Eps 2 | Berkelahi

735 18 0
                                    

Pada pukul 07.10 semua murid sudah mulai berbaris dibarisan untuk upacara. Chan dan Alna masih berada di ruangan berkumpul osis, mereka melihat murid2 yang lain sudah berkumpul.

Tiba tiba saja muncul ide gila dari chan "na, gue punya ide" ucap chan, alna mengkerutkan alisnya dan bertanya2

"Ide apa?" Tanya alna yang sangat sangat penasaran.

"Gimana kalo kita lepas jas osis, terus kita ikut upacara. Tapi! Kita mentel dikit, deketin sih max sama jendral" ajakan ini sangat gila, tentu saja alna tidak akan terima.

"Nggak! Kamu gila ya chan, kalo kita jadi sorotan murid2 lain gimana gilee?" Alna menolak ajakan itu, dia tentu saja ingin mengerjakan tugasnya dengan benar.

"Gapapa, izin aja ke kepsek" ujar chan.

"Yaudah deh, kamu yang izin" akhirnya dia menerima ajakan chan.

Chan berjalan menuju ruangan kepala sekolah, ia mengetuk pintu itu. "Permisi pak" ucap chan dengan nada yang sopan, pintu sedikit terbuka.

"Kenapa chan? Sini masuk" ajak kepala sekolah tersebut.

"Eum, gak perlu pak. Disini aja udah kok, gini pak.. kami mau ikut upacara sama murid2 yang lain, sekedar ikut aja pak gak lebih" ucap chan, kepsek kebingungan. Biasanya tidak ada osis yang mau upacara, tapi chan dan alna memang berbeda.

"Ohh ya? Silahkan saja, tapi kamu jangan ikut barisan. Cukup mengelilingi mereka, lihat yang tidak memakai topi. Hukum mereka, kalau kamu berdua. Suruh teman kamu yang hukum mereka" ujar kepala sekolah dengan nada yang tegas

"Baik pak, segera saya laksanakan"

Pintu ditutup, kepala sekolah kembali duduk di kursinya. Saat chan berbalik badan, ia melihat alna dengan tatapan gembira. Ternyata alna juga senang mendengarnya

"Wah gile. AYO Chan" mereka berdua segera menuju ke barisan upacara, dan mencari barisan jendral dan max.

"Chan itu max" alna menunjuki tangannya ke arah berisan 3 melihat max tak mengenakan dasi, topi, dan atribut lainnya. Kancing bajunya terbuka dan gayanya yang Sangat nakal

"Eh iya anjir, yaudah lo cari sono barisan jendral terus hukum. Buset hukum apaan dah ngeri amat nana hukum2 anak orang" otak chan memang sudah tidak beres

Sedangkan max merasa di perhatikan oleh kedua osis itu, wajah mya merasa tidak bersalah. Lalu ia berbisik ke telinga temannya bernama Jonan

"Lo lihat gak sih itu? Ketos nya cakep banget" ucap max yang terlihat salah tingkah. Jonan tertawa kecil

"Pfft, ternyata selera lo tinggi juga ya" olok jonan, sebelumnya max selalu berpacara dengan anak2 yang tak mengerti gaya.

"Apaan sih lo anjing" max geram.

"Udah deh lo diem, gimana kalo kita caper ke mereka" ajak jonan, memang ide yang aneh tapi itu menarik

"Caper gimana?" Tanya max

"Kita pura pura berantem gitu, tapi mukulnya beneran. Biar kelihatan ada benjolnya" ajak jonan, max segera menyutujui nya.

"Ayok" ajak max

"Woi apaan sih lo" max membesar suaranya dan mendorong2 jonan, tak hanya diam jonan benar benar menatap benci max.

Gimmick yang hebat. "Lo yang apaan anjing, lo mau mati di tangan gue ha kontol?" Nada yang kasar. Alna menyadari ada yang berkelahi

Alna memanggil chan. "CHAN, CHAN , CHAN" teriak alna dengan panik, dia masuk ke kantor untuk memanggil teman temannya. Lalu ia kembali keluar.

Dia berlari ke arah mereka, max memukuli jonan hingga terdengar keras. Keluar darah dari mulut jonan, tak hanya diam. Jonan membalas pukulannya itu, dia memukul max di perutnya dengan sangat keras.

"Akkhhh." Max sudah terlihat seperti tak berdaya, tapi dia berusaha berdiri dan memukuli jonan terus menerus.

Alna dan chan menahan mereka berdua. Alna mendekati jonan, dan menatap jonan begitu dekat dengan tatapan yang sagat tajam.

"Sampai kamu masih mau berkelahi di sekolah ini. Lebih baik keluar! SAYA TIDAK INGIN NAMA BAIK SEKOLAH INI HANCUR HANYA KARENA REMAJA SEPERTI KALIAN!" Alna sangat marah karena max hampir saja mati, jonan menatap alna dengan heran. Karena dia berbicara sedekat itu.

Chan mengambil segelas teh untuk max. "Ugh, makasih" ujar max membuat wanita2 lain cemburu.

"Mau aku anterin ke uks?" Tanya chan dengan wajah gembira, dan menahan rasa salah tingkah.

"Ga perlu, gue mau disini aja" rasa sakit masih terasa, suara max terdengar serak membuat dia panik.

"Serius gapapa" tanya chan berulang kali.

Tiba2 suara motor yang sangat besar terdengar, sepertinya motor itu ingin parkir di sekolag mereka.

VROM VROM.

Suara motor itu sangat tampan, tak bisa di bayangkan. Semuanya terdiam mendengarnya, lalu max berdiri.

Max memanggil seseorang "itu, Jendral Ardehan" max berusaha berjalan ke arah tempat parkir, para wanita2 gatal mendekati max dan berkata "max kamu masih sakit loh" ucap wanita2 itu dengan nada yang di imut2 kan

Alna berlari ke arah max. "Kamu mau kesana?" Tanya alna dengan tegas.

"Kalo iya kenapa? Duit lo berkurang?" Ujar max dengan nada yang sangat kasar, alna menatap marah max.

"Ingat peraturan sekolah ini, disiplin. JONAN! Sini kamu, pukul dia sampai kamu puas!" Para murid2 baru kali ini melihat alna marah sebesar itu, kali ini alna tidak bercanda.

Jonan berjalan ke arah mereka dan menendang max, max terbaring lemas dikasur. Tak heran kalau alna seperti ini, ayahnya adalah seorang TNI.

"Na! Cukup. Lo udah berlebihan" ucap tavi, wakil osis.

"Sshtt, liat dia! KAMU MAU APA DARI DIA? Kita ini pelajar vi, bukan tukang tauran. BAJUNYA GA RAPI, DIA GA PAKAI ATRIBUT. BUTUH PEMBELAAN APA LAGI DIA?" Semua nya terdiam mendengar nada alna yang sangat tegas, biasanya dia hanya kalem tak terlalu banyak berbicara.

"DIEM LO SEMUA, gue emang pelajar. Tapi lo sebagai ketos, PUNYA HAK APA GINIIN GUE?" Geram max

"Gue punya hak diselolah ini, ingat! Osis itu pelajar yang harus di hormati. Gunanya osis untuk mengganti guru, JADI LO UDAH SALAH. GAK USAH BANYAK PEMBELAAN"

Terdengar dari kejauhan, suara orang berkelahi. Pria tampan itu membuka helm nya, lalu ia turun dari motor cbr nya.

Dia berjalan ke arah barisan upacara. "Udah deh, telat lagi gue. Bangat2" Jendral berpikir bahwa kali ini dia tidak akan diberi ampun.

"Bersambung"

Jendral| nomin 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang