Bayang 10 Kawan Malam

195 40 53
                                    

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Genre: Fantasi Gelap Nusantara

.

Bayang 10 Kawan Malam

.
.


"Mas Mahesa! Apa itu benar Mas?!"

Suara yang berasal dari dalam pintu itu membuat aku dan Mahesa sama-sama tersentak. Dengan melirik Mahesa, aku bisa tahu jika ia seperti sangat ingin menemui Arsa saat ini.

"Iya!" Seruan balasan yang diberikan oleh Mahesa itu dilanjutkan dengan suara derap langkah kaki dan pintu yang terbuka dengan cepat. "Jangan keluar!" Meski berteriak begitu, tentu saja sudah terlambat.

Bocah laki-laki yang muncul dari dalam rumah itu menatap kami berdua tidak percaya. Tangisnya pecah meski ia seorang laki-laki dan segera melemparkan badannya untuk memeluk Mahesa.

Mahesa tentu saja menangkapnya sebelum Arsa terjatuh. Aku mendengarnya meringis kesakitan, mungkin karena bekas pukulan Kepala Dusun.

"Chandra, bagaimana kalau kamu menginap saja di sini?" tawar Mahesa sembari berusaha menenangkan Arsa.

Itu tawaran yang bagus dan menggiurkan. Aku bisa tidur di sini tanpa harus pulang di malam hari seperti ini. Meski pantangan itu mungkin hanyalah mitos belaka, tapi bisa saja ada hewan liar atau anjing ganas yang menyerangku.

"Terima kasih, tapi maaf, aku akan pulang saja. Kasihan Ibunda jika aku tidak pulang tanpa memberitahukannya," tolakku halus.

Mahesa masih tidak tenang. Ia izin masuk ke dalam rumahnya dan mengambil sebuah selimut tipis. Ia juga menoleh ke salah satu sudut rumahnya, mengambil obor dari buluh yang ia gunakan untuk menerangi latar.

"Bawa ini saja kalau begitu. Pakaianmu mungkin sudah mulai kering, tapi kamu bisa kena demam. Tanganmu tadi dingin sekali. Aku berdoa semoga tidak terjadi apa-apa selama di jalan."

Aku berbinar menatap obor dan selimut yang sudah berpindah di tanganku dan mengembalikan kain tenun Mahesa yang lembab. Kehangatan terasa dengan perlahan di tubuhku. Mahesa memang tahu apa yang harus dibutuhkan. "Terima kasih banyak! Ini akan sangat membantu! Aku tidak tahu harus membalasmu bagaimana, Mahesa."

"Jangan begitu. Kita ini teman, kan? Aku cuma ingin bisa melihatmu besok pagi," ucap Mahesa yang membuatku tersentuh. Ternyata dia bisa berbicara seperti ini.

"Terima kasih. Jangan lupa untuk mengobati lukamu sebelum tidur."

Aku berpamitan, melambaikan tangan pada Arsa dan Mahesa yang menatapku khawatir, lalu meninggalkan pekarangan rumah Mahesa. Tidak ingin membuat mereka terlalu khawatir, aku hanya melihat mereka dari lirikan mata, tidak benar-benar menoleh seutuhnya terlalu lama.

ChandraWhere stories live. Discover now