80. Langkah kecil

29 4 0
                                    

Rama memeluk Bella dari belakang, kekasihnya tidak membuka mulut sedikit pun dari beberapa menit yang lalu kedatangannya. Biasanya Rama akan disambut  meriah bagaikan sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu, kini hanya disambut kesunyian yang Rama bingung harus mengatasinya bagaimana.

"By salah apa sih Ramanya didiemin hmm?"

"Kamu ngapain ke rumah uwa aku gak bilang-bilang?" Rama akhirnya tau dari mana emosi itu datang, dia memang diam-diam ingin menyelesaikan pertempuran perihal restu ini sendirian. Informasi yang dia dapat tentang keluarga Bella tentu saja dari temannya Karmika yang ternyata membocorkan juga aksinya pada Bella yang menjadi alasan ketegangan saat ini.

"Iya mau ketemu bapak ibu, mereka belum pulang khawatir kayanya sama kamu makanya mereka nginep."

"Gak suka aku kalo kamu yang kaya gitu, sosoan."

"Iya maaf ya baby, besok yu kita ke sana bareng. Ibu juga kangen kamu banget loh- eh by kok nangis?" Rama memutarkan tubuh Bella agar menghadapnya.

"Jangan pergi sendiri, kalau bapak jahat gimana? Aku gak mau Rama dijahatin paham gak sih! Kaya udah cukup kamu tuh nerima yang gak enak!" Tangisnya semakin nyaring saat menyatakan perasaannya saat ini.

"Iya maaf ya Rama salah jangan nangis." Rama yang panik terus menyeka air mata yang turun.

"Ih bukan salah kamu tapi ah kesel aku!"

"Iya maaf ya si Rama ini buat Bella kesal terus."

"I-ihh diem jangan ngomong wae." Bella memeluk Rama yang Rama balas pelukan eratnya sambil mengelus kepala kekasihnya.

"Iya ini diem Ramanya."

"Sut!" Tegur Bella menepak pantat Rama.

Besoknya seperti rencana mereka mendatangi rumah sang paman demi menjalin hubungan yang baik walau Bella sedari tadi tidak menunjukan wajah ramah yang datang dengan niat baik, berbanding terbalik dengan Bella hari ini kekasihnya Rama membawa beberapa makanan oleh-oleh Bandung yang mungkin kedua orang tua Bella sukai namun belum apa-apa bapak menolak pemberian Rama mentah-mentah bahkan satu bolu pisang viral hasil mengantri berjam-jam dilemparkan begitu saja.

"Pasti gak halal itu, sudah gak usah nyogok." Ucap bapak sambil menuju mobilnya yang Bella cegat.

"Bapak tau gak barusan bapak malah menunjukan kaya orang yang gak punya agama? Udah nuduh Rama pake buang-buang makanan lagi, malu-maluin gak usah pake panggilan pak haji gak cocok gak mencerminkan kitu kalakuan."

"Bella." Tegur sang paman dan ibunya namun Bella tidak menoleh sedikit pun karena niat baiknya kemari malah menjadi keributan, dia menarik tangan Rama dan pergi dari sana duluan.

"Pak atuh matakan kunaon dialung-alung makanan?" Tanya ibunya "Kan bisa terima aja, makanan mah gak salah apa-apa atuh pak."

"Udahlah buk ayu pulang, susah diatur anak teh antepin aja."

"Ibu tau sebenernya bapak teh udah lega kan liat Rama cukup baik jigana ngajaga Bella makanya ayeuna nyalse mau pulang."

"So nyaho tea si ibu ih, ayu pulang kasian mang usep ngurus ternak bisi capeun."

***

"Rama gak apa-apa loh by, malahan menurut Rama kamu yang kasar."

"Salahin aja terus pacarnya salahin, padahal aku ngebela kamu!"

"By bapak itu manusia biasa, dia lagi di posisi anaknya dideketin sama orang yang gak sesuai sama standarnya dia. Dia bukan lagi di posisi seorang yang sudah haji atau guru tapi seorang bapak jadi wajar khawatirnya begitu."

METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang