Memulai Komunikasi

28 8 1
                                    


Pagi ini berangkat ke kantor dengan semangat, selalu tersenyum setiap saat terutama saat bertemu dengan rekan kantor yang lain. Sesampai di kantor gue menyapa banyak orang di dalam ruangan. Semoga saja tidak ada yang sadar kalau gue hari ini senang banget karena kejadian semalam. Reuni dengan teman kantor lama, berujung bertemu lagi dengan masa lalu, ya seseorang yang sangat berkesan dalam hidup gue

"Viani semangat sekali" sapa Adel teman kantor

"hai Adel iya, engga apa-apa sih semangat aja" jawab gue

"abis ketemu siapa sih kemaren?" Tanya Adel

"ada acara reuni kantor lama aja sih, bukan yang gimana-gimana juga" jawab gue

"wah, pasti ketemu seseorang yang udah bikin seoarang Viani terlihat semangat pagi ini" celetuk Adel

Gue hanya tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala ketika mendengar celetukannya, jikalau boleh jujur, iya. Gue sangat senang bisa kembali bertemu dengan Hendi lagi. Otomatis ada kemungkinan besar bisa berkomunikasi kembali dengannya. Namun disis lain, harus ada hati yang gue jaga. Namanya Rian, dia pacar gue, kita sudah jalan 2 tahun, tentunya kami akan ke jenjang pernikahan.

***

Saat jam istirahat telah tiba, gue makan siang di pantry bersama rekan-rekan kantor yang lain. Tiba-tiba di hp gue ada pesan dari Hendi

'jangan lupa makan siang' pesan dari Hendi

Gue terkejut melihat pesan dari Hendi. Entah, kenapa dia jadi baik lagi dan ya gue masih berfikir positif. Mungkin dia ingin memperbaiki semuanya. Mengingat ini semua terjadi 3 tahun yang lalu, dia bersikap kurang baik ke gue. Kalau ingat lagi, gue kesel, jijik dan bisa-bisanya itu terjadi ke gue. Gue tidak langsung membalas pesan Hendi. Karena saat itu gue sedang makan siang bersama rekan kerja yang lain

Disela-sela makan siang, gue teringat untuk membuka blokiran media sosialnya Hendi. Semenjak kejadian 3 tahun lalu, gue marah banget ke dia, gue blokir. Tetapi saat itu, gue hanya bisa tersenyum-senyum sendiri atas ulah gue yang engga banget, ya gue rasa harusnya engga usah se marah itu karena bagaimana pun gue ternyata masih suka mikirin dan nyari tahu tentang dia. Hmm, dasar gue.

Gue membuka blokiran media sosial milik Hendi, gue biarkan terlebih dahulu, gue rasa dia akan mulai mengikuti media sosial gue jika memang dia ingin tahu atau ingin dekati gue lagi. Well, coba kita lihat apakah dia akan mengikuti media sosial gue lagi? Entah lah.

Saat di toilet, hp gue dapat notifikasi

'Viani, follow back ya. Makasih sudah di unblock.' Hendi kirim WA ke gue

Gue kaget. Ternyata dia memperhatikan media sosial gue dan langsung follow. Karena gue menghargai usaha dia, gue langsung meresponnya dengan baik juga

'hai Hendi. Terima kasih ya. Udah di follow ya' jawab gue

'Vi, kapan kamu libur? Kita ketemu yuk' ajak Hendi

'hah? Ketemu?' gue kaget

'iya, kita ketemu. Engga mau ya ketemu sama aku?' ujar Hendi

'mau sih, nanti aku kabarin ya' jawab gue dengan ragu

'iya, kabarin ya. Aku punya rekomendasi kafe-kafe yang bagus, aku yakin pasti kamu suka' Hendi langsung mengirimkan beberapa foto-foto kafe yang sangat bagus di daerah Jakarta Selatan.

Gue melihat foto-foto yang dikirimkan olehnya, ternyata Hendi masih tipekal tempat atau kafe yang gue suka seperti apa, gue tersenyum ketika melihat semua gambar yang dikirim olehnya. Sambil membayangkan suatu saat bertemu dengan Hendi, ngobrol berdua dengan serius sambil menikmati hidangan kafe. Rasanya romantis, akan penuh canda tawa dan akan selalu terkenang senyumnya yang manis.

Gue pun tersenyum manis ketika sejenak mengingat kenal dengan Hendi, rasanya seperti sedia kala saat kami berdua kenal. Kenal mulai dekat berasal dari DM Instagram, berawal dari balas story kemudian berlanjut kemana-mana. Sampai kita sempat bertemu dan saling sapa di Kantor. Gue pun tersipu malu jika melihatnya di Kantor, rasa ingin menyapa dan menghampirinya. Namun, saat itu, tidak mungkin terjadi, kami harus jaga jarak satu sama lain agar tidak dapat gosip yang kurang menyenangkan.

Gue tidak peduli dengan gosip, tapi gue kasihan sama Hendi. Dia anak baik, pendiam, tidak pernah ada masalah sedikit pun, dan gue merasa hanya orang-orang terdekat yang bisa berbicara langsung dengannya. Gue cukup menjaga hubungan baik dengan Hendi, dia seorang pria yang sangat layak dijaga dengan baik. Senyumnya masih khas, terakhir bertemu diacara reuni pun dia terlihat ingin sekali bertemu dan ngobrol banyak sama gue. Cuma ya kita saling menjaga satu sama lain.

***

Sesampainya di Rumah rasanya melelahkan setelah seharian bekerja di kantor. Gue langsung membersihkan diri sambil mendengarkan alunan music jazz, saat mandi gue milhat hp gue berdering ada telepon masuk. Betapa terkejutnya gue, ternyata Hendi yang menelpon, gue buru-buru mengelap badan dan mengirim notifikasi ke dia kalau gue yang akan telepon kembali.

Deg!

Gue deg-deg an, jantung ini berdegup kencang saat melihat notifikasi telepon masuk dari Hendi. Setelah sekian lama kita tidak bertemu dan tidak berhubungan satu sama lain, tiba-tiba dia menelpon gue. Gue tidak merasa terganggu, lebih tepatnya gue salah tingkah. Gue malah senyum-senyum sendiri saat mandi dan sesekali tertawa, menertawakan kebodohan gue yang ternyata masih kangen sama Hendi.

Setelah mandi, gue memberanikan diri menghubungi Hendi melalui telepon. Sesekali menghela nafas, gue deg-deg an banget. Rasanya kayak anak ABG labil yang lagi demen-demennya sama cowok. Ah, apaan sih gue engga jelas banget rasanya. Well, gue telepon Hendi.

"Hallo" jawab Hendi

"Hai Hend, sorry ya tadi lagi mandi. Ada apa ya telepon?" Tanya gue

"eh, maaf ya ganggu ya? Aduh, aku engga tau ternyata kamu lagi mandi." Hendi langsung malu-malu engga enak gitu suaranya.

Gue yang mendengar suara nya ikutan tersenyum, ternyata masih sama ya, dia pemalu banget. Gue menahan tawa agar tidak terdengar olehnya

"Santai. Udah selesai kok mandinya. Ada apa nih?" ujar gue dengan santai sambil menahan tawa

"Mau telepon aja sih, sekalian mau Tanya, bisa engga ketemu?" Tanya Hendi dengan santai

"Hmmm, boleh aja sih, pas aku libur aja apa ya. Kamu?" jawab gue

"Boleh, kamu kapan libur?"

"aku sih libur hari Sabtu dan Minggu" jawab gue

"sama. Sabtu aja ya, biar bisa malam mingguan kita berdua" ajak Hendi to the point. Dia memang sangat to the point tidak ada basa-basinya atau dengan cara yang estetik gitu loh.

"hah? Gimana?" gue langsung kaget dengar ajakannya

"iya, biar sekalian malam mingguan aja, kita ketemu hari Sabtu. Bisa engga?" ajak Hendi sekali lagi tanpa basa-basi

"nanti aku kabarin ya" jawab gue

"kenapa sih? Engga bisa ya?" Tanya Hendi nada yang sedikit putus asa

"bukan begitu, kan aku harus liat jadwal juga, suka main kemana gitu kan" jawab gue sambil berfikir

"yaudah deh. Kabarin ya Viani"

"iya Hendi" jawab gue

Saat selesai teleponan, gue langsung tertawa mengingat semuanya. Rasanya seperti mimpi, aneh banget kenapa gue bisa dipertemukan lagi sama dia. Sesekali tersenyum ketika gue merebahkan diri ke atas kasur bersiap diri untuk tidur. Sebelum tidur, gue membuka Instagram Hendi, gue melihat beberapa update foto yang sudaha lama tidak gue lihat lagi selama gue blokir. Saat melihat, gue pun mencari tahu apakah dia sudah punya kekasih, nampaknya kalau dari IG nya sih belum ya, tapi kalau sudah ya tak mengapa sih, tapi gimana ya, aduh gue jadi bingung sama perasaan gue sendiri.

Maklum, kisah gue terhenti begitu saja, tidak berlanjut namun tidak dikatakan usai juga. Lebih tepatnya dipaksa usai karena suatu hal kelakuan Hendi yang engga banget. Kejadian beberapa tahun lalu sebelum gue memutuskan memblokir Hendi, itu pun gue sempat berhubungan baik juga sih, tapi entahah sepertinya gue sangat labil dan engga jelas saat itu. Sampai akhirnya gue blokir. Duh, maaf Hendi.

***

My CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang