Andreas tiba tepat waktu sesuai dengan janjinya tempo hari. Setelah mendapatkan akses, ia menaiki lift dan menuju lantai di mana unit Vlora berada. Langkahnya berhenti di pintu bernomor 1801.
Bel ditekan. Andreas menunggu tak lama. Mungkin hanya lima detik dan pintu membuka. Lalu ia tertegun.
Andreas tidak akan menampik bahwa sudah terlalu banyak wanita cantik yang dikenalnya. Sudah tak terhitung jari tangan dan kaki.
Pun begitu pula bahwa Andreas tidak akan menampik bahwa apa yang dilihatnya malam itu adalah keseksian yang tak pernah ia bayangkan. Sempurna dan benar-benar tanpa cela.
Andreas tertegun, sedetik. Lalu bibirnya melengkung dalam senyum penuh ketakjuban.
"Kau benar-benar menakjubkan."
Apakah perkataan seorang pemain bisa dipercaya? Untuk Vlora sendiri itu adalah pertaruhan. Untungnya ia tidak berniat untuk berjudi pada hal yang tak penting sama sekali. Ia memang menakjubkan atau tidak, sama sekali tak ada urusannya dengan Andreas.
Pujian Andreas tak akan berdampak apa pun untuk Vlora. Pun apa yang ditampilkan olehnya saat itu sama sekali tidak dalam rangka untuk membuat takjub Andreas.
"Terima kasih, tapi aku harap kau tidak berpikir berlebihan," ujar Vlora tenang. Ia menambahkan. "Aku melakukannya karena aku ingin."
Andreas mengerjap dan menatap Vlora. "Tentu saja. Aku sama sekali tidak berpikir sedikit pun kalau kau sedang berusaha untuk membuatku kagum. Sayangnya itu adalah hal yang tak bisa kita antisipasi."
Bila Vlora sedikit saja meragukan kejujuran Andreas maka ia bisa mengingat kilat asing yang sempat berpijar di mata pria itu tadi. Singkat, tapi jelas. Pun ekspresi wajahnya sempat berubah walau hanya untuk sepersekian detik yang amat singkat. Tadi itu adalah reaksi yang sering disebut orang-orang dengan istilah terpana.
Andreas jelas akan mengaku dengan senang hati. Ia benar-benar terpana dan itu bukan tanpa sebab. Alih-alih karena begitu banyaknya sebab yang membuat ia sempat tak bisa berkata-kata untuk sesaat.
Selama ini Andreas kerap bertemu Vlora dalam suasana formal. Memang mereka tidak ada interaksi resmi apa pun, tapi lokasi dan waktu memaksa mereka untuk berhadapan satu sama lain dalam balutan setelan kerja. Jelas berbeda untuk yang kali ini.
Adalah sepotong gaun bermodel duyung yang membalut tubuh berlekuk nan tinggi Vlora. Bahan mewah nan mengkilap itu membungkus pas badannya dan memiliki bagian melebar dari lutut ke bawah.
Gaun itu bermodel halter neckline tanpa lengan. Potongannya feminin, tapi sukses memberikan kesan tegas yang tepat sekali untuk wanita seperti Vlora.
Satu poin berikutnya yang berhasil menggelitik mata Andreas. Yaitu, belahan tinggi yang memamerkan jenjang kaki Vlora.
Keseluruhannya ditutup oleh efek sekuin yang membuat Vlora tak ubah permata berkilau di malam hari. Permata bewarna merah membara.
"Kita pergi sekarang?"
Andreas mengangguk dan tak berapa lama kemudian, keduanya sudah berada di mobil dan membaur di jalanan.
Ada waktu yang tersedia. Kesempatan yang tepat. Tak hanya mengisi kekosongan masa perjalanan, tapi juga merupakan pemberitahuan yang Andreas cukup berhak didapat Vlora.
"Keluargaku bukan tipe keluarga cemara. Jadi harap maklum kalau nanti tak ada sapa hangat atau sekadar lelucon receh untuk mendekatkan diri. Semoga kau bisa beradaptasi dengan mudah."
Andreas melirik sekilas dan mendapati tatapan Vlora bahkan tak berkedip untuk perkataannya. Matanya tertuju lurus ke depan. Ia tampak tenang dengan pergerakan samar di dada, tanda bahwa ia menghirup udara dalam-dalam sebagai reaksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MARRIAGE 🔞🔞🔞 "Fin"
RomanceWARNING!!! 21+!!! Judul: SEXY MARRIAGE Genre: Romantis Dewasa Erotis Suspense (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "SEXY" ********************************* "BLURB" Andreas Cakrawinata nekat pulang ke Indonesia demi kabur dari pesta pertunangan...