03 | New Thing

8 2 0
                                    

Begitu meninggalkan kelas setelah selesainya jam pelajaran ke lima. Sekarang, Yeri dapat mengembuskan napas panjang yang lega dengan senyuman mengembang setelah pelajaran berakhir. Tidak tertidur lagi di saat materi sedang diterangkan, Yeri telah berhasil. Masa-masa buruk itu telah berlalu.

Setelah melewati beberapa hari dengan perasaan kalut, tiba saatnya Tuhan mengabulkan permohonan yang selalu diucapkan setiap harinya. Mimpi buruk itu tidak datang lagi selama dua hari terakhir, Yeri berharap itu akan bertahan lama-tidak, semoga mimpi itu tidak akan datang lagi selama sisa hidupnya.

Wajah Yeri kembali bersinar dan tampak bersemangat untuk menjalani hari-harinya. Langkah kaki tergerak menuju ruangan penuh makanan karena tidak dapat menahan erangan dari perutnya.

Namun, baru saja satu langkah keluar dari kelas, harus terhenti karena sosok yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Yeri mendongak, menatap kedua manik cokelat yang dapat menyalurkan kehangatan. Senyuman di bibir semakin mengembang dan tergerak untuk melambaikan tangan bermaksud menyapa.

"Wah, akhirnya. Senyuman itu muncul lagi, cantik banget. Udah lebih baik?" tanya Sam sembari mengelus-elus rambut milik Yeri penuh kasih sayang.

Pandangan mereka bertemu, Yeri dapat merasakan kehangatan dari mata Sam. Ia merasa lebih tenang dan menambahkan energinya.

Yeri mengangguk seraya berucap, "Jauh dari kata lebih baik. Mau ke kantin?" tanyanya.

"Mau bareng?" tawar Sam.

"Kali ini, aku traktir," balas Yeri.

"Sepuasnya?"

"Nggak! Kemarin aja aku tanya kayak gitu, kamu tolak mentah-mentah. Sekarang aja, minta traktir sepuasnya. Dasar pelit," protes Yeri. Wajahnya langsung berubah masam, dengan tatapan side eyes-nya, ia dapat membunuh siapa saja.

Terdengar kekehan kecil dari Sam, kemudian mencubit pelan pipi milik Yeri. "Jangan lucu-lucu, nanti aku culik mau?" godanya.

"Kalau penculiknya modelan kayak gini, sih, mau-mau aja," jawab Yeri tanpa ekspresi.

Dalam satu detik, wajahnya berubah masam seraya berkata, "Udah, ah. Jadi nggak, nih? Kalau nggak mau, ya, syukur."

"Iya, ayo. Nggak protes lagi, deh. Nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas dapet makan siang gratisan," balas Sam dengan meletakkan lengannya di atas bahu milik Yeri.

"Wah, udah ngaku aja. Kalian pacaran, kan? Setiap hari nempel terus," ucap salah satu kenalan dari Sam. Seorang perempuan, wajahnya tampak menyiratkan rasa cemburu. Mungkin ia menjadi satu dari puluhan siswi yang menyukai seorang Samudera Malik.

Dengan berani, Yeri balas menatapnya dengan tajam walaupun sudah tahu jika perempuan itu merupakan kakak kelasnya. "Kalau suka ngomong aja. Nih, mumpung orangnya ada di depan Kakak. Apa mau aku bantuin? Tenang, nggak usah panik. Kita udah sepakat buat kakak adik zone aja, kok. Kalau mau pepet, gas keun. Tapi ... emang dia mau sama Kakak?" ucapnya dengan menyenggol lengan Sam.

"Ngomong sama siapa, sih, Yer? Kok jadi merinding," balas Sam. Ia berpura-pura bergidik ngeri dan seolah tidak melihat siapa pun di hadapannya.

Melihat hal itu, tentu saja membuat Yeri tertawa. Sebaliknya, wajah perempuan itu berubah kesal dan terlihat merah padam. Merasa sudah dipermalukan, perempuan itu langsung pergi dengan ketiga temannya yang sedari tadi diam. Saat punggung mereka masih dapat dipandang, tampaknya mereka sedang membicarakan kedua orang yang tengah tertawa hingga sulit untuk berhenti.

"Jahat banget kamu ngomong kayak gitu. Lihat wajahnya, nggak? Ih, takut, deh. Kalau nanti dia cerita ke semua orang sampai jadi gosip satu sekolah gimana?" celetuk Yeri setelah menghentikan tawanya sembari memegang perut.

I Was Never ThereWhere stories live. Discover now