CHAPTER 5

83 32 34
                                    

Typo bertebaran, tandai bagian yang typo biar aku mudah buat revisinya!

Ayo spam 🌼 di kolom komentar,
Dan jangan lupa untuk klik bintang di pojok kiri bawah ya!

🏍️

Waktu menunjukkan pukul empat sore, 7 insan sudah berkumpul di depan gedung adijaya corp. Penyelidikan lagi dan lagi dilakukan oleh mereka, namun, tak kunjung mendapat hasil?.


Takk...

"Hm, kayanya kita mencar aja deh" celetuk Luna "Nanti kita ketemu lagi di titik ini" lanjutnya

"Nah, ide bagus tuh" ucap Gabriella "nanti biar gue ke arah sana, yang lain tentuin mau kemana" ucapnya lagi sembari menunjuk ke arah kanan

"Oke kalo gitu, gue ke arah bagian kiri" Gracia memilih rute sebelah kiri

"Gue lurus" -aksa

"Emang siapa yang bilang Lo belok?" ucap Kenzo, di hadiahi tatapan tajam dari Aksa "hehe" ucapnya cengengesan

"KENZO HAHAA.... ANJIR!! "

"GILA LO NGATAIN AKSA BELOK!" ucap abian di seberang telepon dengan tawa terbahak-bahak diikuti yang lainnya.

Mereka sudah menentukan rute mereka masing-masing, dengan satu persetujuan bersama dari mereka semua. GPS mereka sudah tersambung dengan markas, disana sudah di koordinir oleh Anggita dkk sebagai bala bantuan.

Sambungan telepon seluler dengan earpods ditelinga mereka masing-masing tengah menyala, guna memberi tahu apa saja yang mereka temukan.

"Gue nemuin kertas" ucap Gracia

"Kertas apa?" tanya Luna sembari melanjutkan perjalanannya

"Ga tau, bahasa Mandarin"

"Simpen, biar nanti gue yang baca" - Gabriella

Satu deheman menjadi jawaban bagi Gabriella.Gracia beralih memasuki ruangan yang sedikit terbuka, nampaknya itu sebuah gudang.

Takk...

Tak...

Tak...

Tiga langkah, Gracia masuk ke dalam sana dengan tiga langkah. Dia berlari keluar ketika mencium bau darah yang menyengat di indra penciumannya.

"Huek, bau banget" gumamnya

"hati hati ci" celetuk Gabriella, mendengar itu Gracia hanya diam. Dia tidak mengerti dengan maksud gadis itu

"Gue bilang hati hati ci" ujarnya lagi, Gabriella berucap kembali, Sekala yang mendengar itu bergegas menyusul ketempat Gabriella berada, Firasatnya begitu buruk.

"La, spesifikasi tempat Lo dimana" ucap Aksa

"Di depan ruangan, ada batu permata merah di dekat lampu" jawaban itu bukan dari gadis yang dituju, melainkan orang lain.

Aksa diam, ia kenal suara ini. Suara yang sangat ia benci sejak dulu. Gabriella dalam bahaya saat ini. Aksa berbalik dan berlari menuju tempat gadis itu berada. Di tengah koridor, terdapat 5 orang berpakaian hitam dengan wajah tertutupi oleh masker menghalangi jalannya.

"Minggir" ucap Aksa penuh penekanan. Bukannya menyingkir, mereka malah menyerang Aksa.

"Minggir atau mati"

DOR!!

Lima tembakan berhasil membuat lima orang itu tidak dapat bergerak.aksa kembali melangkah menuju Gabriella.

SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang