| -001- | Pilih-pilih

483 211 324
                                    

"Kamu tahu tidak hal yang paling menyakitkan? Melihat orang yang kita sayangi pergi meninggalkan kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu tahu tidak hal yang paling menyakitkan? Melihat orang yang kita sayangi pergi meninggalkan kita."

--Langit Albintara--

----

Seorang pemuda berusia tujuh belas tahun, mengenakan baju kemeja putih dan celana abu-abu yang ia pakai. Pemuda itu bernama Langit, Langit Albintara. Pemuda itu membawa sepeda miliknya dan menstandarkan tepat di pinggir gerbang yang bertuliskan TPU.

Pemuda itu menghela nafasnya, akibat lelah menggowes barusan untuk menuju tempat ini.
Kedua tangan yang memang tali ransel yang sedang di gendong itu, hingga sampai di tempat pemakaman seseorang yang ia sayangi sedari ia lahir. Ibunda Tercinta.

Tak lama dari itu pemuda itu tengah bersalam dengan ucapan 'Assalamualaikum' kepada penghuni-penghuni disana. Seluruh mata memandangi tempat tersebut, Langit langsung terduduk di samping pemakaman sang Ibunda.

Ia terus bercerita bagaimana keseharian nya yang menurut ia senang. Terus berceloteh ria tak henti, Tak lelah dengan perkataan sendiri. Hingga kini ucapan kata darinya telah habis di keluarkan.

Pemuda itu kini tengah berbicara serius.

"Ma...Bisakah mama kembali lagi kedunia? Langit takut." Air mata pemuda itu kini turun membasahi kedua pipinya. Berharap ibunda tercintanya kembali lagi. Ia tak henti-henti mencium batu nisan itu lantaran rindu kenangannya bersama bunda.

"Ma, Langit izin pulang dulu ya. Mama yang tenang disini" Ucap pemuda itu, ia mengeluarkan setangkai kembang mawar dari ranselnya, yang ia beli sebelum jalan kesekolah. Kemudian pemuda itupun menaruh disela-sela pemakaman sang bunda. Pemuda itupun langsung beranjak berdiri dan pergi menuju sepeda miliknya. Iapun tersenyum dari kejauhan melihat pemakaman sang bunda.

Pemuda itu pun pergi dari pemakaman dan menaiki sepeda miliknya, terus mengayuh sepedanya tak henti dengan kecepatan yang ia gayuh. Beberapa menit kemudian sudah sampai, tepat didepan rumah Langit tinggal. Rumah yang didesain dengan warna hijau telur asin dan dikelilingi berbagai macam-macam kembang. Mama nya langit yang menanam, sebelum beliau wafat.

 Mama nya langit yang menanam, sebelum beliau wafat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anxiety Boy | ON GOING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang