Bayang 11 Berjalan Setelah Petang

201 36 43
                                    

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Genre: Supranatural, Nusantara, Fantasy

.

Bayang 11 Berjalan

Setelah Petang


Mata kami bertemu. Pria itu tersenyum dan entah mengapa memberikan rasa bersalah padaku karena tidak menjawab salam dan berpikiran aneh tentangnya.

"Ah, selamat malam," balasku pada akhirnya. Seperti sihir, semua rantai yang seakan sedang mengikat kaki dan mulutku akhirnya terlepas.

Pria itu mengangguk. Entah mengapa semakin diperhatikan, aku semakin tidak asing dengan wajahnya. Aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Mungkin kami pernah berpapasan tanpa aku sadari, mungkin aku pernah berbicara dengannya di suatu tempat dan aku melupakannya.

"Maaf, kamu menghalangi jalanku."

Aku tersentak dan segera menyingkir tanpa berpikir dua kali. Padahal jalan ini bukan jalan sempit, dua orang dengan rombongan biri-biri pun bisa melewatinya. Namun, aku secara spontan menyingkirkan badanku untuk memberikannya jalan.

Masih dengan tersenyum, pria muda itu menjawab, "Terima kasih." Lalu, ia berlalu begitu saja.

Jika sebelumnya aku terllau takut untuk menoleh ke belakang, kini aku mendapati diriku sedang mengamati punggung orang asing yang semakin menjauh. 

Dia berjalan dengan perlahan tanpa rasa takut di tengah kegelapan. Tidak ada obor di tangannya untuk menerangi langkah. Aku bertanya-tanya apakah dia tidak takut tersandung batu atau tersesat.

Cahaya yang bisa kulihat hanyalah dua kunang-kunang kecil yang mengikuti langkahnya, yang tentu saja tidak cukup untuk menerangi jalan.

Akan tetapi, melihatnya baik-baik saja setelah berjalan tadi mungkin memang tidak masalah. Bertemu dengannya membuatku sadar jika mitos yang beredar hanyalah mitos belaka. Dan aku pun juga sampai di rumah dengan selamat.

***

Tidak ada yang terjadi selama aku berjalan pulang setelah bertemu dengan pria muda itu. Tidak ada hal mengerikan seperti geraman dari serigala atau harimau. Tidak ada juga sesuatu yang menculikku hidup-hidup. Aku bersyukur karena bisa sampai di depan rumah dengan selamat.

"Aku pulang," ucapku dengan berusaha mengetuk pintu yang terkunci. Keheningan membuatku berpikir jika orang di dalam rumah tidak mendengarku. "Ibunda?" Aku memanggil dengan sedikit lebih keras.

Tak lama, suara derap langkah yang kasar dan tergesa-gesa terdengar. Lalu, pintu terbuka dengan keras dan lebar, menampilkan sosok Ibunda yang banjir keringat, aku terdiam dengan rasa bersalah. Tidak pernah aku melihatnya begitu panik.

ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang