Chapter 18

1.3K 47 1
                                    

Tak hanya pada Dean, tampak mereka juga hangat pada Ulfah. Bahkan, Dean tak perlu memperkenalkan diri, mereka sudah tahu.

"Hai, Ulfah!" Ya, begitu, jelas sekali.

Tampaknya Dean sudah berbicara pada mereka soal Ulfah, entah apa yang dia bicarakan. Ulfah lalu duduk di samping mereka dan mereka mulai memperkenalkan diri.

"Saya Miko." Itu kata cowok berkacamata.

"Ulfah, salam kenal."

"Aku Nilam, dan ini Dede, meski mukanya tua." Nilam sang cewek, menunjuk cowok di sampingnya yang mendengkus.

"Paan, sih!"

"Salken, ya, Fah."

"Iya, salam kenal juga semuanya." Anak-anak yang lain juga ikut memperkenalkan diri, dan mereka menyambut hangat Ulfah, sepertinya Ulfah punya safe zone sekarang.

Dean tersenyum melihat itu semua, sampai getar ponsel mengalihkan perhatiannya, Dean segera membuka ponselnya. "Uh sudah jam segini saja." Suara Dean mengalihkan mahasiswa dan mahasiswi yang ada di sana.

"Kalian, kalian berteman ya, Bapak ada urusan. Ulfah, jangan lupa nanti siang, oke?" Dean mengingatkan.

Ulfah bingung ke mana Dean mau pergi, tetapi dia sadar dosen kan banyak kesibukan. Jadi, dia mengangguk saja. "Iya, Pak." Dean pun pergi meninggalkan Ulfah dengan teman-teman barunya.

Meski mereka baik, Ulfah kelihatan canggung pada mereka, jelas karena ini kali pertama mereka bertemu.

"Ngapain nanti siang sama Pak Dean?" tanya Nilam, senyam-senyum geli sambil membenarkan kacamatanya.

"Kepo!" Dede tampak menoel pipi Nilam.

"Ish, tanya doang, soalnya Pak Dean itu lengket banget sama Ulfah, beda banget sama yang lain padahal Pak Dean humble. Kayak ... Ulfah ini spesial gituloooh." Nilam bicara panjang lebar dan Ulfah hanya menatap miris.

"Apa lagi? Pastilah ada atmosfer penuh asmara di sekitar mereka." Miko menjawab, dia ini dari tadi nada suaranya agak dibuat puitis, bahasanya pun begitu.

"Iya, Fah?"

"Bu-bukan, kok." Ulfah agak kikuk, malu juga. "Aku sama Pak Dean ada perjanjian gitu."

"Perjanjian nikah?" Nilam memotong seenak jidat.

"Bu-bukan. Jadi, Pak Dean bakalan bantu aku sama perkuliahan, dan aku ngajarin Pak Dean masak pas ada waktu."

"Oooh, gitu. Pak Dean emang bilang makanan kamu enak banget. Dia suka masak tapi terakhir kali masakin kami, Miko ampe muntah, Pak Dean gak pinter masak." Nilam terkikik geli, dan Ulfah tak menyangka hal itu. Sungguh?

Seburuk itukah masakan Dean?

"Sungguh?"

"Kamu pernah makan masakan dia, belum?"

"Pernah, tapi gak sampai begitu, kok." Walau sebenarnya dia perhatikan, Dean cukup asal memasukkan bumbu, enggak ngira-ngira, untung ada Ulfah.

"Itu sih karena udah diajarin kamu keknya, coba suruh dia masak sendiri, tapi jangan deh takutnya kamu pingsan." Mau ketawa, takut Dean tersinggung, Nilam sepertinya santai sekali menggosipi dosennya itu. "Kapan-kapan kita masak bareng, yuk."

"Boleh ...."

"Apakah saya diikutsertakan?" tanya Miko tiba-tiba.

"Boleh, tapi harus ikut kumpulin duit plus bawa nasi sendiri dari rumah."

"Baiklah, apa pun itu untuk masakan yang kata beliau tersedap sejagat raya." Ucapan Miko agak bikin geli.

"Ikut gak, De?"

"Ya." Dede yang agak jutek, dan Nilam yang super aktif. Kombo yang bagus.

Mereka teman yang baik.

"Oh, ya, Fah, Fah, Fah. Kamu tau gak ... rumor ...."

"Gak usah dikasih tau!" Dede menahan, seakan rumor itu buruk jika didengar langsung oleh Ulfah.

"Dia harus tau, biar hati-hati, karena dunia itu gak seramah yang dia kira. Ulfah polos banget tau, aku khawatir sama dia." Ungkapan Nilam membuat Ulfah bertanya-tanya.

"Rumor tentang apa?" Ulfah tak bisa menahan kekepoannya.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

Dosen Kucing ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang