Bayang 24: Tidak Tahu di Mana

204 41 46
                                    

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Genre: Fantasi Gelap Nusantara

.

Bayang 24 Tidak Tahu di Mana

Sesaat setelah sampai di bawah pohon, aku diam-diam memperhatikan apa yang dilakukan oleh Mahesa dan Kartika. Keduanya masih sibuk mencari dan berada cukup jauh dariku. Aku memutuskan untuk melangkah ke tempat yang menjadi tujuanku sebelum turun dari pohon.

Letaknya tidak terlalu jauh, tetapi agak masuk ke dalam hutan. Tidak ada jalan setapak, tetapi bukan berarti aku akan berhenti. Sosok yang sedari tadi mengganggu pikiranku itu, yang seolah menyadari keberadaanku, bersembunyi di balik pohon besar.

"Permisi," panggilku pelan dan mengabaikan degup jantung yang berdetak lebih cepat, "apa aku bisa bicara denganmu?"

Aku mengepalkan tangan yang basah karena keringat. Aku sama sekali tidak menyangka jika aku dengan berani mengajaknya berbicara. Pergerakan di balik pohon membuatku menahan napas. Sosok wanita berpakaian bersih dan rapi muncul dari balik sana. Ada selendang putih yang disampaikan dari siku ke siku. Mungkin ini hanya bayangku saja, tetapi aku melihatnya tidka berpakaian seperti itu tadi.

Wanita itu tersenyum dan diam menatapku seolah sedang menungguku untuk berbicara. Aku meneguk ludah tidak nyaman karena ia menatap kosong dan tanpa berkedip. "Apa ... Anda melihat gadis berambut panjang sepinggang di dalam hutan? Kulitnya bening, wajahnya cantik sep—"

"Apa lebih cantik dariku?" Kalimat halus yang memotong penjelasanku keluar dari mulut wanita itu seperti angin dingin yang membawa perasaan tidak nyaman.

"Dia ...," Keraguan anehnya muncul dalam dadaku, "... tidak lebih cantik dari Anda." Kalimat itu melengos keluar begitu saja dari mulutku. Entah apa yang membuatku mengatakannya tanpa berpikir panjang.

"Hi hi," tawa kecil itu tidak terdengar menyenangkan meski pemiliknya sedang tersenyum lebar. "Aku tidak melihatnya."

Aku meneguk ludah. Ada rasa kekecewaan besar yang muncul dalam hatiku. Padahal aku sudah memberanikan diri untuk bertanya pada wanita asing ini, padahal aku sudah berusaha berdiri dengan kaki dan tangan yang mendingin. Sayang sekali semua ini sia-sia.

"Begitu? Ya sudah, maaf–"

"Tapi aku lihat ada seorang pria besar di pinggir sungai sana." Lagi-lagi dia menyerobot perkataanku. Namun, ucapannya berhasil membuatku tertarik. Tangannya sedikit terangkat menunjuk arah barat, jauh ke dalam hutan.. "Dia tertidur sejak kemarin seperti kerbau busuk."

"Bisa tunjukkan padaku tempatnya?" Aku bertanya dan melirik ke arah Mahesa dan Kartika yang sudah mulai berjalan kembali. Sepertinya mereka tidak melihat keberadaan Danastri sama sekali.

Senyum wanita itu semakin melebar. "Tentu."

Kukira dia akan menolakku, ternyata ia justru dengan senang hati menunjukkannya. Aku kembali pada Kartika dan Mahesa untuk mengajak mereka menuju tempat yang akan ditunjukkan oleh wanita itu. Mungkin kami tidak bisa menemukan Danastri, tapi setidaknya bertemu dengan orang yang hilang akan jadi hal yang baik.

Wanita itu berjalan di depan kami dengan langkah ringan. Dia tidak memilih jalan setapak dengan rumput yang mati karena bekas orag-orang yang sering melewatinya. Wanita ini lebih memilih jalan baru dengan semak-semak yang masih tumbuh dengan lebatnya.

Aku menyingkirkan ilalang yang tumbuh hampir setinggi badanku, menyibaknya dan mempersilakan Kartika untuk lewat. Mahesa ada di belakang barisan untuk memastikan Kartika tidak menghilang.

ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang