Bagian 14 : Tidak ingin hilang

153 15 0
                                    

Hari ini, langit begitu cerah memperlihatkan warna biru tanpa ada awan yang menghalangi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini, langit begitu cerah memperlihatkan warna biru tanpa ada awan yang menghalangi. Sosok pemuda yang sedang duduk diam di kursi roda, hanya bisa diam memandangi langit yang sebenarnya hampir setiap hari ia lihat. Karena terlalu jenuh, sejak awal masuk rumah sakit ia selalu berada di kamar rawat. Satya memutuskan untuk mencari Udara segar di taman rumah sakit. Ia lihat anak-anak yang sedang bermain sepak bola. Kadang tertawa ketika melihat tingkah manis anak-anak itu.

Sena memandangi saudara kembarnya itu dari belakang. Hari ini ia memutuskan untuk libur kuliah lagi untuk menemani Satya di rumah sakit. Tadi pagi ia sempat pergi menemui dosennya dan mengumpulkan tugas-tugas yang sudah ia kerjakan, lalu kembali ke rumah sakit karena Sam memintanya.

Sebenarnya, Satya masih belum boleh keluar kemana-mana. Ada beberapa pemeriksaan lanjut yang harus ia lakukan lagi untuk bisa mengetahui tindakan lanjut apa yang perlu dilakukan. Namun, anak itu mengamuk hingga membuat Sena kepayahan. Alhasil, Satya di izinkan untuk pergi keluar sebatas pergi ke taman saja.

Satya tersenyum kecil, potongan-potongan memori terlintas sejenak ketika melihat anak-anak itu bermain. Ia ingat beberapa ingatan lama, saat ia dan Sena berlibur ke Eropa sewaktu kecil. Bermain sepak bola saat musim panas Bersama sang Papa. Lalu ada mamanya yang bersorak bahagia sampi memperhatikan mereka. Satya tidak ingat lagi setelahnya, kepalanya mendadak sakit. Memaksa ingatan lama yang sudah lama ia lupakan.

"Kenapa?" Sena datang menghampiri ketika menyadari Satya yang tengah memegangi kepalanya.

Kepala Satya masih menunduk, ia rasa bisa melawan rasa sakit yang selama bertahun-tahun ini ia hadapi. Namun nyatanya ini lebih sakit dari biasanya.

"Kita masuk kamar aja, ya?"

"Enggak."

"Coba dongak dan diam!"

Ada Noda darah di baju rumah sakit yang Satya kenakan. Sena yang menyadari hal itu mengusap pelan darah yang ada di hidung Satya dengan Tisu. Satya diam, memperhatikan Sena dengan pandangan samar.

"Udah cukup. Kita harus masuk sekarang."

Sena hendak berdiri, ingin membawa Satya masuk ke dalam kamar. Namun tangannya di tahan oleh Satya.

"Apa lagi?"

"Aku udah gak bisa ingat beberapa kenangan kita waktu kecil."

Sena diam selama beberapa saat. Lalu tersadar kembali ketika mendengar isakan tangis Satya.

"Aku gak mau lupa.." Satya mengeratkan genggaman tangannya pada lengan Sena. Air matanya tumpah. Ada rasa amarah yang sekarang menyelimuti hatinya. Sebuah pelukan datang merangkul tubuh rengkuh itu. Satya masih dengan tangisnya, bahkan beberapa kali ia juga memukul kepalanya.

"Aku gak mau lupa apa-apa. Tolong beritahu aku gimana caranya biar semuanya gak hilang, kak.."

"..aku gak mau."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 13, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Detik bersama Nabastala || Park SunghoonWhere stories live. Discover now