BAGIAN 8 : Kencan?

64 9 2
                                    

Minggu yang cerah dan pancaran Baskara bewarna jingga, menjadi kesenangan pertama dari dua orang yang sudah bersiap dengan penampilan rapi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Minggu yang cerah dan pancaran Baskara bewarna jingga, menjadi kesenangan pertama dari dua orang yang sudah bersiap dengan penampilan rapi. Aruni, sibuk membenahi rambut panjangnya. Berkali-kali menatap pantulan dirinya di cermin, memastikan sekali lagi jika dia sudah benar-benar cantik.

Nien keluar dari kamar mandi dan terkejut dengan penampilan sang kakak yang benar-benar jauh dari biasanya. Nien menatap Aruni dari ujung kaki hingga kepala. Tidak biasa Aruni berpenampilan serapi ini sebelumnya. Walau sebenarnya, Aruni juga sering berpakaian warna-warni dengan gaya rambut yang berbeda-beda. Tapi untuk yang kali ini benar-benar jauh, Aruni yang biasanya tidak pernah berdandan. Kini malah memakai pewarna bibir yang Nien sendiri tahu kalau itu salah satu hal yang kakaknya benci.

"Kakak mau kemana? Rapi banget, dandan lagi."

Aruni mendelik, berdecih kecil sambil mengibaskan tangannya. Ia memakai sepatunya lalu berdiri menatap Nien yang sedang mengeringkan rambutnya.

"Nanti kunci pintu, terus kuncinya taruh di dekat pot saja. Kamu habis ini langsung ke rumah Juan kan? Kalau ke rumah orang jaga sikap yah!" ujar Aruni mengingatkan.

Aruni melangkah membuka pintu, "kakak pergi dulu ya!" teriaknya meninggalkan Nien yang masih diam menatapnya.

Disisi lain, Satya juga sudah siap dan turun ke lantai bawah. Meja makan pagi ini kosong dengan hidangan yang tersedia. Satya menatap ke arah Bi Ayu yang baru saja menata makanan di meja. Bi Ayu lalu menghampiri Satya yang sedang menatap gantungan kunci. Satya sedikit heran dengan kunci motornya yang tergantung, seingatnya motornya itu ada di bengkel karena kejadian beberapa hari yang lalu.

"Kemarin ada yang antar motornya Nak Satya. Katanya atas nama Xavier. Memangnya kenapa motornya Nak Satya?" Satya langsung menatap Bi Ayu. Dengan kikuk ia menggaruk tekuknya yang tidak gatal. Terkekeh kecil lalu menatap Bi Ayu lagi.

"Kemarin habis nabrak orang bi, motornya Satya rusak."

"Loh?! Kok bisa?! Tapi gak apa-apa kan?"

Satya terkekeh lagi, "gak apa-apa Bi. Satya baik-baik saja kok. Malah Satya yang ngerepotin orangnya. Bibi punya nomor orang yang antar ini kan? Satya mau transfer uang buat gantiin biaya perbaikan motornya Satya."

Bi Ayu menghela napas lega. Lalu mengelus pelan lengan Satya. "Ada, kamu ini! Bikin bibi khawatir saja! Nanti bibi kasih nomor orangnya!"

Lagi-lagi Satya terkekeh. Ia mengambil kunci motornya dan menatap Bi Ayu lagi. "Kalau begitu Satya pergi dulu. Nanti malam Satya pulang lagi."

Satya kemudian berlari membuka pintu, melambaikan kembali tangannya ke arah bi Ayu.

"Dadah, Bi Ayu!" teriaknya lalu menghilang bersamaan dengan suara pintu yang tertutup.

•••

Tangan mereka penuh dengan berbagai macam kantong belanjaan yang berisi lego-lego yang mereka beli. Juan lalu masuk ke dalam rumahnya, ia berteriak hingga gema memenuhi ruangan. Kira yang berada di dapur, langsung melangkah ke asal suara. Menghela napas ketika melihat putra bungsunya itu pulang. Juan yang melihat Kira langsung tersenyum kecil. Ia berlari kecil menghampiri ibunya, "bunda! Juan bawa Nien!"

Detik bersama Nabastala || Park SunghoonWhere stories live. Discover now