1. Konsep

266 13 1
                                    

Menjadi seorang perempuan di sebuah daerah yang cukup terpencil memiliki mimpi adalah suatu kemewahan, sebab tidak semua orang dapat meraihnya toh perempuan kodratnya melakukan tugas rumah dan mengurus anak, katanya.

Bagi sebagian orang cita-cita hanya kata-kata fiksi di sebuah buku tugas essay sekolah yang sulit untuk digapai padahal diri kita sendiri yang menulisnya dulu, dan bagi perempuan skenarionya terlihat lebih sulit karena jangankan untuk terwujud sebelum mencoba pun jalurnya sudah ditutup entah oleh keadaan atau kebiasaan yang beredar di masyarakat.

Lantas apa sebenarnya peran perempuan di dunia ini?

Apa memang hanya sekedar mengurus dan melayani? Jika dilihat dari 'jobdesknya'.

Apa benar perempuan tidak boleh memiliki keinginan untuk diraih?

Mengapa standar yang dihadapi begitu berbeda hanya karena gender, katanya perempuan lebih mudah dalam segala aspek jika dibandingkan laki-laki yang sering dituntut oleh dunia, bukannya keduanya sama saja? Sama-sama memiliki beban yang dipikul karena ekspetasi dan aturan yang sudah diterapkan tanpa izin oleh generasi leluhurnya.

Perdebatan yang tidak ada ujungnya ini terjadi di kehidupan seorang Bella Tanaya yang saat ini lagi-lagi sedang beragumen dengan bapaknya sendiri tentang rencana masa depan dan keinginannya yang ingin sekolah di kota besar.

"Sakola didieun ngan nepi tingkat SMA pak, berarti Bella kudu keluar jeung Bandung kan teu jauh teing atuh."
Translate : Sekolah di sini hanya sampai tingkat SMA pak, artinya Bella harus keluar lagian Bandung gak begitu jauh.

"Ya matak ceuk bapak ge ulah sakalian da teu kudu lah kuliah mah cape keur naon jeung mah mahal, awewe mah mending ayeuna neangan calon keur jadi suami. Da naon deui sok geus tamat SMA mah? Ya kan tinggal nikah jeung boga anak weh."
Translate : Ya makanya kata bapak juga gak usah sekalian, gak usah lah kuliah tuh cape udah gitu mahal. Perempuan itu mending cari calon buat dijadiin suami. Mau ngapain lagi udah lulus SMA kan? Ya tinggal nikah dan punya anak aja lah."

Mendengar balasan orangtuanya Bella merasa tersinggung, seolah nilai dirinya menjadi manusia yang hanya hidup sekali ini begitu membosankan hanya untuk mengikuti templete masyarakat pada umumnya.

"Embung abi jol kawin, mana jeung anak ustad nu! Nu bapak jodohkeun gawena naon coba ngan cicing di masjid? Dek diparaban jukut abi ku si eta? Najis!."
Translate : Gak mau aku nikah, mana sama anak ustad! Yang bapak jodohkan kerjanya apa coba cuma diem di masjid? Mau dikasih makan rumput aku sama dia? Najis!"

Ibu Bella akhirnya menghampiri dirinya dirasa percakapan semakin memanas "Eh ulah kitu rezeki mah saha nu apal."
Translate : Eh jangan gitu, rezeki mah siapa yang tau.

"Heeh si eta rezeki sehat weh mereun rezeki duit mah tentu eweh da teu gawe, nu jadi pertanyaan naha hidup teh emang dek muter di lingkaran kemiskinan? Embung abi mah dek usaha nah usaha loba duit teh kudu diajar! Da ari tolol mah saha nu dek mayar dititah ieu itu teu nyaho."
Translate : Iya dia rezeki sehat aja mungkin kalau rezeki uang tentu gak ada da kan gak kerja, yang jadi pertanyaan emang hidup mau muter di lingkaran kemiskinan? Gak mau aku, Aku mau usaha nah usaha untuk banyak uang ya harus belajar! Da kalau tolol siapa yang mau bayar disuruh ini itu gak akan bisa juga."

Sang Bapak seperti tidak ingin kalah dirinya sampe berdiri sambil menolak pinggang "Matak tong mikiran duniawi wae mending nikah geus mah ibadah loba deui pahalana. Jeung jadi awewe mah ngeunah tinggal cicing naha maneh osok maksa dek itu dek ieu da keur naon duit loba hirup urang geus cukup."
Translate : Makanya jangan mikirin duniawi aja mending nikah udah ibadah banyak pahalanya lagi. Udah gitu jadi perempuan enak tinggal diem kenapa kamu suka maksa mau lakuin ini itu lagian buat apa uang banyak juga hidup kita udah cukup.

"Pak ada cara lain buat dapat pahala gak harus nikah dan bukan perihal uang aja cari ilmu yang Bella maksud tapi keluar dari lingkungan ini yang gak berkembang dan masih primitive, Bella mau jadi pribadi yang lebih baik dengan cari ilmu di luar." Kali ini suara Bella tenang sambil menatap tajam bapaknya sendiri.

"Nya kan bapak geus ngomong teu kudu, maneh kekeuh jol ngomongkeun duit, bapak jawab deui teu kudu urang carukup sagalana ge didieu, kunaon hayang kahese-hese."
Translate : Ya kan bapak udah bilang gak usah tapi kamu bersikukuh dan tiba-tiba ngomongin perihal uang, bapak jawab lagi gak usah karena kita semua berkecukupan segalanya disini, kenapa mau susah-susah coba.

"Bapak gak ngerti mau dijelasin dari bahasa halus sampe kasar juga, harusnya gak ada sebutan orang batak keras ya bapak aja bukan batak tapi kaya gini." Bella beranjak dari kursi pergi menuju kamarnya dengan penuh emosi.

"BELLA!" Bentak sang bapak kepada anaknya.

Dari semua kaka dan adiknya hanya Bella yang selalu lugas dalam mengutarakan apa yang dia inginkan dan tidak mengalah walaupun orangtuanya membantah, selama itu hal masuk akal untuknya dia tidak akan menyerah.

"Durhaka kamu ngelawan bapak terus!" Ucap bapak dari jauh meneriaki anaknya.

"Bapak yang durhaka kali apa-apa mau diturutin, dikira durhaka cuma anak ke orangtua?"

Semua yang ada di rumah mendengarkan ucapan Bella ikut menganga, memang hanya dia yang berani melawan walaupun pertikaian Bella dan bapak yang sudah menjadi aktifitas normal sehari-hari tapi kali ini lebih panas dari biasanya, sementara Ibu mencoba membuat tenang sang suami dengan mengelus lengannya sekalian agar tidak menyusul sang putri.

Bella menutup pintunya kencang sampai kedua orangtuanya kaget.

"Angin." Ucap Bella yang ikut kaget karena suaranya terlalu kencang dan merasa takut ibu dan bapaknya salah paham karena bagaimana pun dia tidak akan menyalurkan emosinya pada barang-barang di rumah yang belum disentuh pun sudah tidak layak sebenarnya.

"Bener angin?" Tanya Bapaknya.

"Heeh." Jawab Bella masih kesal menutup kamarnya kembali.

"Cape bapak bu itu anak kok begitu ya, telat puber apa gimana." Bisik sang bapak sambil duduk kembali di kursi.

"Sabar pak." Ucap ibu mengelus lengan bapak.



🌻

METANOIA (another story)Where stories live. Discover now