40. Bersama

106 13 4
                                    

Setelah berbincang cukup lama dengan Bella yang masih terlihat canggung Rama pun berinisiatif meminta ibunya pulang dengan sopan, sempat lama berpamitan di pintu depan dengan ibunya yang terus tersenyum melihat ke belakang beberapa kali sambil menebar senyum yang Bella balas dengan melambaikan tangan terus menerus karena lorong yang cukup panjang dari unit Rama ke arah lift. Rama menyarankan untuk masuk tapi Bella bersikukuh ingin melihat ibu dari pria yang dia sukai itu sampai pintu lift tertutup.

Begitu lambaian terkahir ibunya di balik pintu lift yang mulai menyempit menutup Bella baru mau berhenti menunggu dan membalikan tubuhnya yang sudah disambut Rama di hadapannya, sangat dekat dengan kedua tangan di simpan di masing-masing tembok dekat pintu jadi seperti mengunci Bella tidak bisa kemana-mana.

Entah keberanian dari mana tapi Rama tiba-tiba berbicara "Bel mau jadi pacar aku?"

"Hah?" Bella menyadari hubungan keduanya semakin dekat tapi tidak pernah menyangka akan langsung di level Rama menyukainya hingga menanyakan pertanyaan seperti itu.

Lamanya suasana hening depan pintu membuat Rama salah tingkah juga karena Bella menatapnya tanpa mengedip "A-aku anggap mau ya, from now on let me be your boyfriend?" Setelah Rama tersenyum Bella merasa kakinya lemas hingga dia hampir ambruk jika Rama tidak menahan tangannya.

"Eh bel kenapa?" Tanya Rama cukup panik memapah sang wanita masuk ke ruang tengah.

Rama menebak Bella sepertinya terkejut akan pernyataannya tapi Rama tidak mau menunda lebih lama, lebih baik dia coba menjalaninya lebih awal agar mengetahui kecocokan mereka.

Saat Bella duduk di sofa dengan nyaman Rama berlutut di hadapannya dengan pertanyaan yang hampir sama "Boleh mulai hari ini aku jadi pacar kamu?" karena Bella masih diam seperti berpikir Rama menunggu dengan sabar sambil membenarkan helaian rambut Bella yang menambah detak jantung Bella semakin gila.

'Anjir cuma gitu doang padahal nembaknya tapi jantung aku kampungan banget kaya gak pernah diajak pacaran!'

"Gimana bel, mau?" Bella menjawab dengan anggukan yang dibalas kecupan di pipi oleh Rama.

Pernyataan perasaan yang sederhana dengan satu kecupan seperti yang dilakukan anak sekolah dasar tapi efeknya begitu luar biasa, kejadian ini bisa menjadi hari paling membahagiaan bagi Bella selama dia tinggal di Bandung.

'Anjing Rama! Bahaya banget ini cowo!' Bella izin ke kamar mandi dan tidak mau lagi keluar, dia sedang mengalami salah tingkah, susah napas, gugup, semua bersatu rasanya sampai jadinya tidak tenang untuk duduk dengan Rama sekali pun.

***

Selama Bella tinggal di unitnya biasanya Rama akan menghabiskan waktu dengan temannya atau tidur di kos Kiki tapi semenjak mimpi buruk yang membuatnya tidak dapat mengkontrol emosinya Rama mulai tidur satu atap dengan Bella demi mendapat kualitas tidur yang baik namun itu pun tidak membuatnya sering bertemu karena Rama memilih menghabiskan waktu lebih banyak di luar, tidak bermaksud menjadi pribadi yang tertutup bahkan ibunya saja seperti kaum liberal hanya saja Rama saaat itu merasa kurang nyaman karena bagaimana pun status Rama dan Bella hanya teman.

Berbeda dengan sebelumnya, hari ini Rama terus diam di ruang tengah sengaja ingin berpapasan jadi dia menunggu pintu kamar Bella terbuka walau tidak ada tanda-tanda Bella akan keluar bahkan suara pun tak terdengar sama sekali.

Rama akhirnya menghabiskan waktu menonton televisi yang tidak begitu diperhatikan sebab lehernya pasti sesekali menoleh ke pintu kamar tamu, panik sendiri.

'Bener gak sih ini kita jadian, kok jadi canggung gini ya saling diam hehe.' Rama malu-malu sendiri melipat bibirnya menahan senyum, dia menaikan kedua kakinya ke sofa memeluknya dengan kedua tangan. Benar-benar terlihat senang sendiri padahal setelah kejadian menyatakan perasaan keduanya belum berbincang selain pesan singkat lewat ponsel yang mempertanyakan kebenaran hari jadi mereka karena sama-sama tidak percaya.

Saat suara pintu terbuka Rama buru-buru menurunkan kakinya, bersandar di sofa dengan kaki dibuat lebar seperti model yang terlihat manly lalu saat Bella melihat ke arahnya dia pura-pura serius menonton acara TV.

'Anjing ih kok kaya makin ganteng ya! Kan jadi gugup.' Rasanya Bella ingin menonjok kulkas yang jadi tujuannya keluar kamar.

"Ma." Panggil Bella memberanikan diri.

"Iya?"

"Mau puding gak? Aku pernah beli aga banyak."

"Ada leci, mangga sama apel mau yang mana?"

"Yang kamu gak terlalu suka buat aku." Balas si pria dengan senyum manisnya.

Bella akhirnya membawa puding yang dia tawarkan dan memberikan pada Rama sebelum ikut bergabung duduk sambil menyantap pudingnya.

Hening.

Bella mencoba mengendalikan jantungnya agar lebih ramah dan Rama disebelahnya juga diam-diam sedang mengkontrol cara bernapasnya, dia bahkan sedikit merabahkan tubuhnya bersandar nyaman di sofa sambil diam-diam mencuri pandang ke arah Bella.

"Bel."

"Hmm?" Bella masih mengunyah puding yang seharusnya cepat habis, sengaja dibuat lama agar bisa berlama-lama bersama Rama di ruang tengah.

"Kok ini kita jadi diam-diam gini ya hehe."

"Kamu yang diem, aku mau biasa aja jadinya canggung."

"Eh maaf, a-aku juga gak tau gak sengaja begini. Ya udah ayo biasa aja kan udah jadi pacar juga ya?"

"Ya udah." Bella mengambil bekas puding Rama dan miliknya untuk dibuang ke tempat sampah lalu dia kembali lagi ke sofa duduk lebih rapat dan tiba-tiba memeluk Rama dari samping, dia menaruh kepalanya bersandar pada dada Rama yang membuat si pria beberapa detik membeku di tempat tapi akhirnya membalas pelukannya.

"Aku mau banyak peluk sama kamu."

"Iya boleh." Jawab Rama yang tidak bisa menahan senyumannya.



🌻

METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang