Dosa Terindah

33 6 2
                                    

Tepat pukul 1 siang, gue udah sampai kafe yang kemaren, gue hanya beli kopi susu dingin. Mengingat Hendi akan jemput gue. Lewat 15 menit, dia jemput gue, dia terlihat menarik dan berpakaian yang simple. Gue tersenyum dari jauh ketika melihat Hendi

"lama engga? Langsung yuk" ajak Hendi

"engga kok, ayo aja" gue mengiyakan

Gue berjalan kearah parkir motor, dia naik motor dan tiba-tiba perasaan gue deg-deg an banget, secara sudah lama sekali engga dibonceng sama Hendi, gue akan berjalan dan duduk nempel ke dia, aduh, gue engga ngebayangin apa rasanya. Selama di perjalanan gue menenangkan diri, gue engga mau terlihat gugup.

"kita mau kemana sih?" Tanya gue di jalan

"kita ke aparteen dulu ya" jawab Hendi

Gue terdiam, tiba-tiba gue mengingat kejadian beberapa tahun lalu sebelum akhirnya gue dan Hendi rebut. Hendi menarik tangan gue kea rah depan, dia mengelus tangan gue dengan lembut.

"kamu jangan panic ya, jangan marah, aku mau kamu nyaman sama aku. After kita dari apartemen, kita keluar lagi, kita jalan-jalan aja." Ujar Hendi

"hmm, yaudah deh" gue langsung percaya apa kata dia

***

Tidak jauh dari kafe, kebetulan memang sama-sama di daerah kawasan Jakarta Selatan, saat masuk ke apartemen, kita jalan bersama melewati koridor apartemen milik Hendi. Gue deg-deg an banget, gue terihat gusar, gue masih ingat betul kejadian yang kurang menyenangkan saat itu, namun, semuanya sudah terlewat dan gue juga sudah memaafkan Hendi.

"silahkan masuk" Hendi mempersilahkan gue masuk

"hmm oke" gue mengangguk dan mulai memasuki apartemen Hendi.

Rasanya de javu. Gue ingat betul kejadian beberapa tahun lalu saat melihat sofa di ruang tamu apartemen Hendi. Hendi terlihat mengambil minuman air jeruk dingin. Dia memberikannya ke gue saat duduk di sofa kecil tepat di ruang tamunya.

"kamu kenapa? kamu panik ya?" tanya Hendi

"engga kok. aku masih inget kejadian di sofa itu aja"

"maaf ya, kamu trauma?"

Gue terdiam dan geleng-geleng kepala. Gue kembali mencoba minum air jeruk dingin dari Hendi dan menatap ke arah jendela melihat view ibu kota. Gue mencoba berdiri dan melihat k earah luar sana.

"masih suka view kota ya?" Tanya Hendi.

"iya nih, kalau sore ke malem, pasti bagus banget ya Hen? Kalau gue liat disini engga yang panas nyengat banget, masih okelah view kota nya" jawab gue

"iya, ini juga masih bagus, trus gue masih betah juga disini" ujar Hendi

"iya sih ya" gue mengangguk pelan

"Viani, aku boleh jujur?"

"iya, ada apa Hendi?" gue menoleh ke arahnya

"kamu cantik banget hari ini, aku semakin suka sama kamu, aku boleh peluk kamu?"

Gue cuma bisa diam, pasrah dan menganggukkan kepala. Hendi mendekat meraih tangan gue, kemudian tangannya melingkar tepat dipinggul, sentuhannya membuat gue lemas tak berdaya, wajahnya perlahan mendekat dan bibir mungilnya mendarat sempurna di bibir gue. Gue menikmati permainan nakal Hendi, secara perlahan dia membawa gue ke arah tempat tidurnya dan gue tiduran tepat dibawah Hendi. Nafasnya, desahannya, sentuhannya membuat gue semakin pasrah dan tidak berdaya dibuatnya.

Secara perlahan dengan lembut dia melepaskan pakaian gue, dia mencium di area leher, dan gue menikmatinya

"hmm...Hendi..." gue mendesah kegelian dan meremas tangannya Hendi

My CrushWhere stories live. Discover now