#69. Lo Adalah Tanggung Jawab Gue

1.1K 159 9
                                    

▪︎▪︎▪︎

Jennie sudah pulang lebih dulu disaat Lisa masih terjebak macet dalam panjangnya jembatan Pasopati. Dengan keadaan hidung bengap dan merah, Jennie berulang kali mengusaknya karena gatal. Obrolan terkait program kerja yang bisa terancang-ulang dalam grup membuat mereka serempak untuk berpencar pada aktivitasnya masing-masing. Toh, ini baru pukul 4 sore. Matahari masih cerah. Jennie memaklumi para anggotanya yang mungkin ingin refreshing dengan Sang Doi.

Di hadapan layar laptop, Jennie justru sibuk mengoprek pekerjaannya lewat ponsel. Bukan semata-mata dia begitu, sebab video call sedang terjadi bersama para demisioner. Tertelisiknya memang seperti sidang online, tapi alumni galak itu justru saling berlomba memberi perhatian.

Apalagi yang paling ribut adalah Kak Kara dengan Kak Yongsun. Si Pertalite itu bisa-bisanya ngocor tanpa berhenti, tumben-tumbenan. Sedangkan Jisoo sedaritadi hanya senyam-senyum. Dan terakhir, perhatian Jennie yang tertarik pada Irene memantau tingkahnya yang terus-menerus mendingin.


"Kak Rene." Panggil Jennie sekalipun tanpa mendongak dari kerjaannya sendiri.

"Hm?" Begitu pula Irene. Tak hanya Irene, tapi manusia-manusia yang tengah melakukan video call ini menggenggam pekerjaan masing-masing. Dan tentunya masih dalam posisi meja kantor dan setelan formal.

"Apa Jennie?" Irene berujar lagi. Kali ini, perempuan itu menoleh sepintas dari hadapan monitornya hanya untuk menemukan wajah lunglai Jennie menoleh.

Perempuan bermata kucing itu menebalkan mulut manis. "Gapapa. Kepengurusan gue bentar lagi selesai, lo bakal datang kan nanti evaluasi akhir?"

"Nggak tahu." Jawabnya cuek.

"Kok nggak tahu? Tumben banget lo nggak semangat?"

"Kenapa dah lo Rene? Dari pagi keliatan bener lesunya?" Solar ikut menimpal.

"Gapapa."

"Dih, judes banget. Sebel!" Jennie mempoutkan mulutnya.

"Takut ada acara."

"Biasanya juga Si paling adek-adek himpunan dulu." Goda Jisoo.

"Udah gede, mereka bisa sendiri."

"Oh... oke." Jennie mengangguk cukup tahu mendengarnya. Kemudian beralih dari ponsel pada tumpukan bukunya. Mengambil satu buku tugas. "Gapapa, emang kita udah gede kok. Kita nih himpunan, bukan anak OSIS."

"Pundung tuh, pundung. Rene, pundung..." panggil Kara pada Irene.

"Gak." Jennie menggeleng.

"Ayoloh, pundung tuh anak kucing. Masa ditinggalin emaknya gitu aja." Kekeh Sowon.

Namun, Irene sama sekali tak meracau balik. Tak seperti biasanya yang Jennie lihat, membuat dia harus lebih rela mengulum rasa rindunya dengan wajah tak baik-baik saja kakak tingkatnya itu. Jennie mencebik sebal. Irene bila sudah cuek sudah tidak dapat tertolong. Bahkan Jennie tak berani mengadu apapun saat ini, padahal niatnya juga dia akan mengadu bahwa Seulgi kelihatan galau tadi.

Tak berselang lama dari kediaman Irene dan Jennie, suara pintu apartemennya terbuka dan tiba-tiba datang seumpil manusia krempeng yang langsung berkacak pinggang di depan ranjang.

"ANJENG UDAH MACET, BERDUAAN AMA CUWI, MANA PANAS! LO KEBANGETAN JEN, MASA---"

Jennie langsung beranjak dan membekap mulutnya. Dan berikutnya langsung terdengar tawa nyaring dari Jisoo, Sowon, dan Solar yang meledek habis-habisa.

"HAHAHAHAHA GAUSAH PANIK GITU JEN, SANTAI AJA, SANTAI!"

"KALAU GAADA APA-APA SANTAI AJA KALI JEN, KAN SAMA WAKAHIM INI!"

Himpunan | Jenlisa✔Where stories live. Discover now