Bayang 15 Pertemuan yang Dinanti

192 34 39
                                    

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Genre: Fantasi Gelap Nusantara

.

Bayang 15 Pertemuan yang Dinanti

Bubur dalam mangkuk di tangan wanita itu terlihat masih penuh. Hanya ada satu sendok saja yang masuk ke dalam mulut Danastri. Saat hendak menyuapkan satu sendok lagi, Danastri menolak untuk makan. Padahal kemarin dia terlihat masih mau memakannya.

"Danastri, mau aku suapi?"

Tentu saja bukan aku yang menawarkannya. Itu adalah suara Kartika yang ikut denganku untuk menjenguk Danastri. Danastri menggeleng dengan keras kepala.

Ibu Danastri menarik napas panjang dan meletakkan piring itu di atas meja kecil yang ada di samping kasur. Ia terlihat sangat lelah dan seolah ingin menyerah, tetapi tidak bisa. Sepertinya dia juga capai karena selalu membujuk Danastri ini dan itu tetapi selalu berakhir dengan penolakan.

Ibu Danastri menoleh pada Kartika dan aku. Ia tersenyum lemah. "Ibu pergi dulu, ya. Tolong jaga Danastri sebentar," pinta wanita itu.

Tentu saja aku dan Kartika tidak menolaknya dan sama sekali tidak merasa keberatan. Justru, aku merasa lebih santai karena tidak ada orang dewasa, apalagi seseorang yang memiliki kedudukan tinggi di dusun ini.

Wanita itu pergi dan meninggalkan kami bertiga. Mata Danastri yang sayu menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Aku yang menyadari hal itu langsung menghalangi pandangannya dengan telapak tangan. Danastri akhirnya memutuskan untuk menoleh padaku dengan lemah.

"Jangan melamun," ingatku tanpa bermaksud buruk.

Kartika yang duduk tepat di sebelah Danastri tertunduk dan meremas selimut dengan erat. "Ini pasti salahku, kan? Maaf membuatmu jadi seperti ini, Danastri."

"Ini ... bukan salahmu," balas Danastri. Tangannya perlahan memegang tangan Kartika. Seketika itu, genggaman erat yang Kartika layangkan pada selimut melemah. Ia beralih dengan balas menggenggam Danastri.

"Tetap saja, maafkan aku!" Aku terkejut melihat Kartika sampai menangis tersedu-sedu. Tidak heran jika dia sampai menyalahkan dirinya sendiri.

"Apa ada sesuatu yang terjadi hingga membuatmu seperti ini?" tanyaku penasaran. "Ini tidak terlihat seperti penyakit biasa."

"Aku tidak tahu," jawab Danastri semi berbisik. "Badanku terasa sakit semua. Makanan yang kumakan sama sekali tidak enak dan perutku langsung mual setiap aku makan."

Aku menatap iba pada Danastri. Entah berapa banyak berat badannya berkurang sampai ia terlihat sekurus ini. Bahkan Kartika yang paling kecil di antara kami terlihat lebih berisi dibandingkan dengan Danastri. Tubuhnya yang dulu seperti buah segar sekarang malah terlihat seperti duri ikan yang bisa patah kapan saja.

ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang