Temuan

227 26 7
                                    

BoBoiBoy milik Animonsta Studios

.

.

.

Temuan

oleh deecarmine

.

.

.

Duri mengempaskan diri di bawah pohon mangga dan melepas topinya. Napasnya agak terengah, peluhnya membuat poninya menempel pada dahi. Ia kemudian mengipasi dirinya dengan penuh semangat, matanya menyisir pemandangan di depannya.

Taman itu lengang saat siang terik karena kebanyakan penduduk tengah berpuasa. Memang lebih menyenangkan berada di rumah, menghadap kipas angin dan santai seharian daripada harus berpanas-panasan di luar. Duri ingin sekali begitu, sayangnya ia harus masuk sekolah dan pulang saat matahari tengah tinggi.

Duri menghela napas. Ia merasa tak kuat lagi meneruskan perjalanan. Kenapa semua kakak-kakaknya tidak ada yang menunggunya? Gara-gara ini Duri ketinggalan bus dan harus pulang sendiri. Tega benar!

Asyik merengut sendirian, Duri tiba-tiba melihat wajah pria tua tersembul tak jauh darinya. Raut itu terpatri di sebuah kertas berwarna keunguan yang familiar, terlipat di sela-sela semak bunga sepatu.

Duri langsung melupakan kekesalannya barusan dan segera bangkit. Ia menghampiri lembaran tersebut dan meraihnya. Matanya agak membola saat ia membuka lipatan itu.

Rupanya uang kertas bernominal seratus. Duri segera menoleh ke segala arah, memastikan tak ada yang melihatnya memungut uang kertas tersebut. Aman, tak ada siapapun di taman itu. Ia kemudian mengamati lagi pecahan ringgit di tangannya.

Uang seratus ringgit baginya sangat besar. Ia bisa menonton film di bioskop dengan Taufan dan Blaze, bahkan beserta popcorn dan minuman. Ia bisa jajan banyak makanan manis atau membeli bibit apel unggulan. Ia bisa membeli teh kesukaan Tok Aba, atau membelikan kakak kesayangannya, Gempa, kaus baru sebagai ganti kaus lamanya yang tak sengaja Duri robek.

Tunggu, apa ini miliknya? Bukannya ia harus mengembalikannya?

Duri cepat-cepat mengantongi uang tersebut. Sekali-sekali ini tak apa, kan? Lagipula, ia tak akan makan sendiri uangnya. Ia akan belikan orang lain hadiah juga!

Gembira, Duri langsung pergi dari tempat itu dan menuju arah berlawanan.

Sementara itu, di kediaman Tok Aba tengah sibuk menyiapkan barang kedai. Wadah-wadah bahan baku minuman, makanan, dan beberapa termos es tengah dikemas untuk dibawa ke kedai. Bulan Ramadan ini kedai minuman Tok Aba hanya buka dari jam 3 sore hingga usai magrib, mengingat membeludaknya pembeli mendekati jam berbuka puasa.

Sekarang sudah pukul dua siang, mereka harus segera memasukkan semua barang ke mobil van Tok Aba. Halilintar, Gempa, Taufan, Blaze, dan Ice tengah sibuk menyortir dan menyiapkan bahan baku kedai.

"Hari ini giliran siapa yang jaga?" tanya Taufan sambil merapikan kardus.

"Kak Upan, Ice, dan Blaze," jawab Gempa. Taufan menepuk dahinya dan mengangkat kardusnya keluar.

"Di mana kardus gelas kertas?" tanya Gempa.

"Sudah di mobil," jawab Halilintar.

"Termos es?"

Ramadhan ElementalDonde viven las historias. Descúbrelo ahora