15. Kelas XII

73 7 0
                                    

Karmika mengikuti les di luar sekolah karena permintaan orang tuanya dan beberapa anak disekitar Bella pun begitu karena sudah di tahun terakhir dan mengincar universitas favorit atau impiannya masing-masing, tapi tidak dengan Bella yang hidupnya mulai pas-pasan dan memilih untuk kerja paruh waktu karena bantuan saudaranya dan tabungannya sudah menipis.

Disinilah Bella belajar kembali bahwa tekat saja tidak cukup, harus ada uang di dunia ini untuk melancarkan segalanya. Bella menyadari kekurangannya ini lebih awal sehingga dia pun bisa melangkah dan membuat strategi lebih awal pula, dengan bantuan Sarah dan Karmika dia berusaha mendaftar berbagai beasiswa untuk dia bisa gunakan kelak saat melanjutkan pendidikannya.

Melihat keadaan orang lain yang lebih beruntung seperti temannya tentu membuat iri selain kemampuan, mereka disekitarnya memiliki orang tua yang mendukung sedangkan Bella sampai saat ini pun bapaknya menyuruhnya pulang tidak perlu katanya cape-cape hanya untuk selembar kertas yang belum tentu bisa menerimanya kerja di perusahaan besar bahkan kertas itu tidak akan membawamu ke surga.

'Lagi-lagi bapak begini.' Keluh Bella saat mematikan ponsel setelah berbincang dengan bapaknya.

Untuk Bella berdiskusi dengan bapaknya sudah terlanjut tidak ada harapan, mau bagaimana pun dia menjelaskan dengan baik dan sudut pandang manapun bapaknya sudah berpengang teguh tanpa mau mendengar. 

'Bebal.' Kata Bella.

Orang yang memiliki ilmu tapi tidak mau memahami orang sekitar rasanya ignorant dan tidak menghargai, dengan memberikan solusi menikah bagi Bella yang merasa hidupnya masih perlu bereksplorasi sangat disayangkan untuk terkurung di rumah.

Terkurung di rumah, sudah pasti hal itu terjadi karena pilihan bapaknya adalah laki-laki dengan pikiran kolot dimana Bella bisa membayangkan dirinya akan terkurung mengurus rumah tanpa bantuan pasangannya dengan dalih berbakti dan balasan surga.

Bella memang bukan contoh wanita baik entah dari segala aspek yang lakukan dan praktikan tapi Bella memiliki keinginan dan keinginannya itu meruapakan haknya yang tidak bisa diganggu gugat oleh kata 'takdir perempuan' atau pun membawa label suatu agama.

Bella hanya ingin sekali saja untuk memilih semua jalan hidupnya sendiri, dan menurutnya mengantongi izin ibu sudah cukup tanpa harus meyakinkan bapak.

2 tahun lamanya Bella berada di kota Bandung yang dia pikir mungkin anak-anak di kota lebih bermasalah nyatanya berbanding terbalik, Bella merasa entah dari tingkah laku dan penyelesaian lebih baik dari pada tempat tinggalnya yang kurang pengetahuan dan fasilitas begitu pun kualitas cara orang mendidik anaknya.

Fakta tersebut membuat Bella sedikit merasa sedih dimana dia sangat menyadari uang sangat berperan penting dalam berkembangan hidup.

Saat dirinya melihat TV Joseph sudah melakukan pertandingan perdananya, Bella ikut senang namun termenung membayangkan jikalah Joseph bukan dari keluarga kaya pasti jalannya cukup sulit. Karena kemampuan dan tekat saja tidak cukup banyak persiapan yang membutuhkan uang.

Dengan segala fakta pahit dalam hidup Bella yang tanpa support orang tua, dia menjadi lebih bertekat untuk belajar dan tidak ingin pulang ke kampungnya hanya untuk dijodohkan.

Tidak perlu sukses dengan uang melimpah, Bella hanya ingin berada dilingkungan waras untuk berdiskusi dengan pandangan yang sama-sama nyaman satu sama lainnya tanpa mengganggu ranah privasi dan Bella merasa semua itu di dapatkan saat dia tinggal di kota.

🌻

METANOIA (another story)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora