43. Janji

950 70 1
                                    

Agaknya ada yang sedikit berbeda dari Vlora ketika Andreas datang menjemputnya. Ia, seorang wanita yang selalu bersikap tenang dan terkendali, untuk kali pertama menunjukkan ketergesaan yang tak bisa ditutupi sedikit pun.

Kaki melangkah lebih cepat dari biasanya. Vlora tampak bersemangat tatkala melihat Andreas melambai padanya.

Andreas menyambut Vlora dengan tangan terbuka. Ini bukan kiasan, melainkan tindakan dengan arti sesungguhnya. Ia mengembangkan kedua tangan dan memeluk Vlora tanpa basa-basi sedikit pun.

Apakah Vlora kaget? Tentu saja. Namun, apakah ia tak suka? Oh, tentu saja tidak.

Nyatanya Vlora malah memejamkan mata ketika Andreas turut mengecup pelipisnya sekilas. Ia seolah tak peduli bahwa mereka masih berada di tempat umum atau mungkin ini ada kaitannya dengan ketegangan di antara mereka yang ternyata tak berkurang walau beberapa jam keduanya sempat terpisah?

Kedua kemungkinan itu sama masuk akalnya dan beruntung, jalanan malam tidak sepadat biasanya. Mereka tiba di rumah jauh lebih cepat dari harapan dan untuk sesaat keduanya saling tatap ketika mobil telah berhenti di depan pelataran rumah.

Tak ada yang bicara. Baik Vlora maupun Andreas memang hanya saling menatap. Namun, siapa pun bisa menebak sejauh mana ketegangan masih merayapi mereka. Bahkan dari cara mereka menarik napas pun terlihat sangat jelas.

"Aku akan meletakkan barangku di ruang kerja."

Vlora turun. Andreas tertegun. Lalu ia berdecak seraya mengolok diri sendiri. Memangnya ia terlihat seperti orang yang bisa menunggu?

Andreas menyusul Vlora. Langkahnya besar dan cepat sehingga tak butuh waktu lama untuk tiba di ruang kerja tersebut.

Masuk. Andreas langsung menutup pintu tanpa lupa untuk menguncinya.

"Reas."

Vlora baru saja menaruh tas kerja di meja. Ia berbalik ketika mendengar langkah seseorang yang masuk dan sudah bisa menebak bahwa itu pastilah Andreas.

Kehadiran Andreas membuat bola mata Vlora membesar. Ia mendekat. Ia melangkah dengan keanggunan maskulin yang hanya dimiliki olehnya.

Mata lurus menatap Vlora. Andreas menghampiri seraya melepas jas di tubuh, lantas melemparnya ke sembarang tempat.

"Sepertinya aku tak bisa menunggu lebih lama lagi."

Andreas bicara dengan jenis suara yang membuat Vlora meremang seluruh badan. Apalagi ia mengatakannya bersamaan dengan membetot lepas dasi dari leher. Pun tak lupa untuk memberikan kesan dramatis ketika menghempaskannya.

Dua kancing di pergelangan tangan telah diantisipasi. Lengan kemeja naik hingga ke siku.

Andreas berhenti tepat di hadapan Vlora. Maju dan ia menyerbu dalam ciuman yang menggebu.

Kedua tangan Vlora naik dan menangkup pipi Andreas. Ia sambut ciuman itu dengan bibir yang terbuka.

Andreas menggeram. Ia pagut bibir bawah Vlora sedalam mungkin sambil meremas pinggangnya.

Kesiap Vlora teredam dalam lumatan Andreas. Tak sabaran, Andreas mengangkat dan mendudukkannya di atas meja kerja.

Vlora membuka kedua kakinya. Ia sama sekali tak peduli dengan sepatunya yang terlepas dan justru mempersilakan Andreas untuk semakin mendekat.

~~~ Jrenggg!

Bab nyut-nyutan yang ini cukup sampai di sini ya. Hahaha. Mau lengkap? Bisa ke KaryaKarsa atau pesan versi novelnya (nanti kapan-kapan) (*'﹃`*)

SEXY MARRIAGE 🔞🔞🔞 "Fin"Where stories live. Discover now