1

3.4K 351 43
                                    

"spoiler babi!!" 

Ponsel Redmine yang ia punya langsung terlempar dan mendarat di karpet berbulu. Kini pelakunya berteriak kesal sembari menenggelamkan wajahnya ke bantal, katanya, supaya suara teriakannya teredam.

"Ah cok! Kalau kasih Spoiler warning dulu kek! Gue kan, jadi ngebaca si Kwak Jichang metong!!! Sialan sialan, suami gue! cuma beberapa chapter kok langsung metong? Dunia ini tidak adil!" Sungguh, dramatis.

Suara ketukan pintu terdengar. "nona Jen, tuan muda meminta anda untuk kembali melawannya dalam pertandingan Taekwondo"

Jen, atau lebih lengkap dengan nama Jennifer langsung bangkit dari tengkurepnya. Dia mencebikkan bibirnya sebal karena moodnya hari ini sedang menurun drastis akibat spoiler dari aplikasi tik tak.

Jen langsung membuka pintu dan keluar kamar dengan langkah sebal. Ketika sampai di Dojang, dia melihat kakaknya sedang bersiap siap untuk mengalahkannya, lagi.

"ugh, kata gue mending lo nyerah, deh" Jen langsung menghampiri kakaknya yang sedang merapihkan baju.

Tiba tiba serangan tak terduga terjadi, kakaknya tiba tiba melakukan pukulan ke arah ulu hati. Jen yang sudah sabuk hitam, tentunya bisa menahan lalu memberikan serangan.

"wah, gara gara keseringan kalah, lo malah nyerang dadakan? heh" Jen mendengus geli.

"berisik, bangsat!" 

Perkiraan Jen yang biasanya berfungsi tiba tiba berhenti sejenak ketika melihat kakaknya mengeluarkan benda tajam dari balik bajunya. Jen menatap rendah kakaknya. "Mm? apaan tuh? sampe segitunya lo mau ngalahin gue?"

"Lo gak denger?" 

kakaknya mengambil langkah pelan sembari mengasah kedua belatinya dengan seringaian yang terpatri. "lo ga denger soal gue yang disingkirin dari penerus perusahaan bokap, hm? itu semua gara gara lo bajingan!"

Kakaknya Jen menyerang, ujung tajam belati itu terarah ke jantung Jen. Jen segera menghindar dan menahan lengan kakaknya.

"lah? salah lo yang bodoh. Dilihat lihat, gue kan, emang cocok jadi ahli waris. Lo kok, sewot? pecundang"

Emosi kakaknya meluap, dengan tenaga ekstra, pertama kalinya dia melepaskan cekalan tangan Jen lalu menggores dalam menggunakan belati. "persetan anjing. kalau lo mati, gue bisa bebas ngendaliin perusahaan bokap"

"dasar buta" Jen langsung melakukan Mal Badat Chagi, tendangan itu membuat kakaknya tersungkur ke belakang dan Jen melompat kebelakang.

"lo dalam tendangan aja lemah, otak? dibawah rata rata, pinter enggak, cerdas enggak. Lo ini emang ga pernah denger atau gamau denger?"

Jen mendekati kakaknya yang menyeret tubuhnya untuk bersandar ke dinding Dojang. Dengan geram, Jen melayangkan tendangan dengan punggung kaki, membuat kakaknya terbatuk sembari mendongak.

"gue ini anak sah," Jen membungkuk, mendekati telinga kakaknya. "dasar anak sekertaris"

BUGGG

Jen tiba tiba bersimpuh. Dia langsung menengok, melihat tongkat besbol yang berlumuran darah, yang sepertinya darah miliknya. "sudah cukup sampai disitu nona" 

'suara itu!' Jen mencoba berbalik untuk melihat pelakunya. Dugaannya benar, dia mantan sekertaris ayahnya sekaligus ibu kakak tirinya.

Jen menampilkan senyum miring, "kecil amat tenaga lo?"

Tangan Jen langsung terulur, mengusap darah yang mengalir ke tengkuknya. Ketika dia melihat telapak tangannya yang sudah dipenuhi darah, dia mendongak.

Two Roles. [ 𝐋𝐎𝐎𝐊𝐈𝐒𝐌 ]Where stories live. Discover now