07

255 44 3
                                    

Satya mengambil pistol yang selalu dibawa di tasnya. Ia menyodorkan pistol itu tepat di depan dahi Gani.

"Kasih tau gue Tristan di mana, atau kalian gue bunuh."

"Kenal Tristan lo?" Gani yang seharusnya takut dengan aksi Satya, malah tak gentar sama sekali.

"Iya dia tem-- anggota komunitas gue."

"Udah dibilang kita ga tau, gimana sih." Sewot Yoga yang berada di belakang Satya.

"Gue ga segampang itu percaya omongan kalian. Gue tau di antara anggota komunitas lu ada mata-mata yang pasti tau banyak info tentang kriminalitas."

"Maksud?--" Ucapan Gani terhenti karena Genta yang menepuk pundak Satya. Satya melirik Genta.

"Kak Satya ya? Gue ngefans sama lu, hehe.." Ucap Genta dengan cengengesan, merusak suasana yang semula suram.

Satya mengernyit. Ia menurunkan todongan pistol dan menghadap Genta, "Ngefans?"

Genta menggangguk sebagai jawaban.

"Kok bisa? Lu kenal gue di mana?"

"Gue adik tingkat lo di Akpol. Gue ngefans, bukan sih, semacam kagum. Lu keren banget asli dah. Termasuk anak didik berprestasi juga kan di sana. Sayang banget beberapa bulan lalu lu keluar."

Satya mematung. Entah kenapa ia merasa sangat canggung dan tidak tau harus bereaksi seperti apa. Ini kenapa tiba-tiba jadi kayak artis deh? Batinnya.

"Lo sekolah di Akpol? Sekarang masih?"

"Udah engga. Gue udah ga niat jadi polisi, mager. Awkokwokwok."

"Bentar, bentar. Ini kenapa jadi gini dah? Perasaan tadi berantem." Ucap Yoga menyela interaksi Satya dan Genta, tetapi sayangnya tidak digubris.

"Maaf kak, lu keluar gara-gara ga ada biaya ya? Sayang banget lho."

"Haha, iya. Karena ortu gue meninggal---"

"Dibunuh." Satya tersentak akibat ucapan Genta.

"Lo tau dari mana?"

"Rumornya udah kesebar seantero Akpol. Dan gue juga ngeduga siapa pelakunya, ya itu, salah satu anggota komunitas lu. Gue agak syok lho, lu bisa sekomunitas sama orang yang ngebunuh orang tua lo."

Satya hanya bisa tertawa renyah mendengar ucapan Genta. Perkataannya sedikit menyesakkan.

"Dia tau, dia ngebunuh orang tua lu?" Tanya Genta.

"Engga." Ucap Satya seraya menggeleng.

"Keliatannya lo kayak ga ada benci-bencinya sama dia, kak."

"Gue benci, bahkan kadang suka keceplosan ngomong kata-kata yang nyakitin ke dia. Tapi entah kenapa gue ga bisa dendam sama dia, dan mau gimana pun gue sebenernya peduli sama dia. Mungkin karena gue tau yang ngelakuin bukan dia sepenuhnya?"

"Lu ga kasih tau dia?"

"Engga. Gue ga mau bikin dia ngerasa bersalah."

"Gue bingung, deh. Kasus pembunuhan dia banyak, bukan cuma ortu lo doang, kayaknya. Tapi kenapa sampe sekarang belum ketangkep ya?"

"Kalo itu gue juga ga ngerti. Gue juga ada pertanyaan, di komunitas lu bukannya ada yang kerja jadi mata-mata ya? Kalian beneran ga tau kasusnya atau pura-pura ga tau?"

"Maksud lo apa sih? Bawa-bawa mata-mata mulu. Gue ga ngerti sumpaahh."

"Lo ga--"

"Punten, mon maap ni.." Perkataan Satya terpotong lagi karena disela, kini oleh Gani.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: May 10, 2023 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Communitates || Boys PlanetOnde histórias criam vida. Descubra agora