Bagian 15

791 75 4
                                    

Kift menatap jendela ia ingin memiliki Nana dan akan menujukan dirinya. Kift melepas pakaiannya dan memakai handuk hitam yang melilit pinggangnya. Rambut yang biasa rapih kini berantakan hingga anakan poninya jatuh dan matanya datar, inilah dirinya sesungguhnya dingin dan tak tersentuh.

***
Nana mengetuk pintu apart bernomor  ia menundukan pandangannya sambil memeluk berkas didada ia menghirup udara dalam- dalam tak lama pintu terbuka dan menampilkan sosok lelaki jangkung berbadan tinggi. Lelaki itu habis mandi hanya terlilit handuk putih dan handuk kecil yang sedang mengusapnya di rambut.

"Masuklah." Katanya sambil tersenyum, tidak ada raut atau wajah ingin melakukan tindakan negatif. Nana menggeleng ia menyerahkan berkas yang dipegang namun boss suaminya itu tidak menerima hanya melirik berkas itu. Nana tidak berani menengok ia hanya mendengar suaranya yang sangat tidak asing cuma takut menegakan kepalanya.

"Sopankah kamu memberikannya seperti itu? Aku menyuruhmu masuk menungguku memakai baju dan aku akan menerima itu." Ujarnya lagi.

Nana mau tak mau masuk membuat pria itu tersenyum. Nana dengan langkah ragu menuju kursi untuk duduk namun belum setengah jalan ia sudah dipeluk oleh boss suaminya.

"Akhirnya yang kutunggu." Katanya sambil membuang handuk di tangannya, handuk kecil. Jari-jari besarnya mengusap pipi Nana dari belakang.
"Please, saya cuma mau bantu suami saya."

"Ayolah, suamimu gak tau. Buat apa sama pria berbadan kecil apa kamu puas selama ini hm?" Katanya menyombong.

Nana meronta ia berbalik matanya menyarak ingin marah namun semua itu tiba- tiba saja padam saat mata wanita itu menatap mata bosnya yang mempesona. Bila di lihat, senyumnya ramah, matanya bersih dan bewarna cokelat, hidungnya mancung, dan rambutnya tipe Nana sekali. Bosnya mengangkat tangan dan menggedikan bahu. Nana tidak begitu mengenali bos suaminya karena ruangan ini gelap bahkan kordenpun menutup cahaya dari luar.

"Sa- saya permisi..." Nana menyelak melewati bosnya namun lelaki itu justru menangkap pinggang Nana dan membawanya ke kamar.

Dikamar ia menghempaskan pelan Nana diatas kasur tanpa ragu ia membuka handukya dan Nana dibuat takjub dalam hati...

"Aku bisa lihat hasrat yang terpendam didalam dirimu, hasrat yang suamimu tidak bisa memuaskanmu." Kata lelaki itu diatas Nana.

"Tolong, saya hanya mengantar laporan. Suami saya sedang sakit dirumah?"

"Suamimu sakit karena perbuatannya sendiri! Ngapain sama suami begitu mending sama aku." Kata Kift.

Suara itu nada itu Nana mencoba mencari saklar lampu tidur untuk menyalakannya namun Kift menahan tangan mungil itu.

"Buat apa?" Disini aku tidak suka cahaya Nana."

"Pak Kift." Panggil Nana ragu. Lelaki itu tertawa.

"Siapa itu." Kata Kift. Kift menarik Kaki Nana dan menindih tubuhnya. Kift mengelus sayang pipi Nana.

"Aku sudah tau beritamu, tentangmu dan aku tau kamu punya suami cuma aku lebih menyukaimu." Kata bos itu. Nana terdiam oh tuhan disaat seperti ini batin Nana. Nana dapat merasakan hembusan nafas bos suaminya tak lama bosnya itu menyingkir dan menarik tubuh Nana untuk dipeluknya.

"Maaf Pak, saya mau pulang." Kata Nana. Nana mencoba bangkit dan itu mustahil. Lelaki itu menaiki badan Nana dan mencoba membuka seluruh pakaiannya tentu Nana berontak dan menahannya.

"Tolong pak, saya sudah banyak masalah jangan buat beban lagi. Saya ini banyak masalah Pak." Kata Nana ia menangis. Kift tidak diam dia tetap berusaha membuka pakaiannya hingga tanggal semua. Kift membaringkan Nana dan menindihnya. Nana menangis kencang dan mulutnya di bekap oleh mulut Kift.

"Diam ssttt." Kata Kift. Kift mencium bibir Nana sambil melakukan aksinya.

"Jangan tolong... tolong." Kata Nana. Kift membuka kedua kaki Nana dan memegang organ sensitifnya. Bersih tanpa apapun kift mencium milik Nana, rupanya ini punya Pras kayaknya gak cocok Nana untuk Pras dan dia akan mengambil Nana. Nana terus menangis ia memberontak namun sia- sia saja tenaganya sudah habis kini ia merasakan miliknya di masuki milik bos suaminya itu.

"Hiks."

***

Pras berdiri didepan pintu, ini sudah jam delapan malamn namun istrinya belum pulang, apa iya dia pulang kerumah mamanya tapi saat Pras menelfon kakaknya Nana ia tidak berada disana. Pras memukul ubin pintu pasti Nana jalan- jalan muter keliling sambil nangis. Biasanya Nana akan jalan sendirian nangis sambil bawa motor kadang duduk di pinggir trotoar sambil meredakan sedihnya.

Tak lama yang ditunggu tiba. Nana pulang dengan mata sembab.

"Ayang darimana? Kenapa lama?" Tanya Pras. Nana turun dari motor sambil membawa buah ia tidak menjawab pertanyaan Pras dan langsung masuk ke dalam rumah meletakan buah di atas meja dan menuju ke kamar. Disana ia mengalbil handuk di belakang pintu dan menuju kamar mandi. Biasanya Nana tidak pernah mengunci pintu kamar mandi tapi kali ini ia menguncinya. Nana membuka keran air dan Nana langsung menangis ia langsung tersandar di dinding dan turun hingga terduduk si ubin. Ia memeluk dirinya sendiri mengapa hidupnya sangat berat. Parahnya diperkosa oleh bos suaminya sendiri.

Setelah dua jam dikamar mandi Nana keluar dengan lilitan handuk ia mengambil dasternya dan celana dalam. Pras melirik Istrinya memakai pakaian dari kasur sambil bermain judi di hp.

"Sini cantik." Panggil Pras. Nana mengeringkan rambutnya setelah memakai baju dan berbaring disamping Pras. Kali ini ia membelakangi suaminya dan memeluk guling biasanya ia memeluk suaminya sekalipun suaminya itu cuek. Pras sedikit bingung ia mendekatkan badannya ke Nana lalu merangkulnya sambil bermain.

***

Dua minggu kemudian...

Bukannya makin tersenyum Nana makin murung, hari- hari yang  biasanya penuh tawa sekarang sudah tidak ada. Nana juga sudah tidak mau disentuh oleh Pras, Nana tidak pernah bertanya kemana Pras, dan tidak pernah khawatir dll. Dia hanya melakukan tugasnya sebagai istri menyiapkan pakaian kerja dan menyiapkan makanan. Uang gajipun Nana tidak meminta semua namun sesuka hati Pras saja ngasihnya berapa. Hatinya sudah mati sekarang.

Pagi ini Nana menemani Pras sarapan namun dia hanya diam tidak bercerita biasa bibirnya sudah seperti kicauan burung.

"Mau panggil mama kah kerumah? Biar kamu gak kesepian? Atau kuanter kerumahnya nanti pulang kerja aku jemput."

"Aku mau tidur aja." Jawab Nana sambil menggelengkan kepalanya. 

"Berarti enggak usah?"

"Iya." Jawab Nana.

Nana menghembuskan nafasnya sambil menatap Pras ia mencoba untuk tersenyum namun tidak dengan hatinya. Pras melihat Nana ada yang berbeda apa karena ia yang belum berubah soal kebiasaan bermain judi online

***

Setelah sarapan Pras bersiap berangkat kerja dan Nana senantiasa menunggu disampingnya. Setelah memakai sepatu safety Pras berdiri dan memberikan tangannya untuk di cium Nana. Nana mencium tangan suaminya dan Pras mencium kening Nana.

"Maaf ya cantik kalo aku ada salah. Aku berangkat kerja dulu. Nanti  pulang kerja kita jalan- jalan ya." Kata Pras ia mengusap kepala suaminya. Nana tersenyum dan mengangguk.

"Betulan ya, aku tungguin."

"Iya dong, iya sudah aku pergi dulu. Love you sayang."

"Me to."

Pras memakai helm menaiki motornya dan mulai perlahan pergi meninggalkan halaman rumah.

Menikah dengan boss suamikuWhere stories live. Discover now