💚Buka Bersama💚

16 6 7
                                    

"Ngeselin! punya mata nggak tau ada orang mau masuk, untung pakai baju gelap,  coba pakai baju putih udah pasti berubah warna kek bunglon, " gerutu Ovie saat masuk ke kontrakan.

"Kesurupan nih bocah,  istighfar,  kalau masuk rumah tuh salam dulu,  jangan malah  ngomel-ngomel, " ujar Eva. 

"Apaan sih, lagi sebel nih.  Hibur kek,  traktir kek,  malah diomelin, " balas Ovie,   dia duduk disebelah Eva lalu menyantap ramyun tanpa permisi ke pemiliknya.

"Kesel mah kesel aja mbak,  ramyun saya jangan main embat gini dong,  celamitan emang, ngajak gelut wae datang-datang, untung udah buka puasa, " omel Eva.  Dia mengambil paksa mangkuk ramyunnya dari tangan Ovie.

"Dih pelit,  nyobain dikit,  siapa tahu ada racunnya, " sanggah Ovie.

"Kalau ada racunnya,  saya sudah mati lima menit yang lalu," Eva mendengus kesal sambil menggeser posisi duduknya menjauh dari ovie.

"Ya Allah,  kalian bisa tidak sehari saja akur,  gue tuh mau istirahat mumpung libur nggak Tarawih, " sela Lily yang sejak tadi menjadi penonton pertengkaran  Eva dan Ovie.

Ovie hanya tersenyum lalu masuk ke toilet, sedangkan Eva sibuk dengan ponselnya.  Ramyun yang sejak tadi diributkan tidak lagi dia perduliakn.

"Va,  tumben nggak ambil lembur, marahan ya sama satria?" tanya Lily.  Dia menendang selimutnya lalu duduk di sebelah Eva.

"Entahlah, terkadang gue ngerasa dia punya perasaan yang sama ke gue tapi nyatanya dia punya pacar, " ujar Eva.

"Pacaran bukan berarti dia nggak sayang sama lo,  jodoh sudah ada yang mengatur,  mau sampai kapan lo begini? Bagaimana jika seandainya Satria tiba-tiba nikah. Sebaiknya, lo menyerah dan memilih orang lain untuk diajak berumah tangga.  Bukan masalah Cinta nggak Cinta loh ya,  ini logika," jelasnya.  Ramyun yang tak terjamah kini sudah nyaman di perut Lily.  Eva hanya diam, dia sudah tidak perduli dengan ramyunnya, fokusnya teralihkan oleh ucapan Lily.   Eva  tidak takut jika akhirnya Satria meninggalkanya, hanya saja belum tentu dia akan menemukan seseorang seperti Satria, yang tahu kapan menjadi pendengar dan kapan harus berbicara.

"Suka pilih kasih emang,  lo  mah gitu,  tadi gue makan diomelin.  Giliran Lily makan diem aja," suara Ovie membuyarkan lamunan Eva. 

"Bodo! Besok malam gue traktir makan di kafe kak Ika. Gue  keluar sebentar,  jangan kangen ya, " Eva  menepuk pundak Ovie sebelum menyambar cardigan dan tasnya. 

"Have fun ya, salam buat Satria," ucap Ovie sebelum Eva meninggalkan kamar.

***

"Va,   udah pesen meja belom?" tanya Ovie sambil celingukan mencari tempat kosong.

"Belom, tinggal bilang aja sama Dani, nanti juga dicariin meja kosong, " balas Lily, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.

"Sat!" pekiknya.

  Secara otomatis kedua gadis yang datang bersamanya ikut terkejut, terlebih Eva.

"Hai, berapa orang? " tanya Satria, dia sempatkan tersenyum ke Eva tapi tidak mendapat respon.

"Tiga sih, Lo ngapain di sini? Part time? " tanya Ovie.

"Iya, seperti biasa tuh duduk di meja paling pojok deket jendela sana," balas Satria.

Ovie mengangguk mengiyakan

"Definisi jodoh nggak kemana ini mah, " sindir Lily.

"Sepertinya sedang ada prahara diantara kalian, lo tumben kalem amat ketemu Satria, Va, " sindir Ovie.

"Apaan sih,  biasa aja dong. Kalian heboh banget,  gue aja santai gini, " Padahal Eva terkejut saat Satria tiba-tiba muncul. Dia bilang ada acara dengan pacarnya di Kafe kak Ika. Tapi, malah sibuk dengan tamu. Sepanjang mata memandang, Eva tidak melihat pacar Satria.

Lima menit kemudian, mereka sudah duduk manis, di hadapan mereka sudah terhidang makanan.

"Ly, tumben nggak sama Dani.  Biasanya nempel mulu kek perangko," sindir Ovie.

Belum sempat Lily menjawab, Eva sudah menyela, "Kalian udah baikan belum sih?"

"Ada pertanyaan lagi nggak nih, sebelum gue jawab, " balas Lily.

"Tipe cewek yang Dani suka," ucap Ovie.

"Va, masih ada pertanyaan?" Lily tersenyum menatap Eva.

"Apa lagi ya, udah ah mau buka puasa, males bahas cowok.  Nggak penting juga " balas Eva sinis.

Lily hanya melempar senyuman tanpa banyak bicara. Tiba-tiba dari belakang seseorang menutup matanya.

"Siapa sih? Iseng banget, gue mau buka puasa nih," tegur nya.

"Tuh,  aku bilang juga apa,  di mana ada Lily,  disitu ada Dani.  Nyebelin, rasanya gatel ya kalau nggak ketemu, udah kek gula sama semut aja, " Ovie mengomel tidak jelas.

"Dan, gabung duduk sini.  Kita mau interogasi lo nih, " Ovie menepuk bangku kosong di sebelahnya.

Eva meliriknya sekilas,  "Apaan sih, malam ini tuh  we time, jadi jangan coba ganggu Lily, lepasin tangan penuh dosa anda dari Lily.   Anggap aja kalian nggak saling kenal malam ini, silakan pergi sebelum saya usir, " ucapnya sinis.

"Heh.  Ini kafe kakak gue, yang ada anda saya usir," ketus Dani.

"Udah pergi sana, dia lagi sensi. Jangan nambah perkara deh," Lily mendorong Dani menjauh dari meja mereka.

"Hahaha, galak banget pacar Satria.   Baik mbak,  saya tidak akan menganggu,  cuma mau say hai aja sama Lily," canda Dani. Eva tidak menanggapi, biasanya dia tidak seserius ini. Mungkin karena  suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"Aku ke sana ya, Ay. Makan yang banyak biar makin gemesin, " bisik Dani sambil mencubit pipi kanan Lily.

Satria tersenyum di kejauhan saat Dani diusir oleh Eva. Dia merogoh saku jaket mengambil ponselnya. Tak lama jemarinya menari di atas layar ponselnya.

Eva celingukan mencari seseorang, dia mengepalkan tinju ke Satria, yang dibalas dengan lambaian tangan dan senyuman.

"Makan yang banyak biar kuat ngamuk nya, maaf udah buat marah semalam, inget ya, cewek ngambek itu keliatan jelek. Lo tuh udah jelek jadi jangan nambah kadar kejelekan lo," tulis Satria. dalam  pesan singkat yang dia kirimkan untuk Eva.

"Lo tuh sama Satria kenapa sih? tumben ribut," tanya Lily.

"Semalam dia kan ngajak keluar, gue kira bakal pergi berdua. Nggak tahunya gue diajak ke rumah si cewek, ntah mereka statusnya apa tapi keselnya gue di sana kek nggak dianggap ada, dia asik ngobrol sama si cewek. Gue sibuk main hape sampai pulang," jelasnya.

"Lo nggak nanya,  apa maksud dia begitu?"

"Vie, lo tahu kan sifat Satria. Pas gue ngamuk dia malah bilang, cie cemburu ya, bikin emosi gue makin meluap-luap aja,"

Kedua sahabatnya ber'oh' panjang secara bersamaan. Dari kejauhan  Satria berjalan  membawa nampan  menuju ke meja mereka. Lily dan Ovie mendapatkan kode supaya diam. Mereka mengangguk mengiyakan.

"Es krim favorit untuk cewek favorit,"

Eva terkejut saat Satria tiba-tiba duduk di sebelahnya lalu  mengusap lembut kepalanya. Eva berpura-pura sibuk dengan makanannya, walau sebenarnya hal sederhana yang di lakukan Satria membuat jantungnya berdegup tak menentu.

Assalamualaikum Gus DaniOnde histórias criam vida. Descubra agora