Secepat itu suara Andreas berubah parau maka secepat itu pula Vlora merasakan udara di sekelilingnya turut berubah. Ia segera memasang sikap waspada. Mengambil antisipasi untuk setiap kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Vlora sedikit beringsut setelah Andreas mengatakan hal tersebut dengan amat jelas. Memang, intonasinya terdengar rendah. Walau demikian ia bisa menangkap hasrat yang tersirat.
"Kau tidak mengenakan bra di balik gaun tidurmu itu."
Vlora membeku. Ia memaksa otak untuk berpikir cepat demi mengambil tindakan aman. Sayangnya suara Andreas kembali terdengar dan membuyarkan pikirannya.
"Aku benar bukan?"
Mengerjap spontan, tatapan Andreas yang intens mendorong Vlora untuk bergerak. Insting alamiah memintanya untuk menjauhi Andreas. Ia harus menjaga jarak dan berjaga-jaga. Paling tidak ia harus menyilangkan tangan di depan dada.
Namun, tidak. Ini adalah Vlora. Ia tak pernah membiarkan orang lain bisa mengintimidasinya. Termasuk Andreas.
Andreas jelas tahu hal tersebut. Alhasil ia bersikap santai, tapi mengintai. Ia yakin Vlora tak akan melarikan diri. Sebaliknya, ia penasaran tindakan apa yang akan diambil Vlora.
Dia akan menghadapiku.
Perkiraan Andreas tentu saja benar. Vlora tidak menghadapinya dengan ketenangan dan ... seuntai senyum.
"Apa hanya itu yang kau pikirkan dari tadi, Reas?" tanya Vlora terkendali. Sorot matanya pun tampak yakin membalas tatapan Andreas. "Ah, kau benar-benar mengecewakanku."
"Mengecewakanmu?"
"Untuk kategori seorang pria yang banyak pengalaman dengan wanita, kupikir kau tidak akan lagi mudah tergoda hanya karena sebatas payudara tanpa bra."
Tawa Andreas pecah. Ia terbahak-bahak.
"Sejujurnya saja aku memang sudah tidak mudah tergoda lagi sekarang."
Tawa terjeda. Dahi berkerut dan Andreas berdecak sekilas.
"Bukan. Lebih tepatnya bukan tergoda, tapi tertarik," kata Andreas meralat ucapannya. "Aku sudah tidak mudah tertarik lagi. Bahkan penari tiang atau penari perut menjadi biasa-biasa saja di mataku. Aku bisa menonton mereka sambil memeriksa laporan keuangan tahunan."
Vlora mendengkus. Terkesan mencemooh, tapi justru membuat Andreas semakin percaya diri.
"Sayangnya pasti ada pengecualian untuk calon istri."
Diam. Tak terlihat. Vlora terlihat tak terpengaruh walau yang terjadi justru sebaliknya.
Vlora memang terkesan dingin, tapi bukan berarti ia tak punya perasaan. Buktinya perkataan Andreas sukses membuatnya menahan napas di dada.
"Oh. Aku sama sekali tidak tahu kalau ada pengecualian itu."
Andreas berdecak sekilas. "Ternyata ada banyak hal yang belum kau ketahui, Sayang. Jadi apa kau ingin aku memberitahumu satu persatu?"
"Apa itu tawaran?"
"Bisa dibilang tawaran atau mungkin undangan. Tergantung bagaimana matamu melihatnya," jawab Andreas menyeringai tipis. "Sama seperti aku yang memilih untuk melihat sesuatu yang menarik."
Makan tersirat di ucapan Andreas terasa nyata. Vlora meneguk ludah. Samar, ada sentakan di jantungnya.
Walau demikian Vlora tak gentar. Ia tak gemetar. Bahkan ia bergeming.
"Kau tahu bukan? Aku bukan Nadine. Aku juga bukan seperti para mantan kekasihmu."
"Karena itulah, Sayang, mengapa aku tak memperlakukanmu seperti mereka."
YOU ARE READING
SEXY MARRIAGE 🔞🔞🔞 "Fin"
RomanceWARNING!!! 21+!!! Judul: SEXY MARRIAGE Genre: Romantis Dewasa Erotis Suspense (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "SEXY" ********************************* "BLURB" Andreas Cakrawinata nekat pulang ke Indonesia demi kabur dari pesta pertunangan...