Bayang 21 Lima Koin Emas

162 40 37
                                    

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Genre: Fantasi Gelap Nusantara

.

Bayang 21 Lima Koin Emas

"Tapi aku tidak tahu itu Danastri atau bukan," sanggahku dengan cepat setelah menyelesaikan cerita yang menghantuiku semalam suntuk.

"Itu mungkin memang bukan Danastri, tapi bisa juga dia Danastri," putus Datuk Suma. "Ke arah mana kamu melihatnya?"

"Berlari ke masuk ke arah hutan." Meski gelap, aku tahu jika arah laju larinya itu menuju rerimbunan pohon yang lebih gelap dan mencekam.

Hanya orang bodoh yang mau mempertaruhkan nyawanya untuk masuk ke hutan setelah senja. Danastri yang sedang sakit tidak mungkin dan tidak akan bisa melakukan hal itu. Untuk apa pula ia membahayakan dirinya sendiri?

Jika Danastri memang dan tidak kuat dengan penyakitnya, seharusnya ia lebih bertahan. Lagipula, semua orang juga sedang berusaha untuk menyembuhkannya.

"Tidak mungkin itu anakku! Kenapa dia masuk ke hutan?" Aku, Mahesa, Kartika, bahkan Datuk Suma hanya bisa diam melihat Kepala Dusun yang sudah seperti tidak waras.

Sedari tadi wajahnya memerah, alisnya terus mengerut, dan ia menatap tajam semua orang yang ia ajak bicara. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah bagaimana ia bisa menemukan anak gadisnya. Berulang kali dia berteriak kepada orang lain yang sedang menganggur untuk membantunya mencari jejak Danastri.

"Saya sendiri juga tidak yakin kalau itu Danastri," ucapku dengan tenang pada kepala Dusun.

Pria itu berjalan dengan langkah menggebu-gebu kepadaku. Aku sedikit goyah. Jika tidak memberanikan diri, mungkin aku akan melangkah mundur setiap kali Kepala Dusun mengambil selangkah maju kepadaku.

"Kalau begitu kenapa bercerita? Jangan membuat cerita yang aneh-aneh tentang anakku!" ancam Kepala Dusun. Aku hanya diam. Jika terus menanggapinya, maka perdebatan ini tidak akan selesai.

Aku menatap Datuk Suma yang hanya menggeleng melihat kelakuan egois Kepala Dusun. "Daripada berdebat, bukankah sebaiknya kalian mencari Danastri?"

Kepala Dusun berdecak kesal dengan menatap Datuk Suma. "Bagaimana denganmu? Apa tidak bisa mencari Danastri dengan kekuatan hebatmu itu?"

Aku menghela napas, kali ini dia justru melampiaskan kemarahannya pada Datuk Suma. Meski beliau adalah orang tua yang dibilang bisa membantu semua masalah, bukan berarti Kepala Dusun harus bersikap tidak sopan begitu.

Dak!

Kami yang melihat kejadian Datuk Suma mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi dan memukulkannya ke pelipis Kepala Dusun hanya bisa menahan napas. Sepertinya Datuk sudah tidak bisa menahan kesabarannya lagi.

ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang