjalan sambil memegangi sebuah balon berwarna merah.

'balon?' pikir ku.

Johan tersenyum dengan senyum ramahnya, aku bisa melihat itu dengan jelas karena dia sudah cukup dekat dari tempat aku berdiri.

Dan kini, dia berada tepat di hadapan ku, netra biru itu terlihat sangat indah untuk di pandang; terutama.. saat malam yang penuh dengan lampu di belakangnya.

"maaf merepotkan mu.., apa aku telah membuat mu menunggu lama?" tanyanya khawatir.

Aku menggelengkan kepala dan menjawab nya dengan senyum seramah mungkin

"tidak. sungguh, kamu tidak membuat ku menunggu lama."

Kita berdua berdiam dalam canggung. sebenarnya aku ingin mempertanyakan tentang balon itu tetapi aku rasa, mungkin saja itu untuk urusan pribadi nya. Jadi, tanpa menunggu lama, aku mengambil langkah untuk berbicara lagi

"bisakah kita pulang sekarang? Atau mungkin ada tempat lain yang perlu kau kunjungi lagi sebelum pulang?"

Dia menggeleng kan kepala pelan dan masih memasang senyum manis nya.

"tidak ada, Svenja. Terima kasih untuk hari ini, kau benar-benar membantu ku."

Ohh tidak, rasanya jantung ku berdebar. suara lembut milik nya dan angin malam hari ini, benar-benar momen yang tepat.

- 🌃 ୭̥ ⋆*. ›

Kita sudah sampai di depan penginapan nya, Johan juga mulai menuruni motor. tangan nya sempat menyentuh lengan ku, rasanya sangat dingin. entah karena udaranya atau memang dari tangan-nya.

"terimakasih sudah mau membantu ku hari ini, Svenja. Maaf jika aku merepotkan mu malem seperti ini"

Aku tersenyum dengan senang karena hari ini sudah cukup membuat ku bahagia "tidak masalahh. lagipula, aku sendiri kok yang menawarkan bantuan Hahaha"

Johan hanya tersenyum melihat ku bicara. Kemudian, ketika aku sudah berhenti bicara, dia mulai menatap ku tepat di kedua netra mataku. Lalu, dia menyodorkan tangan nya begitu saja dan memberikan ku balon merah yang tadi dia bawa dari tempat itu.

"untuk mu, sebagai tanda terima kasih; mungkin?" dia terkekeh pelan.

Perlahan aku membuka tangan untuk mengambil balon itu dari-nya "oh? Apa tidak apa-apa?" tanyaku khawatir

"ini tidak seberapa. Seharusnya kamu meminta lebih, Svenja."

"baru terpikirkan haha" dengan senang, aku pun menerima balon itu. dan kini, balon itu ada di tanganku, di genggaman ku. "awalnya, aku kira kamu akan menyimpan nya.." saut ku dengan kaku dan sedikit canggung

Dia berdiam sebentar, melihat ke bawah sambil berpikir "hmm.." lalu, dia kembali menatap ku dengan ekspresi tanda tanya

"bukan kah itu terlihat lucu jika seorang pria seperti ku, membawa balon bersamanya?"

Aku berpikir sebentar lalu menjawab nya dengan anggukan kecil "ada benar nya juga."

"Tetapi" aku balik bertanya "apa kau tidak suka jika di panggil lucu oleh seseorang? Bukankah- lucu itu suatu pujian?"

✶ 𝐓he 𝐅aith - Nameless Monster Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin