CHAPTER 2

105 35 23
                                    

Typo bertebaran, tandai bagian yang typo biar aku mudah buat revisinya!

Klik bintang di pojok kiri bawah, dan jangan lupa untuk spam dandelions di kolom komentar 🌼



Hari berganti menjadi petang, waktu menunjukkan pukul delapan malam. Saat ini dua orang insan berbeda gender sedang duduk di tengah tengah kedua orangtua mereka. Seorang cowok dengan baju kemeja berwarna merah,dilapisi dengan jas berwarna hitam lengkap dengan dasi hitam,yang melekat pada kerah bajunya.

"Mulai hari ini, kalian berdua harus akur! Tidak ada yang namanya bertengkar seperti tadi!" Suara tegas milik Hermawan memasuki telinga keduanya.

"Tapi dia yang duluan pa!" Ucap Alvaro tak terima dinasehati oleh sang ayah

"Kamu itu laki-laki Al!, Mengalah dengan perempuan!" Mendengar hal itu, Alvaro hanya bisa mendengus kesal. Ia beralih menatap sang ibunda berharap mendapatkan pembelaan. Namun, nihil sang ibunda tak menggubris permintaannya itu.

Netra matanya beralih menatap kearah gadis di sebrang tempat duduknya, gadis yang ditatapnya memasang raut wajah menjengkelkan, seolah mengejek dirinya. Bibirnya bergerak tanpa suara mengisyaratkan sebuah kalimat 'rasain wlee' .

Perempatan imajiner tercetak di dahi cowok itu. Kesal? Tentu saja, bagaimana tidak? Gadis dihadapannya ini sangat menyulut emosi nya. "Intinya,Al ga mau di jodohkan sama bocil kaya dia!" Tukas Alvaro

"El juga ga mau di jodohkan sama om-om kaya dia!" Ucap Gabriella tak mau kalah. Kedua orang tua dari kedua belah pihak hanya bisa menghela nafas gusar.

"Tidak ada penolakan ataupun alasan lainnya! Kalian berdua harus menerima perjodohan ini apapun yang terjadi!!" Tegas Wardani

Gabriella hanya bisa menundukkan kepalanya, jika Wardani sudah membuat keputusan, mana mungkin dapat di batalkan.

Benar, kedua insan itu adalah Alvaro dan Gabriella yang tengah membahas perjodohan dengan kedua orangtuanya. Awalnya mereka menolak, tetapi, mau bagaimana lagi? Orang tua mereka sangat bersikeras untuk menjodohkan mereka berdua.

Alvaro yang tak dapat menyangkal jika sang bunda sudah menentukan keputusan dan Gabriella yang tidak dapat menyangkal keputusan sang kakek. Akhirnya mau tidak mau mereka harus menerima perjodohan ini.

Tak…tak…tak

Seorang gadis memasuki area rooftop gedung yang sepi. Gelap,tak ada pencahayaan lain selain pencahayaan dari sinar rembulan. Sepi, hanya suara kamera yang terdengar, kamera yang sedari tadi ia hidupkan. Kamera itu menyimpan semua kegiatannya hari ini.

Suara isak tangisnya bersatu padu dengan angin yang berhembus. Entah apa yang ia alami di hari kemarin.

Srett

Tak… tak…

Kriettt

Tak...tak...tak

Suara langkah kaki terdengar bersamaan dengan suara benda yang diseret. Langkah kaki itu semakin mendekat, namun tak dihiraukan oleh gadis di atas rooftop itu. Tangisannya semakin jelas terdengar, tak ada seorangpun disana. Sunyi, air matanya lolos tanpa meminta persetujuan. Kamera masih saja hidup menampakkan angka dengan satuan detik 19:59:21. Terhitung sudah 19 jam ia merekam semuanya. Semua hal yang seharusnya diketahui oleh publik.

SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang