CHAPTER 6

64 27 109
                                    

Tandai bagian yang terdapat kesalahan ketikan (typo) agar saya mudah untuk melakukan revisi pada bab ini dan bab yang lainnya.

Klik tombol bintang di pojok kiri bawa untuk part selanjutnya.

🏍️

Bandung, satu kata yang diucapkan oleh seorang laki-laki yang baru saja sampai bersama teman-temannya di kota itu. Kota penuh kenangan dan sejarah pada masa penjajahan, kota yang indah dan penuh dengan warisan budaya. Semilir angin sejuk menyapa mereka semua seolah menyambut dengan gembira.

Mereka kini melangkahkan kaki menuju tempat yang seharusnya mereka tuju. Kediaman Besar Keluarga Dewantara, keluarga dengan marga Dewantara memang tidak terlalu dikenal oleh kalangan remaja pada saat ini, namun pada pangkat kepemerintahan keluarga Dewantara adalah kunci dari segala hal.

Keluarga Dewantara dikenal sejak kedudukan seorang Wahyu Setyo Aminoto, atau lebih tepatnya ayah dari Wardani. Pada masa kepemimpinannya, ia menjadi salah satu orang berada nomor 1 di bandung pada masa itu. Jadi wajar saja jika warga Bandung menyanjung mereka penuh kehormatan.

Takk...

Tak....

Srettt...

Srett...

"Ini gapapa kalo kita ikut ke bandung kal?" tanya Kimberly kepada Sekala sembari menarik kopernya

"Grandpa yang nyuruh, jadi gapapa" ucapnya berjalan menelusuri koridor

"Ella gimana? Udah gapapa?" tanya Kimberly sekali lagi "masih belum siuman, berdoa aja Kim" jawab Sekala dan beralih memasuki kamar dengan pintu berwarna gold.

CKLEK..

Pintu ruangan itu terbuka, menampakkan furniture yang tertata rapi dengan nuansa putih dan gold, Begitu pula dengan tembok dan perabotan lainnya. Sangat sejuk di pandang mata.

Sekala tersenyum sembari melihat kearah kasur yang penuh dengan alat medis. Ya, tempat dimana Gabriella di letakkan adalah kamar pribadi milik gadis itu. Gadis yang ia tatap hanya diam membaca buku tentang sejarah kota tua. Hingga akhirnya atensi pandangan gadis itu menatap wajah tampan milik cowok itu. Sungguh, sangat indah ciptaan mu Tuhan.

"Hallo queen" sapa Sekala sembari berjalan menuju sang empunya yang ia sapa.

"Hallo brother," ucap gadis itu dengan suara serak dan pelan. Ia baru saja sadar 2 jam yang lalu, akan tetapi tidak ada perubahan dari suaranya. Masih tetap serak.

"Haha, serak ya?" ucap Sekala dengan kekehan kecil di awal kalimatnya.

"Dikit"

Hening. Hanya suara monitor yang terdengar di sana, tak ada yang ingin memulai percakapan kembali. Hingga gadis itu menarik nafasnya susah payah, pandangan Sekala menatap panik ke arah gadis itu

"Kenapa dek? Sesak?" tanya cowok itu panik, sang empunya hanya mengangguk mengiyakan.

"Bentar! Abang panggil dokter!" belum sempat melangkah tangannya sudah ditahan oleh gadis itu. gadis itu hanya menggelengkan kepalanya sembari melepaskan selang oksigen pada dirinya.

SEMESTA حيث تعيش القصص. اكتشف الآن